Comedy and Indie

Senin, 18 Maret 2024

Mahasiswa KKN UPGRIS 116 Margosari Menggelar Kegiatan Bersih Mushola Jelang Ramadhan

 


Loetju.id - Mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) kelompok 116 Margosari, mengadakan kegiatan bersih- bersih mushola, Dusun Krajan Desa Margosari Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Senin 11/03/2024.

Kegiatan tersebut merupakan program kerja dari bidang lingkungan. Kami melakukan kegiatan melibatkan semua mahasiswa kkn kelompok 116 margosari.

Kegiatan ini dilakukan pada hari senin, tanggal 11 maret 2024. dimulai dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB
"Kegiatan bersih bersih ini kita lakukan sebagai bentuk penyambutan terhadap bulan suci ramadhan 1445 H, yang bertujuan agar masyarakat setempat juga dapat melakukan ibadah dengan nyaman dan lebih khusuk " ucap Muchlas.

Selain sebagai bentuk menyambut bulan suci ramadhan 1445 H, kegiatn bersih bersih mushola juga dilakukan demi kenyamanan masyarakat dalam beribadah.




Editor:
Achmad Munandar

Tidak Terbentuknya Posyandu Remaja, KKN Kelompok 16 Adakan Pembentukan Posyandu Remaja di Desa Margosari

 


Loetju.id - Mahasiswa KKN Upgris Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) kelompok 116 melakukan pembentukan posyandu remaja di Desa Margosari Kecamatan Limbangan, Jumat (08-03-2024).

Dimana kegitan tersebut merupakan salah satu program kerja dalam bidang Kesehatan , kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan hasil survey awal yang menunjukan bahwa posyandu remaja belum terlaksanakan di desa Margosari.

 Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk dalam Upya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)yang diselenggarakan bersama Masyarakat atau kader posyandu bersama remaja, guna untuk meningkatkan Kesehatan remaja dalam hidup sehat. 

"Terima kasih untuk mahasiswa KKN sudah mengawali program posyandu remaja di Desa Margosari, semoga bisa berkelanjutan, yang nantinya akan di awali di dusun jetis" Ujar Ibu Anjar selalu bidan Desa Margosari

Manfaat dan tujuan posyandu remaja dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja terkait Kesehatan dan dapat mempercepat remaja dalam memperbaiki gizi remaja. Sasaran kegiatan posyandu remaja mulai dari usia 10-18 tahun.



Editor:
Achmad Munandar

Mahasiswa KKN UPGRIS Margosari Lakukan Pelatihan Coding Bagi Siswa SD

 



Loetju.idMahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) Kelompok 116 melaksanakan pelatihan coding bagi siswa kelas V SDN 02 Margosari, Limbangan, Kab Kendal, Jawa Tengah pada Sabtu (24/03).
Kegiatan ini merupakan program kerja dari sie literasi digital. Pelatihan coding yang melibatkan siswa kelas V SD ini adalah kegiatan pembelajaran dengan bermain menggunakan program digital berbasis komputer dan menggunakan internet. Tujuan diadakannya program kerja ini adalah untuk memperkenalkan coding kepada siswa kelas V SD yang dikemas dalam bentuk game.

Manfaat coding bagi siswa kelas V SD sendiri adalah menumbuhkan kreativitas, membantu anak-anak dengan keterampilan matematika, meningkatkan keterampilan menulis, meningkatkan literasi digital dan percaya diri dalam memecahkan permasalahan. 

Kegiatan pengenalan coding ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 24 Februari 2024. Diawali dengan kegiatan ice braking, perkenalan, dan dilanjut kegiatan inti. Respon siswa dalam kegiatan ini sangatlah antusias dan gembira. Mereka bisa belajar sambil bermain dengan menggunakan teknologi digital. Apalagi pada akhir kegiatan siswa yang berhasil menyelesaikan lebih dahulu akan mendapat hadiah. 

“Pelatihan ini mampu memberikan kesan yang menyenangkan bagi anak-anak karena mereka bisa belajar menggunakan laptop, internet, dan bermain game namun tetap mengasah pikiran” ucap Kharisma Dita selaku sie pendidikan yang juga mendampingi kegiatan ini. 

Kegiatan ini diharapkan dapat melatih siswa dalam mengasah kreatifitas dan mampu melatih siswa dalam memecahkan sebuah permasalahan. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menambah pengalaman dan pembelajaran kepada siswa dalam bidang literasi digital.



Editor:
Achmad Munandar

Kamis, 07 Maret 2024

Fanny Soegiarto Umumkan Mundur dari Grup Band Soegi Bornean

 


Loetju.id - Hari ini Jumat bertepatan dengan tanggal 1 Maret 2024, vokalis Grup Band Soegi Bornean Fanny Soegiarto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai vokalis dan anggota dari grup band Soegi Borneon lewat akun twitter atau X nya @fannysoegi jam 10:21 WIB.

Pelantun lagu viral berjudul Asmalibrasi ini memposting poster bertulis "Halo, saya Fanny Soegiarto, Saya ingin berbagi bahwa saya telah mengambil langkah keputusan untuk mengundurkan diri dari grup band Soegi Bornean. Keputusan ini tidak diambil secara gegabah, melainkan setelah pertimbangan yang matang. Saya mengucapkan terima kasih atas semua moment luar biasa yang telah dilalui selama ini. Saya berharap yang terbaik bagi perjalanan mereka ke depan. Lebih lanjut mengenai alasan kaputusan ini, akan saya sampaikan di waktu yang tepat. Terima kasih atas pengertian dan dukungannya semua pihak. Doa baik"


Dalam kolom reply Fanny menambahkan "Untuk kedepannya, saya akan tetap berkarya dan membawa identitas saya dalam bermusik. Serta secara legal akan tetap membawakan lagu ciptaan saya dan Dimec Tirta F. : Saturnus, Pijaraya, Asmalibrasi, Haribaan, Raksa, Kala, Samsara dan Aguna".

Seperti disampaikan belum jelas alasan Fanny mengundurkan diri dan belum ada tanggapan dari personil lain grup band Soegi Bornean. 

Sebagai informasi, Soegi Bornean adalah grup musik indie pop yang berbasis di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Grup ini terbentuk pada April 2019, beranggotakan Fanny Soegiarto (vokal), Aditya Ilyas (gitar), dan Bagas Prasetyo (gitar).

Mereka telah merilis album mini (EP) berjudul Atma pada 2020. Salah satu single mereka berjudul "Asmalibrasi" menempati posisi kedua di Spotify Weekly Top Songs Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2022. Nama Soegi diambil dalam kata bahasa Jawa yakni 'sugih' yang berarti kaya. Sementara itu, Bornean berarti Kalimantan, yang merupakan kampung halaman sang vokalis, Fanny Soegiarto.


Anggota grup Band Indie Soegi Bornean 
Fanny Soegiarto – vokal (2019–sekarang)
Aditya Ilyas – gitar (2019–sekarang)
Bagas Prasetyo – gitar (2021–sekarang)
Damar Komar – gitar (2019–2021)


Diskografi

Single
Saturnus (2019)
Raksa (2020)
Semenjana (2021)
Samsara (2021)
Aguna (2023)

Album mini (EP)
Atma (2020)


Doa terbaik untuk kak Fanny, terus semangat dalam bermusik kami tunggu karya-karya selanjutnya untuk mewarnai blantika musik Indonesia.




Penulis
Nandar

Kenalan dengan Mandan Kenthir Podcast Idola Sobat Kabupaten Jawa Tengah




Loetju.id - Setelah sebelumnya kita sudah bahas tentang podcast Pacinko besutan Barry Williem dan Erwin Wu yang membahas seputar budaya Cina, kali ini yuk kenalan dengan podcast yang isinya bahas seputar budaya Jawa bahkan sebagian perbincangannya menggunakan bahas Jawa yaitu Podcast Mandan Kenthir.

Podcast Mandan Kenthir digawangi oleh empat sekawan yaitu Sadana Agung komika asal Salatiga, Wira Nagara komika asal Purwokerto, Yusril Fahriza komika asli Lamongan yang sudah lama di Jogja dan Bryan Barcelona asal Barcelona, ha ha bercanda.

Dalam profil spotifynya, mereka menyebut podcast Mandan Kenthir sebagai rangkuman keresahan muda-mudi kabupaten yang hilang arah. Sobat yang penasaran bisa dengerin di Spotify setiap Selasa, masih kata mereka katanya Selasa adalah hari dimana Sela-selane manungsa atau waktu tidak sibuk, masak iya?

Lewat obrolan keempatnya, kita bisa dapat banyak sudut pandang bagaimana kehidupan ala kabupaten dari mereka yang notabennya berbeda daerah, beberapa topik unik sering tidak disangka, misalnya bagaimana relate dan lucunya episode ketika mereka membahas "Orang Kaya Kabupaten". Saya sebagai warga kabupaten tersenyum kecil dan mengiyakan dalam hati bahasan mereka, orang kaya kabupaten biasanya dipanggil pak Kaji, punya rumah sarang burung walet dan vcd player dengan tv tabung jumbo.

Saat artikel ini ditulis podcast Mandan Kenthir sudah masuk season dua dengan season pertamanya terdiri dari 10 episode. Keunikan lain dari podcast ini selain temanya juga bahasa dan logat personilnya, Sadana Agung jawa kalem khas Salatiga, Wira Nagara ngapak ala Purwokerto, Yusril campuran Jogja dan Jawa Timuran dan Bryan halus ala Solo namun sudah Kejakarta-jakartaan.

Dalam awal-awal episode di season pertama, tim Mandan Kenthir sering struggle dalam membuat rekaman podcast karena domisili yang berbeda-beda, ada satu episode dimana mereka harus berjumpa di kota Solo untuk take podcast dan harus menunggu beberapa jam personil yang belum datang.

Season dua openingnya ada peningkatan dengan lagu dan iringan musik ala campursari, buat sobat kabupaten yang mau support secara materi juga bisa, Mandan Kenthir menyediakan link saweria di setiap episodenya, so jangan hanya nikmatin saja tapi yuk mari dukung idola kita agar terus bisa menghadirkan karya.

Sebagai informasi ketiga personil Mandan Kenthir adalah komika, Sadana Agung yang punya nama lengkap Sadana Agung Sulistya (lahir 4 Juni 1993) adalah seorang pelawak tunggal dan aktor berkebangsaan Indonesia. Sadana adalah salah satu finalis Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim keenam pada tahun 2016. Sadana adalah komika jebolan komunitas Stand Up Indo Salatiga. Sadana merupakan salah satu komika berlabel "kuda hitam" di kompetisi tersebut, karena secara mengejutkan berhasil mencapai babak 4 besar.

Sadana dibesarkan di Dusun Deresan, Susukan, Jawa Tengah, dan bersekolah di sana hingga SMP. Kemudian, ia berpindah ke kota Salatiga untuk melanjutkan pendidikan di tingkat SMK hingga perguruan tinggi. Sadana lulus dari program studi S-1 Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Satya Wacana.

Sadana bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Salatiga pada tahun 2012. Ia mulai tampil di tingkat nasional dalam ajang Street Comedy Indonesia musim kelima pada tahun 2015. Ia juga mengikuti audisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim keenam di Semarang dan berhasil lolos sebagai finalis.

Dalam 9 penampilan terakhirnya, ia mendapatkan predikat "kompor gas" dari pelawak senior Indro Warkop secara berturut-turut. Di babak 4 besar, ia harus gantung pelantang di show ke-15.

Baru-baru ini ia sempat viral karena perannya di film komedi terlaris sepanjang masa di Indonesua yaitu Agak Laen lewat perannya sebagai Obet.

Berikutnya Wira Nagara yang nama lengkapnya Wira Setianagara (lahir 21 November 1992) adalah seorang penulis, dan pelawak tunggal asal Indonesia. Wira adalah salah satu kontestan Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pada musim ke-5 (SUCI 5) tahun 2015, di mana ia lolos melalui audisi di Yogyakarta, dan menjadi satu dari 16 finalis yang berhasil lolos ke putaran final SUCI 5. Wira bersama dengan Rizky Ubaidillah atau Ubay menjadi dua kontestan asal Purwokerto yang tampil pertama kali di SUCI, khususnya di SUCI 5. Wira dan Ubay mewakili kota Purwokerto di kompetisi tersebut.

Wira yang tercatat sebagai sarjana jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto, telah bergabung di Stand Up Indo Purwokerto sejak 2013. Wira pertama kali muncul sebagai salah satu finalis Street Comedy IV pada tahun 2014 yang diadakan komunitas Stand Up Indo se Indonesia di Senayan, Jakarta.

Meskipun tidak menjadi juara, Wira tidak berputus asa. Setahun kemudian, Wira bersama teman-teman komunitasnya mengikuti audisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim ke-5 (SUCI 5) di Yogyakarta. Wira yang dikenal puitis dan jago bersyair ini pun akhirnya lolos bersama dengan satu orang teman komunitasnya yaitu Ubay. Mereka berdua tidak hanya dipanggil masuk Pre Show saja, namun berhasil menjadi finalis. Sayangnya Ubay harus tereliminasi di awal dan Wira mampu melangkah lebih jauh. Wira akhirnya terhenti di babak 10 besar setelah kalah dalam babak battle dengan Rahmet dan kurang maksimal saat tampil di putaran kedua.

Personil berikutnya yaitu Yusril Fahriza (lahir 4 Juni 1989) adalah aktor dan pelawak tunggal berkebangsaan Indonesia. Yusril merupakan pelawak tunggal yang berbasis di komunitas Stand Up Indo Yogyakarta.

Kariernya sebagai pelawak tunggal berawal pada tahun 2011, ketika ia ditawari oleh teman kuliahnya untuk mengikuti acara buka pelantang. Ia pun tergabung ke dalam komunitas Stand Up Indo Jogja dan sempat terpilih sebagai ketua komunitas.

Yusril pertama kali terjun ke dunia seni peran dengan memerankan tokoh Naryo dalam film garapan Ernest Prakasa, yakni Cek Toko Sebelah pada tahun 2016.

Maaf untuk mas Bryan Barcelona belum banyak yang bisa saya tulis, tapi saya baca thread njenengan yang viral tentang bapak-bapak udud yang selalu berperan dalam peleraian keributan di acara dangdutan. Dalam blognya barcelonabryan.blogspot.com, beliau banyak menulis tentang musik dan sepakbola.

Bagi sobat Loetju yang mau dengerin podcast Mandan Kenthir langsung saja cari di Spotify ikuti setiap seasonya dan semoga terhibur, sampai jumpa.



Penulis
Nandar

Sentuhan Emosi Sabiella Maris Melalui Single Terbarunya "Uneasy"

 


Loetju.idMalang, Februari 2024 - Sabiella Maris kembali merilis karya terbarunya. Solois wanita ini meluncurkan single “Uneasy” yang mengusung tema yang meresap dan emosional. Dalam single ini, penyanyi dan penulis lagu wanita dari kota Malang tersebut menggambarkan perasaan kebingungan yang melanda ketika seseorang yang dekat dengan kita, mulai menjauh tanpa alasan yang jelas. 

Lagu ini menjadi rilisan pertama Sabiella pada tahun ini setelah terakhir merilis maxi single nya di bulan Agustus tahun lalu. Sabiella yang biasanya memilih jalur indie pop dengan sentuhan lo-fi dan sedikit dream pop, kali ini memilih memperkenalkan warna baru yang dalam musiknya yaitu ambient/space rock. 

Dalam wawancara terbaru, Sabiella Maris berbagi tentang inspirasi di balik "Uneasy". "Saya ingin mengekspresikan bagaimana rasanya ketika seseorang mulai menjauh dari kita tanpa penjelasan yang memadai. Rasa kebingungan, kehilangan, dan kekosongan yang menyertainya begitu kuat, dan saya berharap melalui lagu ini, orang-orang yang mengalami hal serupa merasa didengar dan dipahami” cerita Sabiella.

Tidak hanya warna baru dalam hal bermusiknya, kali ini Sabiella juga menuangkan kreatifitas yang lebih fresh. Proses rekaman single “Uneasy” dilakukan di Haum Studio/Entertainment dengan sentuhan ide dari Axel Kevin Yuridevara. Sabiella memiliki harapan agar lagu ini akan menjadi soundtrack bagi mereka yang sedang melalui perjalanan emosional yang sama. 

Tak ketinggalan, single "Uneasy" segera hadir di semua platform streaming digital mulai 24 Februari 2024 via self released. Pendengar di seluruh dunia diundang untuk menikmati dan terhubung dengan emosi yang disampaikan oleh Sabiella Maris melalui lagu ini.

Bobi Kurtz Rilis Empat Lagu Baru Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human



Loetju.idJakarta, 1 Maret 2024 – EP self-titled dari Bobi Kurtz telah dirilis secara lengkap dengan keluarnya empat lagu hari ini. Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human sudah bisa didengarkan di platform musik favorit anda. Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human sudah bisa didengarkan di platform musik favorit anda.

Violet Snow adalah ballad yang menceritakan kisah melodramatis mengenai akhir yang tiba-tiba dari sebuah hubungan. Lirik dan aransemen Violet Snow dirancang untuk menggambarkan seseorang yang patah hati di cuaca yang dingin.

What a Life menceritakan masa kecil Bobi yang religius, kisah cinta yang “tragis” saat masa remaja dan dilengkapi dengan reference dari olahraga dan modern art. Nada dari What a Life terdengar riang dan gembira, namun mengandung pesan yang tersembunyi.

Green Clouds berlatarkan di padang rumput di mana dua kekasih sedang berbaring di siang hari mendung – sebuah tempat dan kondisi di mana mereka bahagia berada di sisi satu sama lain sepanjang hari. Mereka berinteraksi intim dan pikiran mereka melayang ke tempat jauh yang indah dan layaknya mimpi.

Terakhir, Jose Human dimulai dengan cerita tentang pria kulit putih bernama Buster Jeffers, seorang veteran Perang Vietnam yang kesulitan berbaur di masyarakat modern karena reputasi buruknya. Seraya lagu berjalan, pendengar akan mendengar berbagai cerita dari Tyler Farrokh, Terome Stenson, dan Joe Gonzalez, berbagai pria dari ras minoritas di negara barat.

“Beberapa lagu dari EP ini ditulis pada 2017, dan akhirnya mereka bisa didengarkan oleh khalayak. Menurut saya semua lagu yang dirilis berbeda satu dengan yang lain, tapi masih memiliki jiwa dari Bobi Kurtz,” Bobi menjelaskan

“Lagu-lagu ini berada dekat di hati saya – dan meskipun tidak semua lagu menceritakan kisah pribadi saya, namun semua berasal dari pemikiran atau perasaan yang berada di dalam diri saya.”

“Jose Human misalnya – lagu yang sulit untuk ditulis, tapi sebagai orang ketiga yang melihat dari kejauhan dan memiliki keprihatinan mendalam, saya ingin menunjukkan hormat pada orang-orang yang tertindas. Tentu saja, saya tidak memiliki kapasitas untuk menceramahi orang, dan bukan itu maksud saya, tapi saya hanya ingin menunjukkan simpati.”

“Green Clouds dan Violet Snow adalah dua lagu yang mencerminkan perasaan yang sangat bertolak belakang yang pernah saya alami, yakni sumringah dan patah hati.”

“Sedangkan What a Life adalah homage kepada hidup saya dari masa kecil sampai usia 20an – semua terasa membingungkan. Saya tidak merasa semua yang lalui itu pahit, tapi saya tahu bahwa apa yang saya lewati sangat berbeda dari yang dilewati orang lain. Tapi yang bisa saya katakan, pengalaman saya membentuk perspektif saya yang tak lazim,” Bobi menjelaskan.


Tentang Bobi Kurtz

Bobi Kurtz adalah seorang penyanyi folk, penulis lagu dan penulis dari Jakarta, Indonesia. Dibesarkan oleh keluarga Kristen yang religius, Bobi memiliki ketertarikan pada musik, terutama vokal, sejak usia dini oleh karena keterlibatannya dalam kegiatan gereja. Meskipun begitu, Bobi baru belajar bermain gitar dan menulis lagu pada saat ia menginjak kelas 11.

Bob menulis beberapa lagu pertamanya saat berusia 19, namun saat usia 23 ia baru mulai menulis lagu yang berbasis literatur berkat pengalamannya di dunia jurnalistik dan menulis profesional. Panutan menulisnya di saat itu adalah Bob Dylan, Leonard Cohen, Nick Drake dan George Harrison.

Dalam kapasitasnya sebagai penulis lagu, Bob membahas berbagai subjek seperti pengalaman pribadi, kesehatan mental, sosio-politik dan kepercayaan.

Akhirnya, di usia yang baru menginjak 27 tahun, Bob merilis EP yang berjudul nama sendiri. Lagu-lagu yang ada di dalam EP Bobi Kurtz adalah Boston, Adieu, Violet Snow, What a Life, Green Clouds, dan Jose Human.

Crossing Borders and Building Bridges: My Journey with the Indonesian International Student Mobility Programme at Universiti Malaya



Loetju.idAs an international student from Indonesia studying business management at Universiti Malaya (UM), the revolutionary potential offered by the Indonesian International Student Mobility Programme (IISMA) have had a significant impact on my educational experience. This scholarship programme serves as a beacon of academic achievement and cross-cultural exchange, allowing Indonesian students to pursue higher education at one of Malaysia's leading academic institutions.

The Indonesian International Student Mobility Programme (IISMA) is a collaborative initiative between the Indonesian and Malaysian governments to encourage academic mobility and strengthen bilateral ties via education. Through this programme, Indonesian students can spend one semester at UM, getting access to world-class education and cultural immersion opportunities.

For me, my experience with IISMA at UM has been nothing short of fascinating. As a business management student, I began my academic journey with a single goal in mind: to grasp the complexities of corporate strategy and market analysis. However, the multifaceted character of the IISMA study has exposed me to a wide range of academic and cultural experiences, extending my views and developing my respect for the interconnection of global knowledge networks. The IISMA journey is built on a dedication to academic achievement and multidisciplinary engagement. I've got the opportunity to engage with cutting-edge research and innovative methods at UM, broadening my academic experience and arming me with the skills needed to handle the intricacies of the modern business environment.

Furthermore, the IISMA programme has fostered cultural interchange, which has helped to create a sense of global citizenship and cross-cultural understanding. Interacting with students from various cultural origins has extended my perspectives and challenged conventional beliefs, creating an atmosphere of mutual respect and intellectual curiosity. In addition, the IISMA adventure at UM has offered several chances for personal and professional development. Participating in local volunteering and workshops, as well as community outreach programmes, has allowed me to broaden my network, acquire essential leadership abilities, and make a significant contribution to the campus community and beyond.

Although Malaysians and Indonesians understand each other well, there are still linguistic and cultural hurdles between us. Malaysia's diverse linguistic landscape, which includes Bahasa Malaysia, Mandarin, Tamil, and many indigenous languages, may surprise Indonesian students accustomed to learning in a mostly Indonesian language environment. This linguistic variation reflects Malaysian society's diverse makeup and emphasises the importance of language in preserving the country's distinct cultural identities.

Malaysia's multicultural fusion also impressed me, particularly the blend of Malay, Chinese, Indian, and indigenous cultures, each of which contributes unique features to the larger cultural context. The ethnic mix in Malaysia may be an exciting and eye-opening experience for Indonesian exchange students, from the many gourmet options to the numerous religious customs and festivals observed. I was particularly startled by the prominence of Chinese culture in Malaysia, which is closely linked to Malay culture. This fusion may be visible in a multitude of forms, including language, food, and traditional rituals, resulting in a distinct cultural identity apart from Indonesia's mostly Malay culture. Their food, rich and diversified, inspired by numerous cultural traditions, may astound Indonesian students with its unique flavors, spices, and culinary methods. Exploring foods like nasi lemak, char kway teow, and roti canai can be a joyful and unexpected experience, demonstrating the confluence of many culinary traditions within Malaysian culture.

Although Indonesia is a Muslim-majority country, the practice of Islam in Malaysia differs in several ways. Certain places of Malaysia, particularly in more conservative states, follow stricter interpretations of Islamic traditions and practices, which may contrast with Indonesia's more diversified and tolerant religious practices. This might include distinct social conventions, clothing rules, and religious practices that some Indonesian visitors may not be familiar with. For women in Malaysia, there are far stricter enforcement of dress codes for women, such as the expectation to wear modest clothing that cover the arms and legs. While it is relevant that Malaysia have far stricter dress codes for women (New Strait Times, 2023), some women who are dress freely do not receive the same treatment in the streets as they are in other countries. Here, there are fewer and almost to none catcalls and/or harassments. I have experienced many instances of going out at night in the streets of Kuala Lumpur alone, and felt safe enough than in my home country.

As an international student from Indonesia, I am sincerely appreciative for the opportunity provided by the Indonesian International Student Mobility Programme (IISMA). This scholarship programme has not only allowed me to pursue my academic goals, but it has also prepared me to be a global citizen, armed with the information, skills, and cultural competences required to flourish in an increasingly linked world. The Indonesian International Student Mobility Programme (IISMA) experience at Universiti Malaya shows education's transforming capacity in promoting academic achievement, cross-cultural understanding, and international collaboration. As an international student from Indonesia studying business management, I am pleased to be a part of this lively academic community, where barriers are broken down and brains are empowered to make a better future for future generations.



Writer: 
Name: Vaneza Tadzkia Radhwa
NIM: 12010120190089
Major: Management
Faculty: Faculty of Economics and Business

Location:
Kuala Lumpur, Malaysia

Navigating the Unseen Challenges as a Mobility Student

 



Loetju.id When people envision the life of a mobility student, they frequently emphasize the positive aspects, yet there's always a flip side that can leave you feeling like the ground beneath you is constantly shifting, accompanied by its unique set of challenges and difficulties. Nevertheless, in the end, the experience is truly invaluable, offering a wealth of knowledge and growth opportunities that are exclusive to being a mobility student. In this opportunity, I would like to share my journey with you.

Radiating rapture, my emotions soared as I stepped into Kuala Lumpur, to commence my once in a lifetime IISMA experience. Grantly, the first few days of the IISMA experience was quite hectic as administrative obligations kept us busy back and forth to finish our VISA process. The excitement of finishing the VISA process was then quickly damped when we realized that not everyone could get the courses we initially wanted. For me personally, I felt quite frustrated as I was only able to enroll in one class, and my home university’s international office kept pushing me about the courses I needed for conversion at Universiti Malaya. I had to reach out to each course lecturer personally to request to join their class, but unfortunately, most of them had to decline my request for various reasons. Currently, I've successfully enrolled in three courses, but I still need one more as we needed to take four courses for the IISMA program. 

In my first week of academic life here, I encountered some difficulty in grasping the material in certain classes, mainly due to the lecturer's accent. It took me a bit of time and a heightened level of concentration to adapt and catch up with what I had initially missed. In the second week of my academic journey, during the E-Commerce course, we were tasked with a group assignment that is due the following week. I promptly organized a scheduled group discussion for this task to which during the group discussion, most of the group members were actively engaged and offered a valuable insight. Although two members of the group did not participate, I considered this group discussion a remarkable success.

Of course, my journey here isn’t solely centered on academics, I have also actively involved myself in a variety of social events. One of the events that left a lasting impression on me is 'MAGNET.' This event provided me with the chance to meet and connect with international students in Malaysia. This event united international students with prominent figures in the education sector, including the Director General of Higher Education from the Malaysian Ministry of Higher Education. Each university that participated in this event gets to choose a country to represent and showcase its unique culture. We were honored to represent Indonesia and served as cultural ambassadors. Embracing our role, we introduced the richness of our culture through food, games, and music, and even shared Indonesian souvenirs with fellow international students from around the world.
 
Image 1: With Somali international students.

While there are numerous other captivating stories from my journey that I would love to share, the ones recounted here offer a glimpse into the tapestry of experiences that define my life at IISMA. The journey through IISMA has not only been an opportunity for personal and academic growth but also a transformative experience that I hold dear. 

In reflection, my journey through IISMA has been a transformative experience, one that I will cherish and immensely grateful for. Although the initial excitement of embarking this new chapter in my life can be overwhelming, it’s the unexpected challenges that have provided me the most profound tests of resilience and adaptability. It is clear to me that the journey through IISMA is a multifaceted one, filled with its ups and downs, but for me personally, it’s these fluctuations that makes it more valuable as they all have contributed in shaping me to become the person I am today and will continue to embrace the unknown challenges and opportunities that lies ahead.



Writer: 
Name: Sandrichi Romeo Karnadi 
NIM: 12030120190116
Major: Accounting
Faculty: Faculty of Economics and Business
 
Location:
Kuala Lumpur, Malaysia

Radiating the Warmness of Kampung Halaman: Representasi Kebudayaan Indonesia oleh Awardees IISMA Universiti Malaya 2023

 



Loetju.idImagine 70 students from all corners of Indonesia coming together at Universiti Malaya, Malaysia, like a melting pot of cultures. As exchange students overseas, our mission transcends academics. We aim to illuminate the richness of Indonesia’s culture and diversity in our host country. We consider ourselves lucky to have people with different cultural backgrounds, making it possible for us to elaborate more on each other’s perspectives and knowledge about Indonesia’s vast archipelago. 

Within two weeks of our journey, we proudly represented Indonesia in the 'Meet & Greet' with International Students in Malaysia (MAGNET) 2023, a prestigious event organized by Universiti Putra Malaysia in collaboration with Kementerian Pendidikan Tinggi (KPT) and Education Malaysia Global Services (EMGS). This gathering brought together international students from various Malaysian universities and esteemed guests, including Prof. Dr. Azlinda Azman, Malaysia’s Director-General of Higher Education.

In the spirit of Malaysia’s inclusive ethos, each participating university was tasked with showcasing a unique national culture. And guess what? We got to showcase Indonesia! Our booth was a mini-Indonesia, featuring traditional games, attire, batik, our currency, and of course, mouth-watering Indonesian snacks! We were honored to illuminate Indonesia’s vibrant heritage at Universiti Malaya’s booth, especially knowing that UM is among the top three universities in Southeast Asia.

Strategically located at the entrance of the building, our booth attracted a lot of attention from the attendees. Many people appreciated our booth for its stunning presence, which also led them to enthusiastically learn about Indonesia’s culture through the presentations we provided publicly and discussions with our members. We even had a spontaneous ice-breaking session where we sang and danced to Javanese koplo in our booth. It was a superb experience to see people from different countries gathered around our booth, passionately moving their bodies to the dangdut rhythm.

Alongside the enchanting booth displays, our experience was elevated during a sumptuous fine dining event where we shared a meal with hundreds of individuals from different countries. The air was alive with the energy of cultural performances, each meticulously prepared by representatives from around the globe. I fondly remember our table joining in, trying to sing along with the melodies of the songs performed.

As an Indonesian passionate about arts and culture, my IISMA 2023 journey has broadened my knowledge of cross-cultural understanding, with this event being the most impactful one for me by far.


   

Writer: 
Name: Alifa Nasya Ramadhani
NIM: 14050120130047
Major: International Relations
Faculty: Faculty of Social and Political Sciences
 
Location:
Kuala Lumpur, Malaysia

Comika

Politika

Gen Z