Comedy and Indie: Indie
Tampilkan postingan dengan label Indie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indie. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Juni 2024

Pengalaman Mendalam dan Penuh Introspeksi Simpul di single Terbarunya Tiga Pagi

 


Loetju.id - Simpul, band indie rock alternative dari Sidoarjo, Jawa Timur, hadir dengan single terbaru mereka, "3 Pagi". Lagu ini menyelami pergulatan batin yang penuh dengan kesedihan dan masalah hidup, menuntun pendengar menuju harapan melalui lirik yang mendalam dan aransemen musik yang emosional.

"3 Pagi" membawa pengalaman mendalam dan penuh introspeksi, menjadi soundtrack bagi mereka yang sedang menjalani proses pendewasaan di tengah badai kehidupan. Dengan dominasi ambience dan vokal yang penuh penghayatan, single ini akan menginspirasi dan membuka perspektif baru bagi para pendengar.

Nikmati "3 Pagi" di Spotify, Apple Music, Youtube dan paltform musik lainnya. dibawah naungan Label Siderise Records.

Simpul adalah band Indie Rock Alternative dari jawa timur yang terbentuk pada akhir tahun 2023. Menggabungkan elemen indie rock dan emo kedalam modulasi gitar. Simpul terdiri dari Aldi (Gitar), Adit (Gitar), Adam (Bass Vokal), Pepi (Drum Vokal). 


Dischography Simpul Band:
Penat - Single - Januari 2024
Tiga Pagi - Single - 29 Juni 2024


Jumat, 21 Juni 2024

Pekatnya Jarak dan Kesendirian, Costive Mengakuinya Dalam Single Kedua “500 Miles”

 



Loetju.id - Malang, 21 Juni 2024 - Unit emo Malang, Costive dengan bangga meluncurkan single keduanya. Mempersembahkan sebuah komposisi yang merangkum kekuatan emosi yang tak terelakkan: jarak, dan kesendirian. "500 Miles" adalah sebuah karya yang merangkum pengalaman manusia dalam menanggapi jarak yang memisahkan sebuah hubungan.

Single kedua ini juga menjadi lanjutan narasi mini album yang akan dirilis mendatang yaitu The Cold and Callous EP. Mini album ini akan menjadi kendaraan utama untuk menyampaikan curahan hati dan perasaan masing-masing personil yang ada di dalam Costive. 

Single “500 Miles” diambil dari pengalaman tentang hubungan yang terbentang oleh jarak yang jauh dan kerinduan yang tidak bisa terbendung telah dicurahkan pada single ini. Single ini menceritakan pengalaman pribadi Marcellino, sang gitaris sendiri.

“Lagu ini menggambarkan keresahan saya pada hubungan jarak jauh dan ternyata begini yang dirasakan orang-orang saat mereka jauh dengan seseorang yang mereka harapkan, rasa khawatir, rindu, dan sedih ketika menjalani hubungan ini. Ketika seseorang tersebut sudah menjadi tempat untuk pulang,” ujar Marcellino.

Unit Emo Muda ini terdiri dari 5 personil yaitu Aldy (Vocal), Poteh (Lead Guitar), Marcellino (Rhythm Guitar), Emmas (Bass), dan Ivan (Drum). 

Single “500 Miles” ditulis oleh Marcellino dan diproduseri oleh ia sendiri bersama Poteh di H4ze studio milik Marcellino. Untuk mixing & mastering single ini dibantu oleh Yudhistiro Lilo P. di W8 Project studio. Diproduksi pada pertengahan November 2023. Costive akan merilis single “500 Miles” pada 21 Juni 2024 kembali di bawah naungan Haum Entertainment.

Jumat, 14 Juni 2024

Pawsicles Rilis Single Debut “Orange” tentang Perasaan yang Tak Terungkap

 



Loetju.idPawsicles menapakkan jejak perdana dalam industri musik tanah air lewat sebuah single yang diberi judul “Orange”. Menandakan semu jingga yang seringkali muncul secara singkat pada waktu senja, warna ini mewakili momen fantasi singkat yang kerap terselip di benak sang penulis lagu yakni Januarisky. Ia membayangkan tentang apa yang akan terjadi apabila perasaan yang saat itu muncul bisa langsung diutarakan. 

Apakah akan memberikan hasil akhir yang berbeda, ataukah akan mengubah semuanya menjadi lebih indah? “Orange” menceritakan perasaan yang tak terungkap pada sesosok wanita dan bayangan memuakkan jika pria lain merengkuhnya dalam pelukan. 

Lewat pengalaman pribadinya yang terus menerus menghantui, sang musisi menuangkannya lewat lirik dalam bahasa Inggris yang dibalut dalam nuansa indie pop. Mengambil akar musik pop, Pawsicles tidak membatasi eksplorasi sound mereka dengan memasukkan unsur dream pop hingga alternative pop. Mereka mendefinisikan musiknya sebagai ‘happysad pop’, perpaduan lirik melankolis dengan melodi yang manis.

Band yang masih berusia kurang dari 1 tahun ini dibentuk oleh dua bersaudara yakni Januarisky (vokal, gitar) dan Jayaindra (gitar) yang mengajak serta Rian (drum), Rizal (keyboard) dan Edo (bass) dalam perjalanan mereka meniti karir bermusik. Nama Pawsicles sendiri diambil dari gabungan paws dan popsicle. Direkam di Haum Studio dengan beberapa elemen yang sudah rampung, proses pembuatan lagu perdana Pawsicles tidak memakan waktu lama untuk selesai. 

Domisili personel yang tersebar di dua kota yakni Surabaya dan Malang menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk menggodok materi yang ada. Meskipun begitu, sebanyak 8 materi berhasil digarap dengan 4 lagu demo yang telah sampai pada tahap proses mixing dan mastering. 

Keempat demo tersebut menjadi modal utama bagi band ini untuk serius menekuni dunia musik independen. Desain sampul dari single ‘Orange’ mengambil suasana & perasaan ‘obscure’ yang terabadikan dari hasil tangkapan cahaya menggunakan teknik fotografi low exposure yang dieksekusi oleh Jayaindra.

Mengusung visi dan misi yang selaras disertai keuletan dalam merintis karir, band ini memiliki mimpi yang besar. “Tentu saja terdapat goals yang ingin kami segera realisasikan. Di tahun ini kami ingin menuntaskan EP yang sedang dalam proses. Dan juga kami ingin segera memperbanyak dan memperluas jaringan panggungan kami, menjalin relasi sebanyak mungkin dengan musisi-musisi lokal. Yang jelas kami ingin lagu yang kami buat dapat berdampak positif bagi yang mendengarkan, menemani senang dan sedih mereka serta menemani perjalanan hidup mereka,” ungkap Pawsicles. 

Mengiringi perilisan ini, unit tersebut juga merilis merchandise khusus serta video lirik yang memeriahkan milestone pertamanya. “Orange” bisa dinikmati di berbagai layanan streaming digital per 07 Juni 2024 via Yallfears.

Senin, 10 Juni 2024

Perjalanan baru Nico Valentz dengan merilis debut single pertamanya “Kita Sama Kita Satu“

 



Loetju.id - Perjalanan baru Nico Valentz setelah berkarya bersama Nickz and the Goodboy dan juga Dsoul Reunion.

Di tahun 2024 ini, Menjadi soloist atau bersolo karir adalah pilihan Nico Valentz untuk memulai kembali masa produktifnya dengan karya terbaru di single pertama Nico Valentz yang berjudul Kita Sama Kita Satu.

Masih dengan Rock Alternative sebagai genre musik Nico Valentz, nuansa 90's dan Sound design yang di kemas secara modern, dengan sentuhan gitar overdrive dan vocal rock dari karakter Nico Valentz, beserta lirik yang simple dan mudah di mengerti

Dengan harapan yang sangat besar, semoga single pertama Nico Valentz - Kita Sama Kita Satu, dapat di terima dan menambah warna baru di belantika musik Indonesia.

Minggu, 26 Mei 2024

Lucien Sunmoon Ungkap Perasaan yang Terpendam lewat “Reminisce”

 



Loetju.idLucien Sunmoon membutuhkan waktu 6 bulan sejak debut mereka untuk merilis lagu kedua yang diberi judul “Reminisce”. Band pendatang baru yang digawangi oleh Kanaya Firsti Gusavin (vokal), Natanael Rudy Hadinata (gitar), Yessy Aulia Zahra (gitar), Mundir Setiawan (bass), Nasywana Rahmaniyah (keyboard), dan Lyranti Revalina Kusuma (drum) tersebut membawa balutan dreamy pop dengan sedikit sentuhan alternatif juga post-punk untuk single “Reminisce” ini. Sang komposer, Yessy Aulia Zahra, menerjemahkan pengalaman pribadinya memendam rasa kepada seseorang selama 6 tahun lewat lirik demi lirik yang terjalin dalam lagu berdurasi 4 menit 12 detik. Dibantu dalam penulisan lirik bahasa Inggris oleh Danang Seloaji dari Girl and Her Bad Mood, Yessy menceritakan bagaimana sakit hatinya kala sang pujaan hati memiliki kekasih. Meskipun berisikan rintihan hati, lagu “Reminisce” justru menghadirkan melodi yang upbeat dengan ketukan drum rapat dan basuhan reverb yang kental. 

Di tengah kesibukan masing-masing personel yang masih menempuh pendidikan SMA dan perkuliahan, Lucien Sunmoon merampungkan proses rekaman selama 4 jam di Haum Studio dengan mixing-mastering di tempat yang sama selama dua bulan. Selain itu, band yang mengawali perjalanannya semenjak bertemu di SMAN 2 Kota Malang ini juga dibantu oleh Rafif Taufani dari band Yellow Flower Living Water untuk penggarapan artwork “Reminisce” yang didominasi manisnya perpaduan warna ungu dan merah muda. Setelah pengalaman berharga yang mereka dapatkan saat debut, Lucien Sunmoon melakukan persiapan yang lebih matang dan rapi untuk nomor terbaru mereka. Mengambil pengaruh sound dari GAHBM, Grrrl Gang, hingga Closure, unit musik ini sempat terkendala di bagian pengisian chorus dan reverb walaupun akhirnya bisa selesai tepat waktu. 

Tidak muluk-muluk, Lucien Sunmoon telah mengantongi 4 materi yang sudah direkam, dengan harapan dapat melepas sebuah mini album (EP) di tahun ini. “Kami juga sebenernya pengen tour juga di beberapa kota kayak Surabaya, Jogja, Bandung, Jakarta, dan lain-lain biar bisa ketemu dan kenalan sama temen-temen yang lain,” harap mereka. Para pemuda pemudi asal Kota Malang ini juga bermimpi untuk dapat mengikuti jejak musisi seniornya agar bisa tampil di berbagai festival musik nasional bergengsi. Sementara itu, band yang debut dengan lagu “Flustered” ini menaruh impian besar agar para pecinta musik bisa menikmati karya mereka, terutama lagu terbaru “Reminisce” yang telah mengudara di kanal streaming digital per 17 Mei 2024. 

Senin, 29 April 2024

Vinyl EP Terbaru 'We Owe You Nothin': Rilisan The Jems yang Bebas Dari Deadline, Merdeka Dari Trend Pasar Maupun Batasan Genre

 




Loetju.idJakarta, April 2024. ‘Ngerilis sebuah karya dalam format vinyl kayanya suatu hal yang wajib lo rasain sih di dalam sekali hidup lo’ ujar Dito sang vokalis, setelah merilis sebuah album berjudul ‘Malah Petaka’, The Jems nampak menghilang dari radar pergaulan musik anak muda, namun kali ini mereka kembali mengejutkan dengan sebuah rilisan berbentuk vinyl 7inch yang ditujukan untuk mini album terbaru mereka ‘We Owe You Nothin’.

‘We Owe You Nothin’ sendiri merupakan sebuah mini album dari The Jems untuk segala tagihan serta penantian para penikmat karya mereka yang telah lama menunggu karya terbaru dari mereka. 

Menurut The Jems, EP ini sebetulnya adalah jawaban untuk pertanyaan pendengar yang selalu menanyakan kapan mereka mengeluarkan rilisan lagi. The Jems menganggap pertanyaan ini menjadi sebuah “kewajiban” dan “utang” kepada para penggemar untuk memuaskan mereka. Bisa dibilang bahwa perilisan EP “We Owe You Nothin” bebas dari deadline, ekspektasi penggemar, merdeka dari trend pasar maupun batasan genre.

“Kita merasa kaya “orang kita ga punya hutang ke kalian kok kalian nagih-nagih”. Kita benar- bener merilis materi ini secara murni atas kemauan kita. Maka dari itu, materi di dalam mini album ini pun beragam dan tidak patuh kepada ekspektasi siapapun. Dari drum band ala-ala lagu nasional sebagai opening, terus musik pop yg pakai broken piano di track duanya, lalu ada dua lagu hardcore setelahnya, kita benar-benar tidak pasang barikade terhadap genre apapun di mini album ini. Intinya isi materi dari mini album ini tuh benar-benar apa yang kita mau, bebas dari deadline, bebas dari ekspektasi pendengar, merdeka dari trend pasar maupun batasan genre,” Jelas Dito

Dalam proses penggarapan mini album yang sepenuhnya ditulis oleh Dito (Vokalis) ia bertutur bahwasanya secara nuansa ia sangat terpengaruh oleh album ‘Instrument’ dari band post-hardcore kawakan asal amerika yaitu Fugazi. 

“Kalo secara nuansa jujur gue nengok banget ke ‘instrument’-nya Fugazi, keren aja gitu band ugal-ugalan tapi ga sembarangan,” ujar Dito

The Jems sendiri diperkuat oleh Ijal (Bass), Kesid (Gitar), Dito (Vocal), Fikri (Drum). Fikri sendiri baru masuk H-1 sebelum hajat ‘Tur Pra-dengar’ milik The Jems yang dijalankan beberapa waktu lalu setelah sang drummer pertama Didit memutuskan untuk berpisah.

Hingga rilisan terbaru milik The Jems ini berhasil diluncurkan pada tanggal 20 April 2024, The Jems memakan waktu total sekitar 4 bulan untuk merampungkan mini album berjudul ‘We Owe You Nothin’ milik The Jems. 

Selama penggarapan, Dito mengaku timbul sedikit ketakutan untuk merilis sesuatu lagi setelah perginya sang drummer lama Didit.
  
“Gue sejujurnya agak takut untuk membuat sesuatu lagi bareng The Jems selepas Didit pergi.” lalu dilanjut lagi oleh Dito “Takut berubah aja soul-nya, karna kita ga bisa boong Didit teman baik kita, dan band ini berdiri pun atas asas pertemanan, jadi kaya kerasa banget aja kehilangan ketika Didit pergi” tutur Dito sang vokalis.

“Album ini sih sebenarnya kita ciptain untuk pengenalan bentuk dan bagaimana The Jems yang baru, setelah Fikri datang dan mengisi bangku drum di belakang,” tutur Kesid sang gitaris. 

“Tapi emang kerasa banget sih, untuk materi-materi yang ngebut musiknya, di mini album ini bener-bener terasa nendang banget secara bagaimana bentuk sound dari mini album kita ini,” tambah Dito sang vokalis. 

“Secara lirikal gue juga gak mau nga-nge-ngo kaya di lagu ‘Kalian Memang Bodoh’ gue secara gamblang kasih tau aja ke mereka apa yang kita suka, dan apa yang biasanya kita suka lakuin bareng-bareng, ‘kan liriknya kaya gini ‘Slank Belum Mati Masih Berkumandang, Tattoo Rock Petir Hormati Komunal, Sambangi Gigs Tuk’ Cari Refrensi, Pagi Tertidur Lalu Mulai Lagi’ gitu deh pokoknya haha.” sambung Dito sembar tertawa.

Secara sound The Jems kembali menghadirkan beberapa nuansa kedalam karya-karya nya, dalam salah dua materi ngebut yang di fitrah dengan nama ‘Kalian Memang Bodoh’, serta ‘Bang, Bang, Bang!’ The Jems sepakat untuk menyatukan beberapa unsur seperti Bass-line yang identik dengan musik Reggae hingga solo gitar klasik yang kadang secara tidak sengaja dikeluarkan oleh sang gitaris Kesid, sedangkan di luar dari salah dua materi dari mini album tersebut, seperti ‘Mars The Jems’ mereka mengeluarkan unsur musik marching band. Lagu ini juga didapuk sebagai lagu kebangsaan resmi milik The Jems. lalu satu track lagi di isi dengan ‘We Owe You Nothin’ sebuah lagu pop-depresif yang hanya berisikan sebuah vokal ‘tak niat dari sang vokalis dan dentingan broken piano yang dimainkan dengan skill seadanya.

The Jems juga menjual vinyl dengan harga HPP tanpa ambil profit, dengan tujuan agar kolega-kolega mereka masih bisa menjangkau rilisan mereka. Bahkan sempat ada beberapa label yang menawari akan meriliskan namun, karena harga yang ditawarkan terlalu mahal untuk kolega mereka, akhirnya mereka memutuskan untul self release.

Rabu, 24 April 2024

The Corner of My Room dan Maseta Sebar Afirmasi Positif Melalui Singel “CRASH n BURN”

 



Loetju.idDua musisi muda, The Corner of My Room dan Maseta bergabung dalam singel terbaru mereka “CRASH n BURN”. Perilisan singel ini mengikuti kedua singel Maseta sebelumnya yang keluar tahun lalu, “ODP” dan “Agustus Lagi”; juga album mini kedua The Corner of My Room bertajuk Perplexed and Confused; very puzzled. Menjunjung pengalaman yang dirasakan oleh sebagian besar generasi muda, “CRASH n BURN” berkisah mengenai pentingnya dukungan dari orang-orang terdekat dalam menjalani kehidupan.

Melalui singel ini, Cal (panggilan akrab The Corner of My Room) ingin menyuarakan untuk terus bersikap positif dalam menjalani hidup walaupun telah dijatuhkan berkali-kali. “Terkadang you feel stuck and knowing there are people who love you and care for you and believe in you, you just keep going,” jelas Cal. Sedangkan, Maseta menganggap lagu ini sebagai bentuk mengais validasi di antara kehidupan yang kejam. Hal tersebut menyuarakan pada berbagai pihak untuk meyakini sekecil apapun progres dalam perjalanan seseorang.

“CRASH n BURN” berdurasi 4 menit 15 detik, merupakan lagu pop uptempo yang dihiasi oleh musik psychedelic dan alternatif. Kedua elemen tersebut tercermin dalam outro yang lebih lambat daripada keseluruhan lagu. Maseta sendiri menginterpretasikan lagu ini sebagai proses mengejar sesuatu yang tak dapat diraih dan bagian outro itu sendiri sebagai burnout dan meltdown karena terlalu lelah. Melalui “CRASH n BURN”, mereka berusaha menemani pendengar yang merasa stres dengan keadaan.

Kolaborasi ini sendiri diinisiasi Cal setelah keduanya berteman melalui media sosial. “Lagi pengen banyak kolaborasi karena lama bermusik sendiri. Kebetulan ada demo yang gue pikir cocok untuk collab bareng Maseta dan dia menerima ajakan gue itu dengan excited”, ujar Cal. “Demo yang dikirim Cal itu menarik banget! Kita bikin bareng sampai hasilnya klik dan connected,” tambah Maseta. 

Terbiasa memproduksi sendirian, Cal menemukan banyak pengalaman baru melalui kolaborasi ini yang tak pernah ia dapatkan ketika bermusik sendiri. “CRASH n BURN” sendiri ditulis oleh keduanya, yakni Annisa Callystha dan Maseta Pratama dan diproduksi mereka berdua bersama Ollie Lazuardi. Singel ini melalui proses mixing oleh Wishnu Ikhsantama W. dan mastering oleh Bryan Lowe.

Selain itu, Maseta dan The Corner of My Room juga akan menggelar pagelaran dengan live band pada tanggal 4 Mei 2024 dalam rangka perayaan perilisan singel  “CRASH n BURN” di Nene Moyang, PosBloc, Jakarta Pusat, dengan aksi pembuka Adeliesa, Kura Kura Parafin, dan juga Carrom Club.

“CRASH n BURN” tersedia di seluruh kanal streaming digital mulai 26 April 2024.


Minggu, 31 Maret 2024

Ambil Sudut Pandang Romansa yang Monoton, Girl and Her Bad Mood Lepas “Loves Hates Loves”



Loetju.id - Malang - Lebih dari 5 bulan sejak rilisan terakhir mereka yang bertajuk “Heals”, band indie pop/dream pop Girl and Her Bad Mood kembali menelurkan karya terbaru yang diberi judul “Loves Hates Loves”. Seperti yang tersurat pada judulnya, lagu ini mengisahkan sisi atau angle lain dalam hubungan romansa yakni adanya titik jenuh, monoton, serta kontradiksi dari interaksi antara dua insan manusia. 

Di tengah banyaknya lagu yang menggambarkan kesempurnaan romansa, “Loves Hates Loves” berani mengulik sudut pandang lain sebuah hubungan dengan  menggambarkan rollercoaster emosi yang banyak dialami orang ketika menavigasi kerumitan cinta di era digital. Meramu lirik dan melodi yang ringan nan catchy, tembang ini mengajak para pendengarnya untuk menerima bahwa cinta bagaikan dua sisi mata uang. Ia bisa membuatmu terbang dan terlena, namun di sisi lain cinta juga bisa terasa membosankan hingga membuat frustasi. 

Liriknya sendiri ditulis oleh Bima Geraldi yang banyak mendapatkan ilham ketika saling bercerita dengan teman-teman yang banyak mengalami stagnasi dalam sebuah hubungan. “Saya banyak dengar curhatan teman-teman di sekitar dan menurut pengalaman saya sendiri juga cukup relatable terhadap concern ini. Akhirnya ditulis deh lirik buat lagu ini karena dirasa tema ini jarang di approach sama orang, padahal mungkin dialami sama hampir semua pasangan,” ungkap musisi yang berposisi sebagai gitaris sekaligus vokalis tersebut.

Vokal Bima yang beradu harmonis dengan Jane Maura menyempurnakan eksplorasi sound yang lebih luas terutama di bagian sound dan rhythm gitar. Girl and Her Bad Mood atau biasa disingkat GAHBM mengaku banyak terpengaruh oleh band kawakan Angels and Airwaves, serta beberapa band alternatif asal Jepang dalam menggubah musik di lagu ini. 

Gebukan drum yang beraromakan post-punk juga tidak terlepas dari pengaruh personel band Closure yakni Dugong dan Axel yang turut andil dalam memproduseri “Loves Hates Loves”. Direkam di Haum Studio, lagu yang juga dirilis secara digital via Haum Entertainment ini siap dinikmati oleh para pendengar setia GAHBM di tanggal 29 Maret 2024. Sebuah cover yang menggambarkan dua sejoli yang tidak lain adalah Jane Maura dengan kekasihnya sendiri mengiringi dirilisnya karya ini yang rasanya sangat sulit untuk dilewatkan. 

Band yang terdiri dari Bima Geraldi (gitar/vokal), Daffa Hanafi (gitar), Danang Seloaji (drum), Handy Wandawa (synth), dan Jane Maura (bass/lead vokal) ini juga menyambut peluncuran lagu baru dengan melepas sebuah merchandise khusus yang bisa dipantau di media sosial band tersebut. Tetap konsisten menampilkan musik mereka dari panggung ke panggung serta meluncurkan karya di saat bersamaan, GAHBM membuktikan komitmen mereka sebagai sebuah unit. 

“Meskipun kami punya kesibukan masing-masing dan bahkan terpisah jarak, kami menghargai komitmen yang dibuat sebagai sebuah grup dan menghormati jadwal masing-masing. Tapi tetap kami atur waktu yang tepat biar timeline proyek tetap aman,” bocor GAHBM tentang tips untuk tetap produktif. “Loves Hates Loves” diharapkan bisa dinikmati oleh para pendengar, baik yang tengah mengalami situasi yang tergambar di lagu ataupun mereka yang kisahnya baik-baik saja. 

“Cinta tidak selalu cerah dan berwarna-warni. Terkadang kacau, terkadang membosankan, dan terkadang membingungkan. Dan itu tidak apa-apa. 'Loves Hates Loves' merayakan sifat cinta yang kacau dan tidak sempurna,” tutup GAHBM. Nikmati karya ini di berbagai layanan streaming digital favoritmu!

The Fishska Kembali Rilis Karyanya Dalam Bentuk Vinyl 7” yang dirilis oleh Liquidator Records asal Madrid Spanyol

 




Loetju.id - Setelah merilis full lenght album bertajuk ”Banned in Jakarta” Oktober 2023 lalu, kini The Fishska kembali merilis karyanya dalam bentuk vinyl 7” yang dirilis oleh Liquidator Records.

Liquidator Records adalah sebuah label kenamaan di scene Ska dunia asal kota Madrid, Spanyol. Label ini mengkhususkan dirinya hanya merilis band band Traditional Ska, Rocksteady, Early Reggae, dan Soul dengan sound 60’an. Toni Face, sang pemilik label mengkonfirmasi bahwa The Fishska adalah band Asia pertama yang karyanya dirilis dibawah label miliknya tersebut.

Adapun 2 lagu yang dirilis dalam bentuk vinyl 7” tersebut adalah ”Johny’s Whiney” dan ”Confession of a Skinhead”. Kedua lagu ini diambil dari album baru mereka Banned in Jakarta.

”Johny’s whiney”, lagu yang berada pada side A vinyl 7” ini adalah lagu protes tentang betapa buruknya demokrasi dan pemerintahan Indonesia saat ini. ”Johny” adalah alter ego yang The Fishska ciptakan sebagai personifikasi dari pemimpin Rezim Oligarki yang memerintah Indonesia saat ini. Johny menjalankan pemerintahan yang begitu korup, anti kritik namun lihai dalam membuat pencitraan, pejabatnya kenyang sementara rakyatnya banyak yang merengek kelaparan dan tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sedangkan pada side B adalah ”Confession of A Skinhead”. Sebuah lagu tentang pengakuan ”dosa” seorang Skinhead yang di masa lalunya banyak melakukan tindakan yang tidak baik, membela kebanggaan semu, salah dalam memilih sahabat dan lingkaran pertemanan sehingga menjadi penyesalan namun juga pelajaran berharga bagi hidupnya.

Vinyl 7” ini dirilis di Madrid, Spanyol pada tanggal 22 Maret 2024, akan dicetak dalam jumlah terbatas diseluruh dunia ( www.liquidatormusic.com )

Sebuah langkah besar bagi The Fishska, namun hanyalah langkah kecil dalam bentang sejarah band ini kedepannya.

Senin, 18 Maret 2024

Melangkah dengan Formasi Baru, Hiraeth Mantap Rilis EP "Unintended"

 


Loetju.idAwal tahun 2024 menjadi penanda langkah baru bagi Hiraeth, unit hardcore metal asal Malang. Di bulan Februari 2024 ini, Hiraeth melahirkan EP yang berjudul “Unintended”.

Hiraeth sebetulnya bukanlah band baru. Band ini dibentuk pada tahun 2019. Namun, gejolak internal membuat band ini mengalami beberapa kali pergantian personel. Akhirnya di tahun 2024 ini Hiraeth mantap dengan formasi baru yang beranggotakan Dimas Adi sebagai vokalis, Jordan Malvino sebagai drummer, Teddy sebagai bassist, dan Abhidzarr sebagai gitaris.

Sebagai penanda langkah di kancah musik Indonesia, Hiraeth mengusung tema kesedihan. “Unintended” merupakan representasi dari duka dan lara atas sebuah kegagalan yang menyisakan kesakitan tak berujung. “Kami mengajak siapa pun yang saat ini sedang mengalami rasa sakit karena kegagalan untuk ‘merayakan’nya menjadi sebuah kesedihan yang menyenangkan,” ujar Abhidzarr.

Kelahiran EP ini tak jauh dari pengalaman pribadi para personel Hiraeth. Berbagai bentuk rasa sedih, keresahan, kekhawatiran, dan kekecewaan dituangkan dalam EP yang berisi 2 lagu dan 1 intro ini. “Remain Sense Of Pain” akhirnya dipilih sebagai lagu jagoan dalam EP “Unintended”, seolah merangkum kegelisahan yang terpancar dari EP “Unintended”.

This finger never touched the warm
In the empty temple
The rest of the pain
Sits on the throne eternity

“Dalam penggarapan materi untuk EP ini, semuanya muncul dengan spontan,” jelas Tedy. “Nggak jarang kami bercanda sehari-hari, malah dapat inspirasi materi-materi baru. Dari situlah bisa dibilang titik awal perjalanan Hiraeth dengan EP ini.”

Walaupun digarap hanya dalam sesi latihan yang terbilang singkat, EP yang digarap di AA Studio Musik Malang ini diramu dengan penuh keseriusan dengan menggandeng Mufid (@fiditrada_98) untuk memoles mixing dan masteringnya.

EP “Unintended” dapat dinikmati di Spotify dan berbagai layanan digital streaming platform lainnya mulai tanggal 29 Februari 2024. 

Hiraeth adalah unit hardcore metal yang beranggotakan Dimas Adi (vokal), Teddy (bass), Abhidzharr (gitar), dan Jordan Malvino (drum). Terbentuk sejak tahun 2019, band asal Malang ini banyak ter-influence dari band-band hardcore metal di era 90-an, seperti Earth Crisis, Morning Again, Spirit of Youth, dan sebagainya. Lebih dekat dengan Hiraeth di: Instagram: https://www.instagram.com/hiraethhcoffcl

Slowanderer Ungkap Fantasi Liar di Single “Dig In Deep Down”

 

Loetju.id - Kran kreativitas seorang musisi elektronik asal Malang yakni Slowanderer masih mengucur deras. Terbukti di paruh awal tahun 2024, musisi yang bernama asli Jul tersebut merilis sebuah single yang diberi judul “Dig In Deep Down”. Lagi-lagi tidak sendiri, setelah berhasil menggandeng Saladdays dan Fahem di 2 karya terdahulu, kali ini Slowanderer menggandeng Shuttleark di bagian penulisan lirik serta Karima Sasi yang mengisi bagian vokal. 

Kolaborasi ketiganya tercipta apik dengan Shuttleark yang menggubah lirik puitis dengan tema yang disiapkan oleh Slowanderer. “Menurut saya Shuttleark punya gaya penulisan yang phoetic dan cocok untuk tema kali ini. Sedangkan Karima Sasi menarik perhatian saya dengan proyeknya bersama band Eas.y dan saya rasa warna vokalnya sangat cocok untuk genre yang saya bawa. Karena kecocokan ini chemistry yang kami bangun cukup mudah saat sesi recording,” ungkap Slowanderer. Dibalut genre disko 80-an, vokal manis dan lirik liar menggelitik mewarnai “Dig In Deep Down”. 

Nuansa kental disco house era 80-an menjadi tema utama di single anyar ini dan menyaksikan sedikit pergeseran atmosfer dari genre tropical house yang biasa Slowanderer usung di karya terdahulu. “Saya banyak dengerin disco 80-an seperti ABBA, Aqua, Bee Gees, sampai lagu ikonik “I Will Survive” milik Gloria Gaynor. Pas cari-cari referensi inilah terbesit keinginan untuk membuat lagu disco karena masih memiliki akar yang sama dengan genre saya yakni house,” ujar Slowanderer. 

Tidak cukup di situ, Slowanderer juga menuangkan visi visualnya pada sebuah video klip untuk “Dig In Deep Down” yang diproduksi oleh rumah produksi Paguyuban Pembawa Pesan. Aktor Temi Adwin dan model Cornelia Renata didapuk sebagai pemeran utama dalam video yang berkisah tentang pertemuan seorang wanita dengan seorang pria di suatu bar yang memicu imajinasi dari sang wanita. Proses syuting yang dilakukan di Rust Bar, Malang dan sebuah mobil hanya memakan waktu 1 hari, sedangkan proses pasca produksi dilakukan hingga lebih dari satu bulan. 

Peluncuran lagu sekaligus video klip dari “Dig In Deep Down” ini membuat Slowanderer semakin tertarik untuk mengeksplorasi banyak subgenre musik house yang ia tekuni. “Goals utama tetap menghibur pendengar musik elektronik. Namun di tahun ini, secara musikal nampaknya aku akan mencoba lebih eksplore beberapa genre agar memberi opsi bagi teman-teman yang mendengarkan laguku,” imbuh sang musisi. Selain meramu musik, 

Slowanderer juga tengah mencoba peruntungannya sebagai konten kreator yang aktif membuat berbagai konten hiburan, edukatif, hingga mengocok perut yang masih berhubungan dengan musik. Musisi yang aktif di Tiktok dan Instagram Reels ini juga tidak menutup misi lainnya sebagai produser musik. Ia berharap ketiga passion tersebut bisa berjalan berdampingan dan membuat namanya semakin dikenal publik. “Dig In Deep Down” resmi dirilis di berbagai platform digital pada tanggal 1 Maret 2024 dan videonya bisa disaksikan di Youtube Slowanderer mulai tanggal 2 Maret 2024.

Kamis, 07 Maret 2024

Fanny Soegiarto Umumkan Mundur dari Grup Band Soegi Bornean

 


Loetju.id - Hari ini Jumat bertepatan dengan tanggal 1 Maret 2024, vokalis Grup Band Soegi Bornean Fanny Soegiarto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai vokalis dan anggota dari grup band Soegi Borneon lewat akun twitter atau X nya @fannysoegi jam 10:21 WIB.

Pelantun lagu viral berjudul Asmalibrasi ini memposting poster bertulis "Halo, saya Fanny Soegiarto, Saya ingin berbagi bahwa saya telah mengambil langkah keputusan untuk mengundurkan diri dari grup band Soegi Bornean. Keputusan ini tidak diambil secara gegabah, melainkan setelah pertimbangan yang matang. Saya mengucapkan terima kasih atas semua moment luar biasa yang telah dilalui selama ini. Saya berharap yang terbaik bagi perjalanan mereka ke depan. Lebih lanjut mengenai alasan kaputusan ini, akan saya sampaikan di waktu yang tepat. Terima kasih atas pengertian dan dukungannya semua pihak. Doa baik"


Dalam kolom reply Fanny menambahkan "Untuk kedepannya, saya akan tetap berkarya dan membawa identitas saya dalam bermusik. Serta secara legal akan tetap membawakan lagu ciptaan saya dan Dimec Tirta F. : Saturnus, Pijaraya, Asmalibrasi, Haribaan, Raksa, Kala, Samsara dan Aguna".

Seperti disampaikan belum jelas alasan Fanny mengundurkan diri dan belum ada tanggapan dari personil lain grup band Soegi Bornean. 

Sebagai informasi, Soegi Bornean adalah grup musik indie pop yang berbasis di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Grup ini terbentuk pada April 2019, beranggotakan Fanny Soegiarto (vokal), Aditya Ilyas (gitar), dan Bagas Prasetyo (gitar).

Mereka telah merilis album mini (EP) berjudul Atma pada 2020. Salah satu single mereka berjudul "Asmalibrasi" menempati posisi kedua di Spotify Weekly Top Songs Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2022. Nama Soegi diambil dalam kata bahasa Jawa yakni 'sugih' yang berarti kaya. Sementara itu, Bornean berarti Kalimantan, yang merupakan kampung halaman sang vokalis, Fanny Soegiarto.


Anggota grup Band Indie Soegi Bornean 
Fanny Soegiarto – vokal (2019–sekarang)
Aditya Ilyas – gitar (2019–sekarang)
Bagas Prasetyo – gitar (2021–sekarang)
Damar Komar – gitar (2019–2021)


Diskografi

Single
Saturnus (2019)
Raksa (2020)
Semenjana (2021)
Samsara (2021)
Aguna (2023)

Album mini (EP)
Atma (2020)


Doa terbaik untuk kak Fanny, terus semangat dalam bermusik kami tunggu karya-karya selanjutnya untuk mewarnai blantika musik Indonesia.




Penulis
Nandar

Sentuhan Emosi Sabiella Maris Melalui Single Terbarunya "Uneasy"

 


Loetju.idMalang, Februari 2024 - Sabiella Maris kembali merilis karya terbarunya. Solois wanita ini meluncurkan single “Uneasy” yang mengusung tema yang meresap dan emosional. Dalam single ini, penyanyi dan penulis lagu wanita dari kota Malang tersebut menggambarkan perasaan kebingungan yang melanda ketika seseorang yang dekat dengan kita, mulai menjauh tanpa alasan yang jelas. 

Lagu ini menjadi rilisan pertama Sabiella pada tahun ini setelah terakhir merilis maxi single nya di bulan Agustus tahun lalu. Sabiella yang biasanya memilih jalur indie pop dengan sentuhan lo-fi dan sedikit dream pop, kali ini memilih memperkenalkan warna baru yang dalam musiknya yaitu ambient/space rock. 

Dalam wawancara terbaru, Sabiella Maris berbagi tentang inspirasi di balik "Uneasy". "Saya ingin mengekspresikan bagaimana rasanya ketika seseorang mulai menjauh dari kita tanpa penjelasan yang memadai. Rasa kebingungan, kehilangan, dan kekosongan yang menyertainya begitu kuat, dan saya berharap melalui lagu ini, orang-orang yang mengalami hal serupa merasa didengar dan dipahami” cerita Sabiella.

Tidak hanya warna baru dalam hal bermusiknya, kali ini Sabiella juga menuangkan kreatifitas yang lebih fresh. Proses rekaman single “Uneasy” dilakukan di Haum Studio/Entertainment dengan sentuhan ide dari Axel Kevin Yuridevara. Sabiella memiliki harapan agar lagu ini akan menjadi soundtrack bagi mereka yang sedang melalui perjalanan emosional yang sama. 

Tak ketinggalan, single "Uneasy" segera hadir di semua platform streaming digital mulai 24 Februari 2024 via self released. Pendengar di seluruh dunia diundang untuk menikmati dan terhubung dengan emosi yang disampaikan oleh Sabiella Maris melalui lagu ini.

Bobi Kurtz Rilis Empat Lagu Baru Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human



Loetju.idJakarta, 1 Maret 2024 – EP self-titled dari Bobi Kurtz telah dirilis secara lengkap dengan keluarnya empat lagu hari ini. Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human sudah bisa didengarkan di platform musik favorit anda. Violet Snow, What a Life, Green Clouds dan Jose Human sudah bisa didengarkan di platform musik favorit anda.

Violet Snow adalah ballad yang menceritakan kisah melodramatis mengenai akhir yang tiba-tiba dari sebuah hubungan. Lirik dan aransemen Violet Snow dirancang untuk menggambarkan seseorang yang patah hati di cuaca yang dingin.

What a Life menceritakan masa kecil Bobi yang religius, kisah cinta yang “tragis” saat masa remaja dan dilengkapi dengan reference dari olahraga dan modern art. Nada dari What a Life terdengar riang dan gembira, namun mengandung pesan yang tersembunyi.

Green Clouds berlatarkan di padang rumput di mana dua kekasih sedang berbaring di siang hari mendung – sebuah tempat dan kondisi di mana mereka bahagia berada di sisi satu sama lain sepanjang hari. Mereka berinteraksi intim dan pikiran mereka melayang ke tempat jauh yang indah dan layaknya mimpi.

Terakhir, Jose Human dimulai dengan cerita tentang pria kulit putih bernama Buster Jeffers, seorang veteran Perang Vietnam yang kesulitan berbaur di masyarakat modern karena reputasi buruknya. Seraya lagu berjalan, pendengar akan mendengar berbagai cerita dari Tyler Farrokh, Terome Stenson, dan Joe Gonzalez, berbagai pria dari ras minoritas di negara barat.

“Beberapa lagu dari EP ini ditulis pada 2017, dan akhirnya mereka bisa didengarkan oleh khalayak. Menurut saya semua lagu yang dirilis berbeda satu dengan yang lain, tapi masih memiliki jiwa dari Bobi Kurtz,” Bobi menjelaskan

“Lagu-lagu ini berada dekat di hati saya – dan meskipun tidak semua lagu menceritakan kisah pribadi saya, namun semua berasal dari pemikiran atau perasaan yang berada di dalam diri saya.”

“Jose Human misalnya – lagu yang sulit untuk ditulis, tapi sebagai orang ketiga yang melihat dari kejauhan dan memiliki keprihatinan mendalam, saya ingin menunjukkan hormat pada orang-orang yang tertindas. Tentu saja, saya tidak memiliki kapasitas untuk menceramahi orang, dan bukan itu maksud saya, tapi saya hanya ingin menunjukkan simpati.”

“Green Clouds dan Violet Snow adalah dua lagu yang mencerminkan perasaan yang sangat bertolak belakang yang pernah saya alami, yakni sumringah dan patah hati.”

“Sedangkan What a Life adalah homage kepada hidup saya dari masa kecil sampai usia 20an – semua terasa membingungkan. Saya tidak merasa semua yang lalui itu pahit, tapi saya tahu bahwa apa yang saya lewati sangat berbeda dari yang dilewati orang lain. Tapi yang bisa saya katakan, pengalaman saya membentuk perspektif saya yang tak lazim,” Bobi menjelaskan.


Tentang Bobi Kurtz

Bobi Kurtz adalah seorang penyanyi folk, penulis lagu dan penulis dari Jakarta, Indonesia. Dibesarkan oleh keluarga Kristen yang religius, Bobi memiliki ketertarikan pada musik, terutama vokal, sejak usia dini oleh karena keterlibatannya dalam kegiatan gereja. Meskipun begitu, Bobi baru belajar bermain gitar dan menulis lagu pada saat ia menginjak kelas 11.

Bob menulis beberapa lagu pertamanya saat berusia 19, namun saat usia 23 ia baru mulai menulis lagu yang berbasis literatur berkat pengalamannya di dunia jurnalistik dan menulis profesional. Panutan menulisnya di saat itu adalah Bob Dylan, Leonard Cohen, Nick Drake dan George Harrison.

Dalam kapasitasnya sebagai penulis lagu, Bob membahas berbagai subjek seperti pengalaman pribadi, kesehatan mental, sosio-politik dan kepercayaan.

Akhirnya, di usia yang baru menginjak 27 tahun, Bob merilis EP yang berjudul nama sendiri. Lagu-lagu yang ada di dalam EP Bobi Kurtz adalah Boston, Adieu, Violet Snow, What a Life, Green Clouds, dan Jose Human.

Selasa, 27 Februari 2024

Aleksiah Menghibur Dirinya di Masa Lalu lewat Single “24”

 


Loetju.idPenyanyi dan penulis lagu dari Adelaide, Australia bernama aleksiah kembali dengan sebuah pesan hangat untuk dirinya di masa lampau lewat lagu berjudul “24”. aleksiah menginterpretasikan tembang yang awalnya bernuansa gelap dan pesimistis menjadi sebuah sindiran lucu bagi dirinya di masa lalu. Diharapkan nomor ini menjadi sebuah pengingat bahwa semuanya akan menjadi lebih baik nantinya. 

“24” ditulis pada suatu waktu di mana saya merasa banyak keirian dan rasa benci terhadap diri sendiri. Waktu itu saya baru menginjak umur 22 tahun dan merasa sangat tertinggal dibanding teman-teman sejawat. Saya belum berani menyebarluaskan musik saya karena takut akan kegagalan, tapi alih-alih memperbaiki hidup dan kepercayaan diri, saya justru menulis sebuah lagu untuk menyindir diri saya sendiri dengan sinis,” ujar aleksiah. 

“24” menjadi titik balik perubahan pola pikir seorang aleksiah yang dibalut dalam tempo cepat dan instrumen musik pop yang berkilauan. Melawan ekspektasi sosial yang banyak membuat para pemuda pemudi kesulitan meraih mimpi, aleksiah berusaha menangkap sebuah perasaan ketika kita selalu merasa tertinggal jauh dari teman-teman. Membawa perspektif baru yang segar, “24” menjadi sebuah peringatan agar kita tidak terlalu keras pada diri sendiri. Selagi muda, seharusnya kita bisa lebih menikmati proses dan percaya pada masa depan. 

Sang penyanyi melanjutkan, “Saya akan menginjak usia 24 tahun ini dan seperti lagu yang saya tulis, akhirnya saya memegang kendali hidup saya. Saya ingin lagu ini juga memberi harapan yang sama kepada para pendengar, seperti yang saya alami.”

Para penggemar dan industri musik telah memberikan sambutan hangat bagi aleksiah sejak ia debut dengan lagu “Fern”. Setelah debut, radio nasional Australia Triple J juga memilihnya sebagai talenta kategori “Unearthed” (red: pendatang baru/upcoming artist) untuk festival Groovin the Moo 2023 yang diadakan di Wayville, sekaligus memasukkan dua lagu lainnya “Ant Song” dan “Pretty Picture” ke dalam daftar putar tetap mereka. Menjadi musisi ke-6 dengan lagu paling sering diputar dari kategori ‘Unearthed Artist’ di tahun 2023 dan terpilih jadi salah satu dari 6 musisi Australia yang diprediksi meledak di tahun 2024 oleh majalah Vogue, aleksiah membuktikan bahwa ia telah memberi kesan yang luar biasa. 

Di bawah manajemen artis Chugg Music asal Australia dan agensi Select Music sebagai booking agent-nya, karir bermusik aleksiah diprediksi akan semakin melejit. Ia berhasil memukau berbagai pelaku industri musik di BIGSOUND 2023 dan telah berbagai panggung dengan beberapa musisi ternama seperti Lime Cordiale, Kita Alexander, Holy Holy, Teenage Dads, Teenage Joans dan masih banyak lagi. Tengah merancang sebuah tur tunggal dan menjadi gig pembuka bagi musisi asal UK yakni Cavetown, aleksiah berada di jalan yang tepat untuk membuat namanya semakin dikenal.

Single “24” resmi dilepas pada tanggal 2 Februari 2024 secara digital di berbagai platform. “24” ditulis dan dinyanyikan oleh aleksiah, diproduksi dan aransemen oleh Chris Collins, serta melalui proses mastering oleh King Willy Sound.

Jumat, 16 Februari 2024

Grand Candi Hotel Persembahkan Teratai Lobby Jazz, Acara Musik Gratis Kolaborasi dengan Komunitas JazzNgisoringin




Loetju.idSemarang - Sebagai hotel  bintang 5 dengan konsep kesenian, Grand Candi  Hotel Semarang kerap menyelenggarakan kegiatan kesenian. 

Di awal tahun 2024, Hotel yang berlokasi di Jl. Sisingamangaraja No.16 Semarang, memilki program kesenian baru berkolaborasi dengan komunitas JazzNgisoringin bernama Teratai Lobby Jazz. JazzNgisoringin merupakan sebuah komunitas yang berisi musisi-musisi Jazz di kota Semarang.


Teratai Lobby Jazz yang sudah berjalan dari bulan januari, menyuguhkan pertunjukan live music khusus bergenre jazz. Diisi oleh musisi-musisi yang tergabung di komunitas JazzNgisoringin, seperti Kamadhatu, Monday Project, 23Kuartet, Yohanes Gondo dan Asmaralda Michelle Quintet.  Performa dari musisi tersebut sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam membawakan lagu jazz, karena sudah memiliki jam terbang tinggi karena kerap mengisi berbagai event konser musik.


Yusuf Sianturi sebagai musisi dan salah satu pengurus  komunitas JazzNgisoringin mengaku senang dengan terselenggaranya acara ini. Yusuf Sianturi mengatakan “Senang sekali dengan diadakannya Teratai Lobby Jazz yang berkolaborasi dengan komunitas Jazzngisoringin, karena teman-teman musisi jazz khususnya di Semarang sekarang memiliki tempat untuk berkumpul dan bermusik yang diadakan secara regular di Grand Candi Hotel”.
Tak hanya menyuguhkan pertunjukan musik, acara ini terdapat jamming session, dimana tamu yang hadir diajak untuk ikut meramaikan acara dengan mempertunjukan skill mereka bermain alat musik sembari menikmati makan malam di Hotel Grand Candi.  Selain itu, terdapat sesi coaching clinic untuk berbagi ilmu pengetahuan dan belajar untuk memainkan lagu jazz.

Adrian Reynald sebagai Public Relation Grand Candi Hotel menjelaskan “Tertai Lobby Jazz tak hanya sebatas pertunjukan musik jazz saja, program ini juga bertujuan untuk memberikan wadah bagi para musisi jazz di kota Semarang untuk berkumpul, bermusik dan belajar tentang jazz lebih dalam, sehingga diharapkan memunculkan bibit-bibit musisi jazz baru di masa mendatang” 

Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan Teratai Lobby Jazz, acara ini dapat dinikmati setiap hari Senin pada pukul 19.00WIB bertempat di Teratai Lounge Grand Candi Hotel. Tak perlu khawatir untuk membayar tiket masuk, karena acara ini gratis tanpa dipungut biaya apapun.
Untuk informasi lebih lanjut, bisa dilakukan dengan menghubungi nomor telepon +62 813-3136-1665 atau follow sosial media Grand Candi Hotel di instagram dan Tiktok @grandcandismg.

Adrian Reynald | Public Relation Grand Candi Hotel | 15 Feb 2024

Sabtu, 27 Januari 2024

Head Head Tandai Kembalinya ke Industri Musik Lewat Single dan MV “Meet Me in Heaven”

 



Loetju.idHead Head merupakan nama sebuah band asal Malang beraliran indie pop yang sempat mencuat di tahun 2017 dan aktif hingga tahun 2019. Sayangnya, Head Head sempat hiatus hingga akhirnya memutuskan tahun ini adalah tahun yang tepat bagi mereka untuk merilis single ke-3 bertajuk “Meet Me In Heaven”. Band yang beranggotakan Bepe (vokal & gitar), Meidi (gitar), Yoga (bass), dan Emir (drum) ini kembali meramu sebuah nomor yang didominasi reverb gitar yang dreamy dan tebal ditambah tone melodi yang ceria, senada dengan dua single terdahulu yakni “Vivid Reality” (2017) dan “Mythomania” (2019). 

“Senang sekali akhirnya kami kembali lagi. Perasaan rilis ini tetap sama seperti rilisan kami sebelumnya, tidak terlalu excited tapi sangat ga sabar nunggu hari rilisnya tapi tetap deg-degan. Materi ini sebenernya udah kami buat bareng dua single awal tapi karena satu dan lain hal baru bisa direalisasikan di tahun ini,” ungkap Head Head. 

Meskipun sekilas mirip, ada sajian berbeda di “Meet Me in Heaven” yakni meskipun nada yang ditampilkan upbeat dan ceria, liriknya menyimpan pesan depresif dan melankolis. Single ini ditulis tentang pengalaman orang terdekat Head Head yang bertemu seorang wanita pujaan hati. Ketika cintanya tidak bersambut, sang pria merasa gagal hingga muncul pemikiran buruk untuk mengakhiri hidupnya agar bertemu sang wanita di surga.

Interpretasi visual dari “Meet Me in Heaven” digarap dengan artistik oleh sutradara Prialangga yang menggaet aktor dan aktris Mochamad Daniar dan Saha Abel untuk memerankan sepasang kekasih yang saling menyakiti. Melalui proses syuting selama 16 jam di sebuah villa di Kota Batu dengan vegetasi padat dan hujan rintik-rintik yang menggelayuti cakrawala, Prialangga menciptakan sebuah plot antar tokoh utama pria dengan mental kurang stabil yang bertemu dengan tokoh utama wanita yang memanipulasi dan memanfaatkannya untuk permainan semata. 

Latar belakang teater Mochamad Daniar ditampilkan dengan akting yang ekspresif dan memukau, ditambah setting yang mendukung membuat video klip Head Head ini wajib disaksikan hingga akhir. Bukan Prialangga tanpa sebuah plot twist dan MV ini termasuk salah satunya yang mengandung kejutan di akhir dengan adegan multi interpretasi yang membuat penonton menerka-nerka.

Aktifnya kembali di dunia musik setelah 4 tahun vakum juga membuat Head Head wajib mempersiapkan diri untuk berbagai kesempatan bermain secara live di masa mendatang. “Pasti kita ngga menutup kesempatan buat main live. Walaupun alat-alat lagi kita servis dulu setelah 4 tahun ga disentuh ya hahaha..”, ujar mereka disambut gelak tawa. 

Membawa pesan dan interpretasi yang berat karena berkaitan dengan kesehatan mental yang juga mereka alami dan saksikan sendiri, Head Head berpesan bagi para pendengar yang mungkin sedang mengalami peristiwa yang sama dengan pesan di lagu ini untuk mencari pertolongan profesional dan berpikir panjang. Single dan MV “Meet Me in Heaven” sudah bisa dinikmati di berbagai layanan streaming digital dan kanal Youtube resmi Head Head. Welcome back Head Head!

Selasa, 16 Januari 2024

Kenalan dengan Raim Laode Komika dan Penyanyi Peraih AMI Award Dua Kali

 


Loetju.id - Selain sebagai seniman komedi tunggal, para komika juga pada umumnya punya skill seni yang lain. Sebut saja mereka yang akhirnya terjun ke dunia penulisan skenario, konsultan kreatif, sutradara, hingga pemeran series dan film layar lebar.

Selain skill di atas, tidak sedikir komika yang juga sukses dalam skena musik, banyak nama yang sudah menelurkan karya baik single bahkan album, ada Hifdzi Khoir, Nopek Novian, Dzawin, Davi Sumbing hingga yang tidak banyak orang tahu bahwa ia adalah komika yaitu Raim Laode yang mungkin sobat pembaca baru tahu dari lagu viralnya yang berjudul Komang.

Video lirik lagu Komang sudah ditonton sebanyak 88 juta kali dalam waktu 9 bulan penayangan sejak diupload tanggal 22 Februari 2023 di channel youtube Raim Laode yang sudah memiliki 615 ribu subscriber.

Padalah jauh sebelum sebelum lagu Komang viral, Raim sudah menelurkan banyak single dan tentu saja malang melintang di dunia komedi. Lewat postingan kali ini yuk Kenalan dengan Raim Laode Komika dan Penyanyi Peraih AMI Award Dua Kali.

Memiliki nama lengkap La Ode Raimudin, yang dikenal dengan nama Raim Laode ia lahir pada 28 April tahun 1994 dikenal sebabai pelawak tunggal, aktor, dan penyanyi-penulis lagu berkebangsaan Indonesia.


Karir Raim Laode sebagai Komika
Raim merupakan salah satu komika dari Indonesia Timur asli Wakatobi yang dikenal secara nasional setelah mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Academy musim kedua (SUCA 2) yang diadakan oleh Indosiar. Lolos sebagai satu dari total 42 orang finalis, Raim di kompetisi juga harus bersaing dengan kakak kandungnya sendiri, yaitu Boy Laode. 

Mereka berdua lolos audisi SUCA 2 di Makassar dan menjadi kakak beradik pertama yang tampil di satu kompetisi SUCA. Berbeda dengan sang kakak yang belum lama ikut ber stand up comedy, Raim memiliki jam terbang lebih baik dari kakaknya karena dirinya ikut dengan komunitas stand up comedy, yaitu Stand Up Indo Kendari sejak akhir tahun 2014, sehingga ia pun lebih banyak berlatih dan tampil open mic di wilayah Sulawesi sekitarnya. Raim yang merupakan mahasiswa Universitas Haluoleo, Kendari jurusan Pendidikan Sejarah 

.ini pun ikut mengisi program komedi di TV lokal bernama KOTAWA, yang tayang sejak 2015 hingga sekarang. Dalam ajang SUCA 2, ia dikenal dengan rambut keritingnya yang khas dan pembawaan materi ala Indonesia Timur.

Dalam kompetisi tersebut ia tereliminasi di babak 4 besar setelah putaran pertama. Sewaktu menjadi semifinalis Stand Up Comedy Academy 2 membuat pemerintah daerahnya mendaulat menjadi duta pariwisata Wakatobi.


Karir Raim Laode sebagai Penyanyi
Pada tahun 2018 Raim terjun ke dunia seni musik. Portofolio talenta bernyanyi Raim Laode untuk pertama kalinya diluncurkan kepada publik pada 6 Oktober 2018 berupa audio dalam format statis video, yang meraih penikmat sebanyak 488 ribu dengan respon sebanyak 10 ribu. Singel perdananya berjudul "Cemburu" diluncurkan pertama kali dalam bentuk audio pada 6 Oktober 2018, disusul lagu Suasana Rumah yang diluncurkan pertama kali dalam bentuk video musik pada 12 April 2019.

Sejumlah film yang pernah ia bintangi diantaranya, Cek Toko Sebelah, Suami untuk Mak, Flight 555, Pohon Terkenal, Teachers, Kukira Kau Rumah, Ranah 3 Warna. Tak hanya itu Raim juga main dibeberapa series yaitu Nongkrong di Warung Kopi, Di Sebelah Ada Surga, Kejebak Kawin, Gini-Gini Aja?, Jawara Indonesia, I Love You Silly, dan Hari ini Kenapa, Naira?.

Selain itu Raim juga tampil dalam beberapa acara televisi, diantaranya KOTAWA (TVRI Sultra) sebagai pengisi acara, Stand Up Comedy Academy 2 (Indosiar, 2016) sebagai peserta, Waktu Indonesia Timur (NET., 2018—2019) sebagai pengisi acara tetap, Sarung Ramadan (TVRI Nasional, 2022) sebagai pembawa acara dan dalam video musik berjudul "Tua Bersama" (2021).

Sejauh tulisan ini dibuat setidaknya sudah ada 11 single yang dinyanyikan oleh Raim Laode ditulis oleh ia sendiri dan rekannya.

Daftar lagu yang dinyanyikan oleh Raim Laode:
1. Cemburu
2. Suasana Rumah
3. Salah
4. To The Bone"
5. Suasana Rumah"
6. Su Terlalu Lama"
7. Sang Badut
8. Tua Bersama
9. Komang
10. Ekspektasi
11. Lesung Pipi


Bukti bahwa Raim Laode tak main-main dalam skena musik adalah dengan berhasil menyabet dua penghargaan di  ajang bergengsi Anugerah Musik Indonesia tahun 2023 sebagai pemenang dalam kategori Artis Solo Pria Pop Terbaik dan Pencipta Lagu Pop Terbaik dengan lagu yang ia tulis dan ciptakan untuk sang istri tercinta berjudul Komang.



Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Raim_Laode
Sumber foto: https://apahabar.com


====
Baca juga:


Sir Lord Buzz Merespons Ketimpangan Relasi Kuasa Dengan Merilis Video Klip Merayakan Kebencian

 


Loetju.idMalang, Sir Lord BUZZ menapaki permulaan 2024 dengan meluncurkan video klip kembali. Pasca merilis "Terbakar" kali ini video klip Buzz bangun dari single terbaru mereka yang diberi tajuk "Merayakan Kebencian". Dalam prosesnya, Buzz menggandeng Bullet Gun Rock Studio salah satu studio visual independen berbasis di Kota Malang. 

"Merayakan Benci" merupakan satu single teranyar Sir Lord BUZZ yang memiliki sentuhan personal di tiap-tiap benak anggotanya. Secara garis besar "Merayakan Kebencian" adalah format medium paling universal dalam satu poros rotasi emosional, singkatnya bercerita mengenai relasi kuasa dan hubungan transaksional penuh ketimpangan, bagaimana satu individu diperalat oleh individu lain dan ditinggalkan begitu saja dengan berbagai macam dalih. Alih-alih membalas penuh dendam dengan perlakuan serupa, Sir Lord BUZZ justru memutuskan untuk merespons kemalangan tersebut dalam sebuah bentuk perayaan. 

“Rasanya seperti meluapkan rasa muak ketika tahu di sekitar kita masih banyak yang licik. Dongkol sih mengetahui hal tersebut, tapi kenapa tidak kita rayakan saja perasaan muak itu" ucap Hisyam drummer Sir Lord BUZZ. 

Keputusan Sir Lord BUZZ secara sadar memilih merayakan hal-hal seperti ini memiliki dasar yang cukup sederhana, Naufal gitaris dari Sir Lord BUZZ menimpali “memang sih terkadang hal-hal yang membuat kita dirugikan sangat menjengkelkan, meskipun kita tidak ada energi untuk membalas hal-hal menyebalkan tersebut, kini saya, Hisyam, dan Alifio lebih fokus untuk mengalirkan energi untuk membuat karya-karya baru untuk BUZZ“. 

Respon Buzz terhadap hal-hal menjengkelkan tersebut secara mantap dirangkai dengan isian vokal yang harmonis, dibalut instrumen dan bunyi-bunyian yang rusuh kian mempertebal karakter musik mereka dalam merayakan kebencian. Lirik pedas bak kaliber 7.62 juga melengkapi materi terbaru milik Sir Lord Buzz. 

Track berdurasi 2.20 menit ini turut berisikan riff-riff gitar yang padat, ketukan drum yang teramat lugas dan irama bass yang riuh nan melodius. 

"Di lagu ini saya mendapati suasana yang membuat tertantang untuk mengisi kekosongan dengan solo bass, nafsu saya cukup menggebu untuk mengisi bagian lead dalam "Merayakan Kebencian". Ujar Alifio bassist dari Sir Lord Buzz. 

Bulletgun Rock Studios menjadi penyedia berbagai macam instalasi dan merangkap sebagai art director pada video clip ini “ ini juga merupakan kali pertama Bulletgunrock Studio berkolaborasi dengan band untuk menggarap video clip, darisegi instalasi dan sekaligus menjadi art director. Yang biasanya kami hanya berkolaborasi dengan seniman lukis dan rupa, ini merupakan tantangan bagi kami untuk turut serta di vedo clip terbaru Sir Lord BUZZ “ tutur ian pylok sebagai salah satu founder Bulletgunrock Studios.

Lagu ini di mixing dan di mastering di studio creatorikos oleh Rio Al-Ayubi yang juga menjadi sound engineer pada saat Sir Lord BUZZ mengadakan Live Session pada tahun 2023 
Kini "Merayakan Kebencian" dapat disaksikan dengan seksama di kanal Youtube resmi Sir Lord Buzz. 


Bagi yang mau nonton berikut link video klip Merayakan Benci: 







Comika

Politika

Gen Z