Comedy, Indie and Creativity: Indie
Tampilkan postingan dengan label Indie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indie. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Agustus 2024

The Polar Bears Rilis Single Terbaru “More Than You Can Chew”: Pergi Adalah Pilihan Ketika Kamu Terlihat Selalu Kurang Di Matanya





Loetju.id - Seakan tak ingin ide kreatif mereka padam dan terhalang oleh jarak, Trio Beruang Math Rock Malang Raya, The Polar Bears pada akhirnya kembali merilis single lanjutan mereka di pertengahan tahun 2024 ini. Band yang digawangi oleh Yudhistiro Lilo Pambudi (gitar/vokal), Marcellino Gibrany Santoso (drum/vokal), dan Reffyga Pratama Yudana (bass/vokal) kali ini memberikan single baru bertemakan kisah patah hati yang bertajuk “More Than You Can Chew”.

Single “More Than You Can Chew” ditulis berdasarkan kisah cinta masa lampau dari Marcel yang kemudian aransemen dan liriknya disempurnakan oleh Reffyga, serta proses produksinya ditangani oleh Lilo, bisa dibilang The Polar Bears memproduksi sendiri lagu ini. The Polar Bears kali ini menghadirkan cerita tentang pupusnya sebuah percintaan yang didasari oleh banyaknya tuntutan tanpa adanya hubungan timbal balik dan pengertian. Lagi-lagi, masih dengan aransemen twinkly khas mereka namun kali ini dibalut dengan sentuhan yang melankolis.

“Jadi “More Than You Can Chew” sendiri adalah pengalaman pribadi saya yang menjadi sebuah self reminder bagi saya dan mereka yang merasa pasangannya selalu menuntut lebih dari yang seharusnya, tidak adanya rasa pengertian, dan selalu bersikap egois. Tentu, dua insan yang saling beradu kasih itu indah. Namun pergi menjadi satu-satunya pilihan jika memang kalian selalu terlihat kurang di matanya,” tutur Marcel

Alih-alih merilis EP (extended play), The Polar Bears memilih untuk merilis “More Than You Can Chew” sebagai follow up single untuk debut full album mereka yang saat ini sedang digarap dan direncanakan untuk rilis di akhir tahun 2024 nanti. Single “More Than You Can Chew” sudah bisa dinikmati di semua platform DSP sejak 9 Agustus 2024.

Weaken Amorē Gencarkan Promo Demo dengan Live Video Release Party yang Dreamy di Portic Coffee



Loetju.idWeaken Amorē, adalah band reggae soul dari Kota Malang yang terdiri dari enam anggota, Pauline (Vokal), Hans (Gitar), Rama (Drum), Andi aka Mengci (Gitar/Siren), Reza (Bass), Alif (Gitar) yang terbentuk sejak 14 Januari 2024. 

Weaken Amorē memainkan musik reggae soul yang disalut dengan sentuhan dub siren. Dub Siren adalah musik reggae yang kental dengan sentuhan efek oscillation yang dihasilkan dari pedal efek, kaossilator atau synthesizer. Siren yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan osilator yang dikendalikan melalui device pedal maupun synth dengan memainkan dan mengubah-ubah bentuk gelombang dengan memutar potensiometer yang mengendalikan nada, laju, dan parameter lainnya. Diduga berakar dari gaya Sound System, dub siren digunakan terutama untuk menghasilkan serangkaian nada ritmis dalam musik dub dan reggae yang cenderung menyerupai sirene. 

Weaken Amorē baru saja  mengadakan acara Weaken Amorē Demo Release pada tanggal 9 Juni di Portic Coffee. Acara ini digunakan untuk memperkenalkan dua single mereka, "Diamond" dan "Salvation," yang sebelumnya telah dirilis di platform Bandcamp pada 30 Mei 2024. 

Pada acara tersebut, Weaken Amorē membawakan empat lagu asli mereka serta dua lagu cover di atas panggung yang didekorasi dengan bunga warna-warni. Dua lagu utama yang dirilis, "Diamond" dan "Salvation," menjadi fokus dalam penampilan mereka. Acara ini dihadiri oleh penonton yang menikmati penampilan band tersebut, dan menjadi salah satu langkah Weaken Amorē untuk memperkenalkan musik mereka ke khalayak yang lebih luas.

Weaken Amorē berawal dari obrolan pesan singkat tiga pemuda di pertengahan Januari 2024, di sebuah kedai teh di Kota Malang. Ketiga pemuda yang disebut adalah Figaria, Hans Reinhart dan Mengci yang kerap berandai - andai membentuk sebuah band musik reggae dengan tema romansa dan cinta. Pertemuan kedua dan ketiga dihabiskan untuk sesi jamming dan cover. Akhirnya pada pertemuan keempat mereka memutuskan untuk menggandeng seorang vokalis. Akhirnya seorang vokalis perempuan bernama Pauline Sidabalok pun terpilih untuk melantun nada. Pada pertemuan kelima akhirnya Figaria memutuskan untuk mengundurkan diri.

Di pertemuan keenam pada bulan Maret, Hans dan Mengci mengundang tiga orang lagi untuk menjadi personil. Tiga orang itu adalah Rama yang bermain drum, Alif yang bermain gitar dan Reza pemain bass yang jenaka. Dalam pertemuan ini tercetuslah nama Weaken Amorē yang secara harfiah berarti 'melemahkan dewa cinta'. Amorē adalah dewa cinta dari Latvia. Weaken Amorē adalah pemuda - pemudi berani yang meyakini bahwa cinta adalah milik manusia itu sendiri dan tidak dapat dikendalikan atau dirampas apapun.

Pertemuan demi pertemuan kembali dilewati hingga membuahkan karya - karya tulis Pauline yang diaransemen bersama menjadi lagu - lagu Weaken Amorē.Tanpa menunggu lagi, pada bulan Mei Weaken Amorē akhirnya menembuh panggung pertamanya di Mods May Day Malang 2024 bersama Malang Mods. Setelahnya mendapatkan panggung keduanya bersama Tipsy Lion Malang.

Setelah 30 Mei Weaken Amorē merilis demo “Salvation” dan “Diamond”, akhirnya mereka merekam ulang “Salvation” dan “Diamond” di AA Studio secara tracking pada 20 Juni 2024 dengan sound engineer Gigih Praseta. Rekaman tersebut tepat 15 hari setelah live perform mereka pada 9 Juni 2024 di Portic Coffee. Acara tersebut diprakarsai oleh MBS dan Sisi Kreatif.

“Kami sadar bahwa masih banyak yang perlu diupgrade dari rekaman sebelumnya yang masih dalam format live record. Maka dari itu rekaman ulang secara proper dan event launching yang disupport oleh MBS dan Sisi Kreatif ini merupakan batu loncatan kami untuk eksis di skena Jamaican Sound di Indonesia khususnya Kota Malang, jelas Mengci sang gitaris

Weaken Amorē kemudian merekam event tersebut menjadi format live video dan akan dirilis sebagai promosi terhadap dua demo mereka yang telah hadir di bandcamp sebelumnya. Pada acara live tersebut, Weaken Amorē tampil di tengah proyeksi hamparan bunga warna - warni di panggung, disertai klip visual yang begitu dreamy. Membawakan empat lagu milik Weaken Amorē sendiri dan dua lagu cover. Diantaranya dua lagu yang berjudul "Diamond" dan "Salvation" yang baru dirilis. Live video Weaken Amorē sendiri akan hadir pada tanggal 16 Agustus 2024 di Youtube official mereka (https://www.youtube.com/@WeakenAmore).

Kisahkan Kerinduan Pada Kampung Halaman, Indika Rilis Single “Malang"

 



Loetju.idIndika rilis single “Malang” yang mengusung pesan pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga hubungan dengan orang-orang yang kita cintai.

Unit pop rock alternatif asal Malang, Indika, resmi merilis single perdananya yang berjudul “Malang”. Bukan sekadar karya musik, lagu ini bisa dibilang merupakan ‘surat’ untuk kota yang telah membesarkan mereka.

Lagu "Malang" terinspirasi dari pengalaman universal yang dirasakan oleh banyak orang, yakni kerinduan akan kampung halaman. Lirik yang puitis dan mendalam menceritakan kisah nyata seorang perantau yang mencari peruntungan di kota lain, namun akhirnya menyadari bahwa rumah adalah tempat di mana hati berada. Dalam hal ini, rumah bagi sang perantau adalah Kota Malang.

"Kami ingin menuangkan rasa terima kasih kami kepada Kota Malang melalui lagu ini," ungkap Satria, bassist Indika. "Kami ingin menyampaikan pesan bahwa di mana pun kita berada, kenangan indah tentang kota kelahiran akan selalu ada di dalam hati. Malang bagi kami lebih dari sekadar kota, melainkan rumah yang penuh dengan kasih sayang dan kenangan yang indah."

Tak mengherankan, band ini memang sarat akan kentalnya rasa persahabatan dan kekeluargaan. Para personelnya telah menjalin persahabatan sejak masa remaja, tepatnya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, hingga saat ini, lebih dari 20 tahun. Selama itu pula, mereka sudah mengalami berbagai banyak hal bersama-sama, terbentang jarak dan waktu, hingga kesibukan masing-masing. Namun, para personel Indika mengaku, mereka tidak pernah terputus sama sekali. Dari pertemanan yang memiliki hobi yang sama inilah, lahirlah band yang awalnya diberi nama “Kailash” ini. 

Perubahan nama band, dari “Kailash” menjadi “Indika” dilakukan pada tahun 2024 ini. “Kami rasa, nama ‘Indika’ ini lebih mudah diingat dan lebih menjual. Selain itu, nama ini juga terkesan elegan dan memiliki arti yang lebih filosofis, yaitu tentang kemauan yang sungguh.”
Melalui single ini, Indika berharap dapat menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat Malang dan menginspirasi banyak orang untuk mencintai kota mereka. Selain itu, lagu yang dibungkus dalam musik pop rock alternative yang easy listening ini juga diharapkan dapat memperkenalkan musik Indika kepada pendengar yang lebih luas.

Dari sisi produksi musik, single "Malang" ditulis oleh Satria. Sementara itu Gege Praseta bertindak sebagai arranger dan produser. Penggarapan single ini dilakukan di AA Studio Musik, Malang.

Single "Malang" telah dirilis secara resmi pada tanggal 14 Agustus 2024 dan dapat dinikmati di berbagai platform streaming musik seperti Spotify, YouTube Music, dan juga Apple Music.
"Kami berharap single ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Kami juga berharap dapat terus berkarya dan menghasilkan karya-karya yang berkualitas," pungkas para personel Indika. 

Ke depannya, Indika berencana untuk mengeluarkan album yang diharapkan dapat dirilis di tahun 2024 ini. Mari kita nantikan!

Tentang Indika
Indika terbentuk di Malang pada tahun 2023. Berawal dari hobi dan pertemanan, keempat personel Indika, yaitu Ludhan (vokal), Peter (drum), Restu (gitar), dan Satria (bass), memutuskan untuk serius menekuni dunia musik. Dengan genre pop rock alternative, Indika menawarkan musik yang segar dan mudah dinikmati dengan lirik yang sarat makna.

Inveigh Rilis Debut EP “Dinamika”: Sebuah Laporan Pandangan Mata tentang Krisis Paruh Baya




Loetju.id - Malang, 23 Agustus 2024 - Inveigh, band indie punk/grunge/alt-rock asal Malang telah merilis EP debut bertajuk Dinamika di DSP pada 23 Agustus 2024. Inveigh adalah proyek supergrup yang beranggotakan musisi underground Malang seperti Julius Rinda Bagus (Take This Life), Anizar Yasmeen (Extreme Decay), Eltria Raffi (Dazzle) dan Raditia Putra (Young Savages, Mocking My Friends).

“Pelatihan pertama pada bulan November 2023. Seingat kami, pelatihan tersebut cukup intens pada akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024, yang kemudian menghasilkan materi di Dinamika EP,” jelas Julius

“Aku mau bikin band rock, lalu aku ajak Nizar tapi belum terbentuk. Kemudian setelah reuni TTL pada April 2023 lalu, perasaan untuk memulai sebuah band kembali muncul. Aku bertanya pada Nizar, dia menjawab “Gas”. Lalu aku mencari anggota yang tersisa untuk gitar dan drum,” tambah Julius

EP debut Inveigh Dinamika adalah representasi dari krisis kehidupan atau krisis paruh baya pasca 30 Inveigh. Sebuah wasiat dan kesaksian tentang dinamika orang dewasa (kebanyakan berkeluarga) menghadapi kerasnya kehidupan sehari-hari. Terkadang bercerita tentang mengenang kenangan masa remaja, terkadang mencoba menghidupkan kembali ambisi yang belum tercapai. Band ini terdiri dari tiga orang pasca 30 dengan bungsu mereka, gitaris yang baru saja mengalami krisis seperempat kehidupan.

Secara umum, EP Dinamika mengangkat tema “krisis paruh baya” berdasarkan istilah psikologi Midlife Crisis karya Elliott Jaques, seorang psikoanalis asal Kanada. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 1965, Elliott Jaques, yang saat itu berusia 48 tahun dan seorang psikoanalis dan konsultan organisasi Kanada yang relatif tidak dikenal, menciptakan istilah “krisis paruh baya.” Jaques menulis bahwa selama periode ini, kita berhadapan dengan keterbatasan kita, kemungkinan kita yang terbatas, dan kematian kita. Orang yang mengalami krisis paruh baya mungkin mempertanyakan pilihan hidup mereka dan memikirkan arah baru.

Jaques mencatat bahwa pasien berusia pertengahan hingga akhir 30-an tampaknya mengalami masa depresi dan perubahan gaya hidup mendadak saat mereka menghadapi potensi tentang kematian mereka sendiri. Gagasan bahwa krisis paruh baya adalah sebuah kepastian biologis pun menyebar. Saat ini, hal ini umumnya dikaitkan dengan stereotip pria paruh baya yang membeli mobil mewah atau mengakhiri pernikahan untuk mendapatkan kembali rasa awet muda.

Menanggapi konsep tersebut, Inveigh menciptakan 5 lagu yang mencerminkan krisis paruh baya lebih dekat dengan pengalaman pribadi mereka sebagai orang Indonesia, khususnya orang Jawa yang tinggal di Malang. Dinyanyikan dalam bahasa Indonesia, Inveigh mencoba menyampaikan depresi dan penawaran secercah harapan yang terucap dalam bahasa ibu sehingga itu akan secara langsung diterima oleh para pendengarnya. Dalam melakukan itu, Inveigh berharap para penggemar bisa merasakan kehidupan mereka secara langsung tanpa harus menggali makna lagi yang lebih sulit. 

“Tema besar pada lirik berasal dari apa yang kami alami dan rasakan di keseharian. We’re a bunch of late 20s-late 30s guys, so it’s only normal to write things guys our age might experience. Mungkin agak klise untuk bilang ‘menulis dengan jujur’, tapi semoga beberapa orang bisa relate dengan apa yang kami tulis,” jelas Julius.

Secara sonik, musik mereka berkembang dari suara garage punk ke gaya alt-rock yang mengingatkan kita pada The Bronx, The Ghost of a Thousand, Pure Love, Gallows, dan The Damned Things yang menggabungkan kombinasi gitar reverbing yang terdistorsi lebar dan energi punk rock. 

“Sebenarnya kami tidak secara khusus mengonsep musik dengan warna atau genre tertentu, meski hasil akhirnya mungkin terdengar seperti itu. Lebih pada mencoba menyalurkan minat aku untuk memainkan lagu-lagu rock seperti band-band yang kita sukai dan dengarkan seperti Bronx, Ghost of a Thousand, Gallows, Pure Love, dan sejenisnya. Punk rock dengan sentuhan garage/blues juga nggak salah, padahal itu bukan niat kita sadar dari awal,” tambah Julius.

Inveigh memulai proses penulisan dan latihannya pada November 2023 hingga Februari 2024. Perekaman pada Februari lalu berlangsung di beberapa tempat: drum dan bass di Sirius, vokal di Haum, dan gitar di 202 Studio. Akhirnya, Inveigh serahkan mixing dan masteringnya ditangani oleh Dzul Fawaid di Studio Barkah, EP Dinamika akhirnya selesai pada bulan April 2024.


EP Dinamika tersedia di Bandcamp pada tanggal 1 Juni 2024 melalui Haum Entertainment. Sedangkan untuk digital streaming platform, sudah hadir sejak 23 Agustus 2024.  EP ini akan memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan urban pria paruh baya awal di Indonesia.

Kamis, 08 Agustus 2024

Féath Gandeng Nanda dari MIKA dalam “Asa”, Sebuah Lagu Emosional tentang Kehilangan

 



Loetju.idFéath, sebuah unit ambient rock asal Malang, kembali menyapa ruang dengar penikmat musik dengan sebuah lagu baru bertajuk “Asa”. Single ketiga dari band yang beranggotakan Unad (vokal), Eka (bass), Wawan (drum), dan Drajat (gitar) tersebut turut menyertakan Rizky Ananda Arief alias Nanda dari band emo MIKA sebagai kolaborator. “Asa” yang bisa diartikan sebagai ‘harapan’, mengajak para pendengar untuk introspeksi dan refleksi diri daripada menyalahkan orang lain saat mengalami perpisahan atau kehilangan. 

Pengalaman universal ini menginspirasi Féath untuk menyusun sebuah lagu bergenre ambient rock dengan sentuhan post-rock dengan paduan vokal dinamis dari Unad dan Nanda. “Menurut kami Nanda MIKA adalah sosok yang tepat untuk mempresentasikan emosi dari makna lagu ini. Style vocalnya fit-in dengan musik kami. Selain itu dia juga bisa memberikan sudut pandang yang berbeda dari sebuah “kehilangan” yang jadi tema utama dari ‘Asa’,” ungkap band tersebut.

Selain sentuhan post-rock yang menjadi eksplorasi sound di lagu teranyar Féath ini, mereka juga menambahkan unsur orkestra yang menambah aura emosional. Menjadi single perdana mereka yang menggunakan Bahasa Indonesia, unit musik ini mengaku sedikit mengalami kesulitan ketika mengkreasikan frasa Bahasa Indonesia dalam liriknya. Meskipun begitu, perjalanan proses rekaman lagu yang ditulis pada tahun 2021 ini berjalan lancar hingga masuk tahap workshop pada tahun 2023, rekaman pada awal 2024, hingga rampungnya mixing dan mastering di bulan Mei 2024. 

Tidak hanya dalam bentuk audio, Féath juga menyiapkan sajian audio visual berupa video klip untuk single “Asa” yang juga dirilis bersamaan. Video klip yang diambil di sebuah café bernuansa vintage tersebut menceritakan sepasang insan yang harus menghadapi kehilangan. Ia yang ditinggalkan merasakan kehampaan hingga suatu saat ia menerima sebuah telepon yang berasal dari dirinya di linimasa lain yang membuatnya bisa mencegah berbagai macam kejadian agar tidak kehilangan sosok yang dicintainya di linimasa saat ini. Proses syuting berlangsung lancar dan memunculkan tiap personil Féath serta Nanda di dalamnya.

Rilisan ketiga ini juga disemarakkan dengan penampilan live dari Féath yang dijadwalkan untuk tampil di sebuah gigs di sebuah kedai kopi di Malang. “Keinginan untuk mengadakan showcase pastinya ada, namun untuk saat ini kami masih berfokus pada single dulu,” tutup Féath. Mari menikmati “Asa” di berbagai layanan streaming digital dan video klipnya di Youtube per 27 Juli 2024. Nantikan gebrakan terbaru mereka lewat sosial media @feath.music di Instagram.

Sabtu, 03 Agustus 2024

Tetap Beraktivitas Walau Cinta Sudah Kandas! Lost Sudarso merilis single “Perak”

 




Loetju.idLost Sudarso adalah band asal Sidoarjo, Jawa Timur, yang terbentuk di tahun 2020. Penamaannya diambil dari nama jalan Yos Sudarso dimana sebuah basecamp tongkrongan di kota Udang bagi deretan musisi papan atas lokal berlokasi. Kata “Lost” (yang menggantikan “Yos”) sendiri muncul karena band ini lahir disebuah lokasi yang tidak banyak diketahui oleh orang awam bahwa di lokasi itu ada sebuah basecamp tongkrongan yang berisikan para musisi lokal hebat di Sidoarjo. Maka, di jalan Yos Sudarso itu band bergenre Rock yang satu ini mengudara dengan rilisan terbarunya berjudul “PERAK” sebagai injeksi spirit untuk tetap beraktivitas walau CINTA SUDAH KANDAS!

Mencerita P kan sosok E kekasih R yang seka A rang sudah K jadi mantan. Mungkin akan terdengar klise, tapi kamu harus tahu ini semua tentang rasa dan bagaimana rasa itu mempengaruhi serta merubah pola pikir yang ujung-ujungnya membuat cinta semakin membara, menggelora, selamanya, tapi hubungannya kandas. “Perak’’ bisa diartikan sebagai “perhiasan” yang memiliki arti konotatif berharga. Jadi, lagu ini menceritakan kehilangan “perhiasan” (baca: kekasih) yang berdampak pada perasaan karena si dia begitu berharga. Ada kata kunci dalam lirik yang menunjukkan secara implisit tentang rasa yang dimaksud diatas. 

Contohnya: “Hanya Angan Menjadi Tuhan” 

Kalimat tersebut cukup menjadi signature karena pertanyaan-pertanyaan yang berkelindan di kepala; sebagai manusia, sangat sukar untuk mengetahuinya – apakah si dia masih mencintaiku? De el el. Singkatnya, hanya Tuhan yang tahu apakah si dia masih mencintai atau tidak. Dan sebagai manusia, angan kita selalu ingin menjadi Tuhan untuk sekadar memutar waktu kembali saat cinta seperti kebun dengan bunga yang bermekaran disana-sini. 

Lalu ada satu lagi: “Kau Buat Semua Mimpi Ini/ Hanya Tenggelam Dalam Mimpi” 

Di mimpi itu berisikan imaji semu untuk mendampingi si dia di fase-fase perjuangan hidup: menemani dan menjadi support system untuk menciptakan masa depan yang didamba dan siap menjadi “tong sampah” untuk segala keluh-kesah serta kompatriot setia disaat hidup sedang manis-manisnya. Selebihnya, bisa didengarkan saja lagunya dan sekalian dibaca liriknya. Dalam materi terbarunya ini, Lost Sudarso berkiblat pada The Grogans, 1000 Mods, SLIFT, dan untuk potongan warna nada pada riff mengambil Radio Moscow dan The Witch. Sehingga, sound yang diperdengarkan mengarah pada sound-sound 80s to 90s dengan suara snare drum yang racau dan solid serta sound gitar dan bass ber-tone twangy nan berisi. Suara vokal yang mengaum bak punuk merindukan rembulan. Dikemas lebih modern, dengan tambahan instrumen tamborin yang mempercantik nuansanya,mari beraktivitas dan tetap waras walau cintah telah lama kandas! 

Setelah ini, Lost Sudarso juga akan merilis LP (full album) dan merchandise dalam jangka waktu dua bulan kedepan serta melaksanakan ibadah tur di akhir tahun ini.

Rabu, 31 Juli 2024

Potret Kehancuran Diri Karena Cinta di Debut Maxi Single Milik Shallow Bloom, “Beneath The Shades Of Blue & Chronicle”

 




Loetju.idUnit Shoegaze dari Malang, Shallow Bloom akhirnya merilis dua single dalam paket maxi single “Beneath The Shades Of Blue & Chronicle” untuk mengawali langkah awal mereka. 

Dipunggawai oleh Rafli Faudi (Vocal/Guitar), Prayogo Tegar (Guitar), Firsa Zaidan (Guitar), Nadia Tamara (Bass), Hilmo Thioherdiza (Drum), Shallow Bloom membuka langkah mereka dengan paket 2 lagu dalam maxi single yang berjudul “Beneath The Shades Of Blue & Chronicle” yang bercerita tentang keterpurukan dan kehancuran seseorang atas cinta. 

Shallow Bloom mengaku bahwa pilihan tema berdasarkan hal yang umum terjadi di masyarakat terutama lingkar terdekat mereka dan tidak ada kisah pribadi para member yang tertuang di dua lagu tersebut.

“Penulisan lagu bukan dari pengalaman pribadi sih, tapi dari beberapa cerita-cerita teman yg patah hati dan sering depresi karena cinta saja,” Ujar Rafli 

Proses produksi materi dimulai sejak beberapa waktu setelah mereka terbentuk yaitu akhir 2023. Sempat diwarnai penundaan-penundaan hingga mereka memutuskan untuk masuk studio rekaman pada bulan puasa, Maret 2024 di Griffin Recordings Studio yang ditangani oleh sound engineer Satrio Utomo.

“Sejak akhir 2023, Shallow Bloom sebenarnya sudah bikin materi. Namun, prosesnya terpending lama dan baru rekaman bulan puasa 2024,” tambah Rafli

Shallow Bloom pula sempat mengalami pergantian member di mana sang vokalis awal hengkang, namun itu terjadi sebelum proses produksi berlangsung. 

“Pergantian personil sebenarnya nggak mempengaruhi sih karena waktu rekaman belum ke plot partnya jadi nggak ngaruh sih,” pungkas Rafli

Maxi Single Shallow Bloom dari “Beneath The Shades of Blue & Chronicle” Telah dirilis sejak 12 Juli 2024 melalui Haum Entertainment dalam format cassette tape dan sekaligus rilis di semua platform streaming.


Diambil Dari Kisah Nyata Kehidupan dan Percintaan, Solois Kota Malang, Yusril, Rilis Album Perdana "Live and Love"

 




Loetju.idMalang, 2 Agustus 2024 – Yusril, solois sophisti-pop berbakat asal Sumenep yang menjalani karir musiknya di Kota Malang, merilis album penuh pertamanya yang bertajuk "Live and Love". Album ini merupakan cerminan dari perjalanan hidup dan kisah cinta Yusril sejak ia memulai karir musiknya di tahun 2017.

Memulai karirnya di Kota Malang sejak ia berkuliah di kota tersebut pada 2017, Yusril menulis lagu pertamanya berjudul “911” pada tahun 2022 dengan tema berdasarkan kisah cintanya sendiri. Akhirnya setelah banyak mengenyam pengalaman bermusik di Kota Malang bersama grup folk Kakimeja, ia pun memberanikan merilis EP berjudul Emergency pada tahun 2023 dan disusul EP Hope pada awal 2024. Di Agustus 2024 ini akhirnya Yusril memberanikan merilis album penuh perjudul Live and Love.

Tema besar dari album ini adalah kehidupan dan percintaan umat manusia yang berjalan menuju tempat yang lebih baik. Secara khusus album ini ditulis berdasarkan kisah kehidupan, karir dan percintaan Yusril sendiri. 

“Tema besar album ini adalah perjalanan hidup baik itu cinta dan karir berjalan menuju tempat yang lebih baik, semuanya ditulis dari pengalaman pribadi. Ada 2 lagu spesial di album ini, yang pertama “Miss You Again” karena pertama kalinya aku bisa menulis lagu cinta dalam 2 tahun terakhir ini. Itu pula, karena 2 EP sebelumnya hanya berisi lagu galau, dan berawal dari lagu ini terciptalah lagu Happy Birthday To Me yang merupakan rangkuman dari perjalanan kehidupan 2 tahun terakhir sampai akhirnya bangkit lagi dengan cerita baru yang mudah mudahan lebih baik dari hari kemarin,” Ungkap Yusril

Album "Live and Love" diproduksi sepenuhnya oleh Yusril tanpa bantuan session player, direkam di kamar dengan peralatan sederhana. 

"Sebenarnya, suatu hari nanti aku ingin mengerjakan album di studio. Untuk album ini, aku menggunakan satu gitar akustik, satu gitar elektrik, dan satu bass elektrik. Selebihnya, aku menggunakan instrumen virtual di Digital Audio Workstation aku," jelas Yusril.

Proses produksi album ini berjalan santai, dimulai dari Desember 2022 hingga Juni 2024. 

"Aku hanya mengerjakannya di akhir pekan sejak awal 2024 karena bekerja. Di tahun 2023, waktu lebih longgar karena masih belum bekerja dan lebih banyak belajar tentang produksi musik, mixing, dan mastering," tutur Yusril.

Album "Live and Love" terdiri dari 12 lagu, termasuk 8 lagu dari EP "Emergency" dan "Hope" yang telah di-remixed dan remastered, serta 4 lagu baru yang diproduksi pada tahun 2024. 

"Aku pun tidak melulu menggunakan style R&B dan soul. Ada beberapa lagu baru yang dibumbui dengan unsur rock dan shoegaze seperti pada lagu ‘Going Okay’," pungkas Yusril.

Album "Live and Love" sudah bisa didengarkan di berbagai platform digital sejak tanggal 2 Agustus 2024.

Makna Talks Mempersembahkan: SOUNDSEEKER Vol.1

 


Loetju.idMakna Talks mengadakan kompetisi musik bertajuk “SOUNDSEEKER Vol.1” pada tanggal 12 Juli 2024 lalu bertempat di House of Makers, Jakarta. Ditujukan kepada musisi-musisi baru yang ingin memperkenalkan karya mereka kepada khalayak lebih luas, acara ini lebih dari sekadar kompetisi musik; Soundseeker menjadi sebuah perayaan kreativitas dan semangat untuk menghidupi industry musik.

Setiap band yang berkompetisi akan memiliki kesempatan untuk tampil secara langsung. Dengan leluasa, band-band ini dapat menunjukkan gaya unik dan kehebatan musik mereka. Soundseeker menjanjikan pengalaman bermusik meliputi beragam genre dan pertunjukan, mulai dari rock dan pop hingga musik indie, atau bahkan musik hardcore.

Total 8 musisi yang tampil di SOUNDSEEKER Vol.1, 8 musisi ini telah dikurasi dari 100 lebih pendaftar yang mengirimkan demo musiknya. 8 musisi ini ialah: Featuz, Behawan, Voxxes Music, Rimaldi, Prou, Zorrrya, Gabriella Fernaldi, dan Understatement.

Setiap penampil diberikan masukan yang konstruktif oleh panel juri yang terdiri dari tiga bintang ternama. Mereka ialah Pamungkas, Iga Massardi dan Enrico Octaviano, yang kesemuanya tentu merupakan musisi profesional dengan pengalaman luas di industri musik. Umpan balik dari para juri tentu amat berharga bagi para peserta untuk menyempurnakan kemampuan mereka hingga mekar sebagai seniman.

Sebagai pemenang dari SOUNDSEEKER Vol.1, Behawan akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan karyanya dii kanal YouTube Makna Talks, kesempatan ini akan menjadi momentum penting baginya untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan lebih dikenal khalayak ramai.

Dari wawancara singkat terhadap para musisi yang terlibat, mereka semua menyatakan kegembiraan atas diselenggarakannya event ini. Acara semacam ini dinilai sangat penting bagi para pendatang baru, karena salah satu kendala mereka sebagai musisi adalah menemukan panggung untuk memperkenalkan musiknya. Untuk itu, dengan misi membantu lebih banyak musisi pendatang baru untuk menemukan audience yang lebih besar, Makna Talks akan mengadakan event lanjutan dari SOUNDSEEKER. Sampai jumpa di SOUNDSEEKER Vol.2!

Tentang Soundseeker
Soundseeker adalah acara yang didedikasikan untuk menemukan dan mempromosikan bakat musik baru. 




Selasa, 30 Juli 2024

Inveigh Rilis Single Kedua "Sesal" untuk DSP: Ingatkan Untuk Beri Perhatian Lebih Ke Orang Terkasih Sebelum Menyesal

 



Loetju.idMalang, Jawa Timur - Inveigh kembali menggebrak blantika musik tanah air dengan single kedua “Sesal”. Band indie punk/garage rock asal Malang ini akhirnya merilis single kedua mereka tersebut yang diambil dari EP Dinamika, untuk platform DSP. 

Anggota Inveigh terdiri dari individu-individu yang sudah lama berkecimpung di skena musik Malang, membawa pengalaman hidup dan musikalitas yang kaya ke dalam setiap nada yang mereka mainkan. Mereka adalah Julius Rinda Bagus (Take This Life), Anizar Yasmeen (Extreme Decay), Eltria Raffi (Dazzle) dan Raditia Putra (Young Savages, Mocking My Friends).

Single “Sesal” menampilkan lirik yang mendalam dan penuh emosi, menggambarkan perasaan penyesalan dan kehilangan yang mendalam, secara spesifik, kehilangan anggota keluarga. Lagu ini mengisahkan tentang seseorang yang merasakan penyesalan mendalam setelah kehilangan sosok yang berarti dalam hidupnya secara tiba-tiba. Lirik “Sesal” ditulis oleh Yulius sendiri sang vokalis yang bercerita tentang pengalaman pribadi kehilangan sang ayahanda.

“Lagu “Sesal” bercerita tentang pengalamanku pribadi kehilangan ayah, secara tiba-tiba. Secara jujur, itulah yang kurasakan saat kejadian itu. Kuceritakan kembali dalam lirik lagu tersebut,” ungkap Yulius  

Dalam lagu ini, Inveigh mencoba menangkap esensi dari perasaan penyesalan tentang kehilangan seseorang yang sering kali datang terlambat. Walau lagu ini menceritakan pengalaman duka, Inveigh memberinya pendekatan aransemen musik yang kuat dan energik. Single "Sesal" diharapkan bisa menyentuh hati banyak pendengar dan menjadi pengingat bahwa kita harus menghargai orang-orang yang kita sayangi sebelum semuanya terlambat.

“Lagu “Sesal” tidak hanya menjadi ajang curhatku tentang momen kehilangan dan rasa penyesalan, namun juga sebagai musisi dan anggota band Inveigh, kami ingin mengingatkan kepada para pendengar yang mungkin orang tuanya masih lengkap, kami sarankan untuk mencoba memperbaiki hubungan atau memperbaiki kekurangan komunikasi,” pungkas Yulius
Inveigh memulai proses penulisan dan latihannya pada November 2023 hingga Februari 2024. Perekaman pada Februari lalu berlangsung di beberapa tempat: drum dan bass di Sirius, vokal di Haum, dan gitar di 202 Studio. Akhirnya, Inveigh serahkan mixing dan masteringnya ditangani oleh Dzul Fawaid di Studio Barkah, EP Dinamika akhirnya selesai pada bulan April 2024. Untuk bandcamp, EP Dinamika sudah dirilis pada 1 Juni 2024. Untuk DSP, Inveigh menargetkan rilis 2 single sepanjang Juni-Juli 2024.

Redientz Meromantisasi Kesedihan dan Kehilangan Dalam Debut EP Moving

 




Loetju.id -  Malang, 26 Juli 2024 – Meskipun sibuk dengan berbagai tugas sebagai mahasiswa Teknik Elektro, Risyad Bachtiar Z, yang dikenal dengan nama panggung Redientz, selalu mencuri waktu untuk berkarya dalam musik. Setelah merilis lagu "Everytime I Go To Ride" pada 2023 lalu, solois Pop R&B/ Trap Soul Malang, Redientz akhirnya mengeluarkan karya terbaru dengan flashback ke era "The Story Is Over" dan "Distance" untuk mengisi  episode-episode yang kosong. Ia kemudian menuangkan 4 cerita dalam bentuk lagu, sebagai penambal episode yang rumpang, dan lahirlah EP bertajuk “MOVING”.

“Sebelumnya aku ga pernah sampai netesin air mata selama produksi lagu, kecuali saat proses menulis dan rekaman track ‘Moving’ ini”, ujar Redientz. “Who’s gonna stay if we’re no longer okay dan if you’re gone who’s gonna miss you, tiba-tiba aja tuh lirik muncul, dan ga sadar aku netesin air mata pas abis ngetik lirik itu”, ungkap Redientz.

Sebagai penikmat film-film yang menerapkan gaya flashback, Redientz terinspirasi gaya alur film-film kesukaannya dan diimplementasikan pada karya terbarunya.

“Kalau ngomongin soal timeline MOVING, ini alurnya maju-mundur, karena track terakhir ‘The Story Is Over’ yang rilis duluan. Terus track ‘Moving’ aku jadiin pembuka pada EP ini sebagai conclusion sekaligus prolog untuk cerita-cerita yang dimuat di track ke-2,3,4,5, dan 6”, jelas Redientz. 

Melalui debut EP ini, Redientz meromantisasi pengalaman sedih dan kekosongan yang pernah ia rasakan pada periode tertentu di masa lalu.

“Pada saat ini, aku merasa lebih luwes buat nulis hal-hal kesedihan yang pernah kualami. Kadang aku pas ngelamun, tiba-tiba muncul lirik dan nada, terus aku rekam biar ga lupa. Mungkin juga gara-gara aku terbiasa ngedengerin lagu-lagu nangis, jadi yang keluar dari lamunanku juga mirip-mirip”, papar Redientz.

Berbicara nuansa musik dalam EP “MOVING”, pendengar akan merasakan sensasi naik rollercoaster dengan track yang berbeda-beda genre yang masing-masing merepresentasikan rasa pada setiap lagu. Durasi 3 tahun proses pembuatan EP ini juga menjadi alasan mengapa setiap track memiliki genre yang berbeda. Selama pengerjaan EP ini Redientz mengaku mendengarkan beberapa musisi seperti M83, Lil Gunnr, Conan Gray, Joji, Chase Atlantic, Olivia Rodrigo, Keshi, dan Cigarettes After Sex, musisi-musisi tersebutlah yang mempengaruhi aransemen EP “MOVING”. Redientz seperti menuntun pendengar untuk ikut terjun ke dalam idealismenya dalam hal memilih genre musik.

Proses produksi EP ini dimulai sejak bulan Mei 2021, sejak Redientz merilis track keenam yang berjudul "The Story Is Over". Namun, untuk merancang konsep kemudian berlanjut ke proses finishing EP serta penambahan lagu dimulai Januari 2024. Dalam proses produksi dari awal hingga akhir, Redientz dibantu temannya yang seorang produser, Syaekhu untuk memproses vokal utama pada track “INSOMNIAAA” dan untuk bass di track “Favorite Watcher” di take oleh Afa. 

Pada artwork yang terkesan cinematic nan dreamy dijepret oleh adik perempuan Redientz. Seluruh proses produksi dikerjakan di The Radiance Headquarter Beta yang tidak lain adalah kamar Redientz sendiri. EP “MOVING” sudah dirilis 26 Juli 2024 dan bisa didengarkan di semua DSP.   

Sabtu, 27 Juli 2024

Anxieparty Rilis “Pencarian Peraduan”, Single tentang Perjalanan Tak Berujung

 




Loetju.id - Selang setahun sejak debut Anxieparty di kancah musik dalam negeri, band emo pop asal Malang ini merilis karya keduanya yang diberi judul “Pencarian Peraduan”. Beranggotakan Emir (vokal), Ersa (vokal), Sugab (gitar), Bimo (gitar), Azam (keyboard), Cipeng (bass) dan Sandya (drum), Anxieparty menceritakan sebuah perjalanan yang tak berujung serta diliputi kesedihan dan keputusasaan. 

“Banyak opsi waktu kami memilih judul lagu. Namun pada akhirnya kami mengambil judul "Pencarian Peraduan" karena single ini sendiri ini menceritakan kondisi dimana seseorang harus menerima kenyataan pahit dengan segala duka dan ungkapan kecewa, tentu saja berdiam diri bukanlah solusi yang bisa diambil. Mau ga mau, ia harus segera beranjak sembari meyakinkan dirinya sendiri untuk menanti cinta cinta lainnya,” jelas band yang debut di tahun 2023 tentang makna lagunya. Dibalut dengan suasana kelam yang menggantung di sepanjang lagu, “Pencarian Peraduan” didukung oleh perpaduan sayatan gitar, lengkingan vokal, dan lantunan manis keyboard.

Single kedua ini masih mengusung nafas genre yang sama dengan single debut mereka “Senandika” yang kental dengan nuansa emo pop-rock. Agar menjadi berbeda, Anxieparty bereksperimen dengan unsur rock, orkestrasi, dan beberapa unsur symphony di dalamnya supaya menjadikan tembang ini terdengar lebih variatif. Rilisan kali ini juga digadang-gadang menjadi tema atau judul dari album Anxieparty. 

Maka dari itu, masih ada benang merah secara tema dari semua rilisan yang telah dan akan dirilis oleh band ini. “Kami kasih runtutan cerita yang mengisahkan kehidupan tentang percintaan, lingkungan, dan Tuhan. Entah nantinya akan jadi album penuh atau mini, tapi judul ini akan kami gunakan di rilisan itu. Pada setiap cerita yang kami rangkai, nantinya akan bertemu ‘sang peraduan’ seperti nama album itu,” ungkap band yang para personilnya tengah menempuh pendidikan di bidang musik tersebut. 

Membutuhkan waktu setahun untuk merilis karya baru semenjak debut, band ini mengungkapkan adanya halangan berupa waktu untuk pengkaryaan. Para personilnya menempuh pendidikan di tempat kuliah dan jurusan yang sama, sehingga adanya ujian akhir serta tugas-tugas lain sedikit menghambat ketujuh anggotanya untuk bertemu dan membahas karya di Anxieparty secara intensif. 

Meskipun begitu, beberapa bulan yang mereka tempuh sejak rilisan pertama banyak mengajarkan hal baru bagi mereka. Memiliki dasar bermusik secara formal, industri musik ternyata jauh lebih kompleks dan tidak bisa diprediksi secara teori. Seni marketing, visual, serta sisi kreatif lain pun ikut diuji bersamaan dengan mereka menelurkan karya baru. “Bismillah, semoga dengan semakin produktifnya kami, semakin banyak belajar tentang industri ini dan semoga tahun ini bisa merilis album ‘Pencarian Peraduan’ juga,” tutup Anxieparty. Karya terbaru mereka “Pencarian Peraduan” sudah bisa dinikmati di berbagai layanan streaming digital per tanggal 19 Juli 2024 via Yallfears.

Kerasnya Quarter Life Crisis Dalam EP Terbaru re: NAN, "Lost Consciousness Pt.2" “Hadapi Depresi, ¼ Adalah Rencana”

 




Loetju.id - Malang, 19 Juli 2024 - Setelah merilis EP Leaving Depression pada Mei 2023 lalu, ternyata unit synth pop/post-punk re: NAN masih menyimpan amunisi. Di tahun 2024 ini, re:NAN memilih untuk melanjutkan tema dari single Lost Consciousness pt. 1 yang rilis September 2021 lalu. 

Walaupun re:NAN mengaku sudah meninggalkan nuansa depresif di EP sebelumnya, ternyata masih ada hal-hal yang belum terselesaikan yang berkaitan dengan Lost Consciousness pt. 1. Band re:NAN akhirnya melanjutkannya dalam bentuk EP Lost Consciousness pt. 2 yang telah rilis Bandcamp pada Mei 2024 serta rilis pada DSP pada Juli 2024. Bisa dibilang, depresi itu masih tinggal namun kali ini re: NAN lebih kuat untuk menghadapinya.

EP Lost Consciousness pt. 2 menjadi sequel dari single “Lost Consciousness pt. 1” yang merupakan cerita dari sisi gelap seseorang tentang kehancuran pada segala aspek hidupnya. Segala aspek yang diidam-idamkan diharapkan berjalan indah sesuai waktunya namun, pada kenyataannya tidak. 

Setiap manusia pasti melewati fase hidup menginjak usia 25 tahun, dan di usia tersebut manusia telah memiliki pribadi yang berbeda-beda, karena perasaan, pengalaman, pendidikan dan lingkungan yang selama ini mempengaruhi.

Pada part 2 ini re: NAN juga menceritakan perjalanan tragis dari 3 orang yang sedang menjalani 1/4 hidupnya dengan penuh keyakinan dan rencana namun akhirnya perjalanan tersebut dirasa hampa, kosong, dan gelap. Rencana yang dibangun pun hasilnya di luar ekspektasi

Berdasarkan pengalaman “quarter life crisis” dari Dwiki Wahyu Enanto (lead vocal/bass), Rizky Adha Dharmawan (guitar/sequencer), dan M. Rifki Rahman (synthesizer), mereka berharap EP terbaru mereka menjadi manifestasi kebangkitan terhadap hal-hal yang telah mereka lalui, dan yang telah mereka relakan serta menjadi pedoman, pendewasaan, dan sikap untuk kembali menjalani hidup yang benar-benar hidup.

“Banyak permasalahan yang terjadi selama ¼ hidup manusia, mulai dari belajar berbicara, belajar berjalan, belajar mencintai, belajar patah hati, semua berpengaruh terhadap setelah ¼ hidup mereka. Di sekuel pertama pada Lost Consciousness kami menceritakan seseorang yang mengalami masa kelam dalam hidupnya mulai dari keluarga, dan cinta yang terjadi di masa remajanya. Dan di sekuel lanjutan dari Lost Consciousness ini kami ingin menceritakan hal-hal yang terjadi di masa transisi pendewasaan manusia yaitu peralihan dari remaja menuju dewasa yaitu mulai dihadapkan dengan hal baru yaitu realita,” tutur Rizky sang gitaris

Menurut Sherly Saragih Turnip, S.Psi., M.Phil., Ph.D., Psikolog yang merupakan seorang dosen di Fakultas Psikologi UI, periset, sekaligus ketua dari Kelompok Riset Research of Community.

Mental Health Initiative (RoCMHI), para remaja di Indonesia sudah mulai mencari bantuan. Namun, pada lokasi dengan akses yang terbatas, masih sedikit remaja yang mencari bantuan yang bersifat formal, seperti berkonsultasi kepada seorang profesional.

EP ini sebagian besar liriknya ditulis oleh Dwiki Wahyu Enanto dan Rizky Adha Dharmawan, begitu pula komposer juga mereka berdua, kecuali lagu “Eternal Love”, liriknya ditulis oleh M. Rifki Rahman. EP ini direkam di Grinhaus Studio milik Rizky sendiri di rumahnya, kecuali “After Sunday”, “No One Save Me” dan “Eternal Love” yang vokalnya direkam di Haum Studio serta ditangani oleh engineer Dheka Satria.

EP Lost Consciousness pt. 2 bisa dinikmati di bandcamp pada 17 Mei 2024 via label Haum Entertainment. Untuk versi DSP berturut-turut akan dirilis single-single pada Juni Hingga Juli 2024. Full EP Lost Consciousness pt. 2 versi DSP akan hadir pada 19 Juli 2024.
-Alfan-


D.O.S.A Merilis EP Terbaru Swara Bergala Nostalgia Mengajak Pendengar Mengenang Kembali Momen-Momen Penuh Duka Di Negeri Ini

 




Loetju.id - Sragen, Jawa Tengah - Band Skramz asal Sragen, Jawa Tengah, D.O.S.A, kembali menunjukkan eksistensinya dalam kancah musik tanah air dengan merilis EP terbaru mereka bertajuk Swara Bergala Nostalgia. Band yang hadir sejak 2014 ini terdiri dari Rendra Prihananto (vokalis), Rayhan Zidano (drummer), Adnan Aulia Rahim (gitaris), Yonanda Olga Aji Prasetya (bassis), dan Aditya Tri Wibowo (gitaris).

EP Swara Bergala Nostalgia menggali tema besar tentang bunyi post-rock yang membawa pendengar ke masa lalu, mengenang kesedihan mendalam, kematian, luka, dan duka. 

"Karena menuju kebahagiaan, pasti ada pengorbanan atas kematian yang ditinggalkan. EP ini masih berkaitan dengan maxi single 'Menggurat Hayat, Mencipta Riuh'. Setelah menjemput jiwa dan membuat riuh, D.O.S.A mengajak pendengar untuk melintasi lorong waktu kembali bernostalgia," tutur Rendra, vokalis D.O.S.A.

Makna nostalgia dalam judul EP ini mengajak pendengar untuk kembali ke masa lalu dengan kenangan kesedihan yang seakan terkikis oleh zaman. 

"Mengingat adalah hal yang melelahkan, dan D.O.S.A ingin mengembalikan memori-memori itu kepada pendengar," tambah Rendra.

EP ini juga menyinggung isu politik dan kejadian genosida yang terjadi pada tahun 1965, serta kejadian-kejadian di luar sana. D.O.S.A akan terus mengajak pendengar untuk menjaga amarah dan dendam atas kejadian yang masih menimbulkan duka tersebut. 

"Isu mental health mungkin masih tersentuh di sini, karena lagu-lagu D.O.S.A menjadi media penghubung bagi pendengar yang mengalami kegundahan jiwa, dengan harapan bisa menjadi teman atas kesendirian dan luapan kesedihan serta amarah mereka," jelas Rendra.

Proses pengerjaan EP ini memakan waktu dua bulan, dimulai dari awal April hingga Mei 2024. Rendra menjelaskan bahwa ada tantangan yang dihadapi. 

“Tantangannya dalam produksi, terutama pada proses take lead guitar yang harus diulang dua kali hingga mixing mastering ulang. Itu semua karena ada penambahan riff lead gitar agar lebih padat," lanjut Rendra

Dalam EP ini, aransemen D.O.S.A lebih variatif dengan banyak elemen tambahan yang membuatnya lebih catchy bagi pendengar. 

"Porsi sequencer dan ambient noise kami tambah untuk mencapai nuansa nostalgia yang diharapkan," ujar Rendra. 

“Format D.O.S.A tetap mengusung post-rock skramz dengan tambahan spoken word, namun kali ini ada juga bagian instrumental dan lagu tanpa spoken word untuk menjaga variasi dan mencegah kebosanan pendengar,” tambah Rendra

D.O.S.A berharap EP Swara Bergala Nostalgia dapat mengajak pendengar untuk mengenang kembali masa lalu dengan segala kenangan dan emosinya, sekaligus menikmati perjalanan musikal yang mendalam dan penuh makna. EP Swara Bergala Nostalgia beredar pada 19 Juli 2024 di semua laman DSP dan via bandcamp Haum Entertainment. -Alfan-


Drizzly Sajikan Aransemen Dream Pop dari Tembang Klasik Mocca “I Would Never”

 



Loetju.id - Unit dream pop asal Sidoarjo, Drizzly, merilis sebuah single bertajuk “I Would Never” yang tidak lain merupakan lagu milik band pop asal Bandung, Mocca. Menjadi single pertama yang dilepas Drizzly setelah resmi menjadi roster dari Sun Eater, proyek ini memberikan tantangan bagi Manda (vokal), Moza (bass), Faye (gitar) dan Cilo (drum) untuk membawakan lagu tersebut dengan versi mereka sendiri. 

“Kami rasa ini adalah salah satu proyek seru bagi Drizzly. Personally, band kami juga ada kiblat musik ke Mocca dan waktu ditawarkan proyek ini, kami bener-bener excited banget. Sebetulnya ada 2 lagu yang jadi pilihan untuk kami aransemen yaitu “I Think I’m in Love” dan “I Would Never”. Akhirnya kami jatuhkan pilihan ke opsi kedua karena merasa lagu ini cocok ke karakter musik kami,” ungkap band yang telah memiliki 1 EP dan 1 split EP tersebut. Lagu ini juga dipilih sebagai penghormatan (homage) kepada Mocca, sekaligus merayakan anniversary dari album “Friends” yang menginjak usia 20 tahun di 2024.

Berbeda dengan versi originalnya yang didominasi petikan gitar akustik, “I Would Never” versi Drizzly kental dengan nuansa dream pop lengkap dengan melodi gitar elektrik dan basuhan reverb tebal yang bergelayut di sepanjang lagu. Tidak ada kesulitan bagi warna vokal Manda yang manis untuk melebur di lagu yang sudah berusia 2 dekade ini. 

Sebagai kejutan, Arina Ephipania dari Mocca juga berkolaborasi dengan menyumbang vokalnya dalam proyek ini. Band yang debut di tahun 2022 ini mengaku ada rasa kekhawatiran dalam menggubah lagu milik Mocca. Namun semua ketakutan itu sirna ketika mereka memperdengarkan demo “I Would Never” versi dream pop kepada para personil Mocca dan mendapatkan persetujuan langsung. 

“Sebetulnya kita deg-degan takut ada revisi mayor, tapi rupanya teh Arina & kak Riko langsung suka. Mereka ngiranya Drizzly tuh band Bandung pas pertama denger, dan meskipun berbeda domisili, rekaman berlangsung lancar dengan part kami direkam di Trek House Sidoarjo dan Teh Arina merekam partnya sendiri di Bintaro,” ungkap Drizzly. Diproduseri oleh Drizzly & Dennis Ferdinand, lagu ini juga dibawakan perdana secara live pada showcase roster Sun Eater yakni “Here Comes The Sun” yang diadakan di Bali tanggal 7 Juli 2024 silam. 

Single perdana di bawah naungan Sun Eater ini menjadi lembaran baru dalam karir bermusik Drizzly yang sebelumnya tidak tergabung dalam label manapun. “Semua ini berawal dari perkenalan kami dengan Mas Dennis yang gak lain adalah A&R Sun Eater yang waktu itu lagi dinas ke Sidoarjo. Kami seneng banget dia notice band ini dan tertarik untuk ngajak gabung ke Sun Eater. Sejak itu kami banyak ngobrol dan meeting dengan Mas Dennis dan Mas Kukuh tentang seluk beluk industri musik,” lanjut Drizzly. 

Kesamaan visi keduanya siap membawa karir Drizzly untuk berkembang lebih jauh. “Kami ingin memulai perjalanan karir musik kami lebih serius dan tertata. Kami berharap langkah kami ini bisa jadi gerbang untuk membuka banyak kesempatan lain dan #StartNewJourney,” tutup mereka. Ke depannya, kuartet dream pop ini masih menyimpan beberapa rencana untuk menyemarakkan rilisan ini. Sementara itu, “I Would Never” sudah bisa dinikmati di berbagai layanan streaming digital per tanggal 18 Juli 2024!.

Minggu, 30 Juni 2024

Pengalaman Mendalam dan Penuh Introspeksi Simpul di single Terbarunya Tiga Pagi

 


Loetju.id - Simpul, band indie rock alternative dari Sidoarjo, Jawa Timur, hadir dengan single terbaru mereka, "3 Pagi". Lagu ini menyelami pergulatan batin yang penuh dengan kesedihan dan masalah hidup, menuntun pendengar menuju harapan melalui lirik yang mendalam dan aransemen musik yang emosional.

"3 Pagi" membawa pengalaman mendalam dan penuh introspeksi, menjadi soundtrack bagi mereka yang sedang menjalani proses pendewasaan di tengah badai kehidupan. Dengan dominasi ambience dan vokal yang penuh penghayatan, single ini akan menginspirasi dan membuka perspektif baru bagi para pendengar.

Nikmati "3 Pagi" di Spotify, Apple Music, Youtube dan paltform musik lainnya. dibawah naungan Label Siderise Records.

Simpul adalah band Indie Rock Alternative dari jawa timur yang terbentuk pada akhir tahun 2023. Menggabungkan elemen indie rock dan emo kedalam modulasi gitar. Simpul terdiri dari Aldi (Gitar), Adit (Gitar), Adam (Bass Vokal), Pepi (Drum Vokal). 


Dischography Simpul Band:
Penat - Single - Januari 2024
Tiga Pagi - Single - 29 Juni 2024


Jumat, 21 Juni 2024

Pekatnya Jarak dan Kesendirian, Costive Mengakuinya Dalam Single Kedua “500 Miles”

 



Loetju.id - Malang, 21 Juni 2024 - Unit emo Malang, Costive dengan bangga meluncurkan single keduanya. Mempersembahkan sebuah komposisi yang merangkum kekuatan emosi yang tak terelakkan: jarak, dan kesendirian. "500 Miles" adalah sebuah karya yang merangkum pengalaman manusia dalam menanggapi jarak yang memisahkan sebuah hubungan.

Single kedua ini juga menjadi lanjutan narasi mini album yang akan dirilis mendatang yaitu The Cold and Callous EP. Mini album ini akan menjadi kendaraan utama untuk menyampaikan curahan hati dan perasaan masing-masing personil yang ada di dalam Costive. 

Single “500 Miles” diambil dari pengalaman tentang hubungan yang terbentang oleh jarak yang jauh dan kerinduan yang tidak bisa terbendung telah dicurahkan pada single ini. Single ini menceritakan pengalaman pribadi Marcellino, sang gitaris sendiri.

“Lagu ini menggambarkan keresahan saya pada hubungan jarak jauh dan ternyata begini yang dirasakan orang-orang saat mereka jauh dengan seseorang yang mereka harapkan, rasa khawatir, rindu, dan sedih ketika menjalani hubungan ini. Ketika seseorang tersebut sudah menjadi tempat untuk pulang,” ujar Marcellino.

Unit Emo Muda ini terdiri dari 5 personil yaitu Aldy (Vocal), Poteh (Lead Guitar), Marcellino (Rhythm Guitar), Emmas (Bass), dan Ivan (Drum). 

Single “500 Miles” ditulis oleh Marcellino dan diproduseri oleh ia sendiri bersama Poteh di H4ze studio milik Marcellino. Untuk mixing & mastering single ini dibantu oleh Yudhistiro Lilo P. di W8 Project studio. Diproduksi pada pertengahan November 2023. Costive akan merilis single “500 Miles” pada 21 Juni 2024 kembali di bawah naungan Haum Entertainment.

Jumat, 14 Juni 2024

Pawsicles Rilis Single Debut “Orange” tentang Perasaan yang Tak Terungkap

 



Loetju.idPawsicles menapakkan jejak perdana dalam industri musik tanah air lewat sebuah single yang diberi judul “Orange”. Menandakan semu jingga yang seringkali muncul secara singkat pada waktu senja, warna ini mewakili momen fantasi singkat yang kerap terselip di benak sang penulis lagu yakni Januarisky. Ia membayangkan tentang apa yang akan terjadi apabila perasaan yang saat itu muncul bisa langsung diutarakan. 

Apakah akan memberikan hasil akhir yang berbeda, ataukah akan mengubah semuanya menjadi lebih indah? “Orange” menceritakan perasaan yang tak terungkap pada sesosok wanita dan bayangan memuakkan jika pria lain merengkuhnya dalam pelukan. 

Lewat pengalaman pribadinya yang terus menerus menghantui, sang musisi menuangkannya lewat lirik dalam bahasa Inggris yang dibalut dalam nuansa indie pop. Mengambil akar musik pop, Pawsicles tidak membatasi eksplorasi sound mereka dengan memasukkan unsur dream pop hingga alternative pop. Mereka mendefinisikan musiknya sebagai ‘happysad pop’, perpaduan lirik melankolis dengan melodi yang manis.

Band yang masih berusia kurang dari 1 tahun ini dibentuk oleh dua bersaudara yakni Januarisky (vokal, gitar) dan Jayaindra (gitar) yang mengajak serta Rian (drum), Rizal (keyboard) dan Edo (bass) dalam perjalanan mereka meniti karir bermusik. Nama Pawsicles sendiri diambil dari gabungan paws dan popsicle. Direkam di Haum Studio dengan beberapa elemen yang sudah rampung, proses pembuatan lagu perdana Pawsicles tidak memakan waktu lama untuk selesai. 

Domisili personel yang tersebar di dua kota yakni Surabaya dan Malang menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk menggodok materi yang ada. Meskipun begitu, sebanyak 8 materi berhasil digarap dengan 4 lagu demo yang telah sampai pada tahap proses mixing dan mastering. 

Keempat demo tersebut menjadi modal utama bagi band ini untuk serius menekuni dunia musik independen. Desain sampul dari single ‘Orange’ mengambil suasana & perasaan ‘obscure’ yang terabadikan dari hasil tangkapan cahaya menggunakan teknik fotografi low exposure yang dieksekusi oleh Jayaindra.

Mengusung visi dan misi yang selaras disertai keuletan dalam merintis karir, band ini memiliki mimpi yang besar. “Tentu saja terdapat goals yang ingin kami segera realisasikan. Di tahun ini kami ingin menuntaskan EP yang sedang dalam proses. Dan juga kami ingin segera memperbanyak dan memperluas jaringan panggungan kami, menjalin relasi sebanyak mungkin dengan musisi-musisi lokal. Yang jelas kami ingin lagu yang kami buat dapat berdampak positif bagi yang mendengarkan, menemani senang dan sedih mereka serta menemani perjalanan hidup mereka,” ungkap Pawsicles. 

Mengiringi perilisan ini, unit tersebut juga merilis merchandise khusus serta video lirik yang memeriahkan milestone pertamanya. “Orange” bisa dinikmati di berbagai layanan streaming digital per 07 Juni 2024 via Yallfears.

Senin, 10 Juni 2024

Perjalanan baru Nico Valentz dengan merilis debut single pertamanya “Kita Sama Kita Satu“

 



Loetju.id - Perjalanan baru Nico Valentz setelah berkarya bersama Nickz and the Goodboy dan juga Dsoul Reunion.

Di tahun 2024 ini, Menjadi soloist atau bersolo karir adalah pilihan Nico Valentz untuk memulai kembali masa produktifnya dengan karya terbaru di single pertama Nico Valentz yang berjudul Kita Sama Kita Satu.

Masih dengan Rock Alternative sebagai genre musik Nico Valentz, nuansa 90's dan Sound design yang di kemas secara modern, dengan sentuhan gitar overdrive dan vocal rock dari karakter Nico Valentz, beserta lirik yang simple dan mudah di mengerti

Dengan harapan yang sangat besar, semoga single pertama Nico Valentz - Kita Sama Kita Satu, dapat di terima dan menambah warna baru di belantika musik Indonesia.

Minggu, 26 Mei 2024

Lucien Sunmoon Ungkap Perasaan yang Terpendam lewat “Reminisce”

 



Loetju.idLucien Sunmoon membutuhkan waktu 6 bulan sejak debut mereka untuk merilis lagu kedua yang diberi judul “Reminisce”. Band pendatang baru yang digawangi oleh Kanaya Firsti Gusavin (vokal), Natanael Rudy Hadinata (gitar), Yessy Aulia Zahra (gitar), Mundir Setiawan (bass), Nasywana Rahmaniyah (keyboard), dan Lyranti Revalina Kusuma (drum) tersebut membawa balutan dreamy pop dengan sedikit sentuhan alternatif juga post-punk untuk single “Reminisce” ini. Sang komposer, Yessy Aulia Zahra, menerjemahkan pengalaman pribadinya memendam rasa kepada seseorang selama 6 tahun lewat lirik demi lirik yang terjalin dalam lagu berdurasi 4 menit 12 detik. Dibantu dalam penulisan lirik bahasa Inggris oleh Danang Seloaji dari Girl and Her Bad Mood, Yessy menceritakan bagaimana sakit hatinya kala sang pujaan hati memiliki kekasih. Meskipun berisikan rintihan hati, lagu “Reminisce” justru menghadirkan melodi yang upbeat dengan ketukan drum rapat dan basuhan reverb yang kental. 

Di tengah kesibukan masing-masing personel yang masih menempuh pendidikan SMA dan perkuliahan, Lucien Sunmoon merampungkan proses rekaman selama 4 jam di Haum Studio dengan mixing-mastering di tempat yang sama selama dua bulan. Selain itu, band yang mengawali perjalanannya semenjak bertemu di SMAN 2 Kota Malang ini juga dibantu oleh Rafif Taufani dari band Yellow Flower Living Water untuk penggarapan artwork “Reminisce” yang didominasi manisnya perpaduan warna ungu dan merah muda. Setelah pengalaman berharga yang mereka dapatkan saat debut, Lucien Sunmoon melakukan persiapan yang lebih matang dan rapi untuk nomor terbaru mereka. Mengambil pengaruh sound dari GAHBM, Grrrl Gang, hingga Closure, unit musik ini sempat terkendala di bagian pengisian chorus dan reverb walaupun akhirnya bisa selesai tepat waktu. 

Tidak muluk-muluk, Lucien Sunmoon telah mengantongi 4 materi yang sudah direkam, dengan harapan dapat melepas sebuah mini album (EP) di tahun ini. “Kami juga sebenernya pengen tour juga di beberapa kota kayak Surabaya, Jogja, Bandung, Jakarta, dan lain-lain biar bisa ketemu dan kenalan sama temen-temen yang lain,” harap mereka. Para pemuda pemudi asal Kota Malang ini juga bermimpi untuk dapat mengikuti jejak musisi seniornya agar bisa tampil di berbagai festival musik nasional bergengsi. Sementara itu, band yang debut dengan lagu “Flustered” ini menaruh impian besar agar para pecinta musik bisa menikmati karya mereka, terutama lagu terbaru “Reminisce” yang telah mengudara di kanal streaming digital per 17 Mei 2024. 

Comika

Politika

Gen Z