Comedy, Indie and Creativity: Selebrita
Tampilkan postingan dengan label Selebrita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Selebrita. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 November 2024

Lights Out Kembali dengan Album Digital Re-Falling Apart




Loetju.id Setelah penantian panjang selama sembilan tahun, Lights Out akhirnya kembali merilis karya terbaru mereka. Album digital bertajuk *Re-Falling Apart* resmi dirilis pada 8 November 2024 melalui Haum Entertainment, menandai babak baru perjalanan mereka di kancah musik lokal.  

Album ini diproduksi sepenuhnya oleh Lights Out dengan proses rekaman yang berlangsung di Invasion Studio dan Griffin Studio. Posisi teknis ditangani oleh Praditya Eka Putra dan Satrio Utomo sebagai engineer, sementara Praditya Eka Putra juga bertanggung jawab atas proses mixing dan mastering di Invasion Studio.  

Melibatkan kolaborasi kreatif yang solid, lirik pada album ini ditulis bersama oleh Bagaskoro Akmal, Dandy Gilang, Rizal Tryanto, Wildan Salis, dan Risang Candrasa. Sebagai bonus, mereka juga menghadirkan aransemen ulang lagu "Life and Death" milik Soldiers Embrace dari album Action Reaction (2007). Versi baru lagu ini menghadirkan Andrean Giovanni dari Kidsnextdoor sebagai vokalis tamu. Tidak hanya itu, vokal Shafa Ashfihani dari Enamore turut memperindah lagu “Jenggala”.  

Lights Out yang kini diperkuat oleh formasi tetap mereka — Bagaskoro Akmal (Noosebound, Brightside Haze), Wildan Salis (Bizzare), Dandy Gilang (Write The Future, Much), Risang Candrasa (Write The Future), dan Rizal Tryanto — tampaknya belum kehilangan sentuhan magis mereka. Dengan sentuhan desain visual dari Uzed Pucatpena serta foto sampul yang ditangkap oleh Uzed, *Re-Falling Apart* adalah kombinasi pas antara karya visual dan musikal dari Lights Out.  

Album ini juga didahului dengan dua single pembuka, "Constant World" dan "Shaping Me", yang dirilis pada Maret 2024 dan “Jenggala” pada April 2024. Keduanya mendapat respons positif dari penggemar lama dan baru, memperkuat ekspektasi akan album penuh ini. 

“Untuk teman-teman penggemar Have Heart dan Quicksand, kalian layak untuk menyimak single kedua kami yang berjudul “Shaping Me”, Lagu terbaru kami ini mengandung rasa berbeda dari band melodic/emotive hardcore pada umumnya,” ujar Lights Out 

Bagi penggemar musik hardcore melodius dengan sentuhan agresif macam More Than Life, Drug Church, Have Heart dan Quicksand, album ini adalah sajian yang wajib dicicipi. Cocok untuk menemani aktivitas penuh energi sekaligus sebagai pengingat bahwa Lights Out tetap menjadi kekuatan yang relevan dalam kancah musik tanah air.  

Album Re-Falling Apart kini dapat dinikmati di berbagai platform streaming sejak 8 November 2024. Jangan lewatkan untuk mendengarkan dan merasakan kembali semangat yang dibawa oleh Lights Out! 


About Lights Out
Lights Out merupakan band melodic hardcore/post hardcore yang beranggotakan Bagaskoro Akmal (Noosebound, Brightside Haze), Wildan Salis (Bizzare), Dandy Gilang (Write The Future, Much), Rizal Tryanto, dan Risang Candrasa (Write The Future). Debut mereka bermusik dimulai sejak merilis EP Falling Apart pada 2013 lalu, dengan menggandeng label rekaman Svnwish Records. April 2024 lalu akhirnya setelah tampil di acara RE:LIVE oleh Heartfelt Collective, akhirnya Light Out resmi kembali aktif di kancah permusikan kota Malang dengan merilis Re-Falling Apart di digital streaming platform via Haum Entertainment.

Contact:
Instagram: https://www.instagram.com/bandoflightsout/
Facebook: https://www.facebook.com/Lightsoutmlg

Jumat, 25 Oktober 2024

Sejarah Skena Musik Reggae dan Band Reggae Populer di Indonesia




Loetju.id - Setelah sebelumnya kita ngomongin skena musik SKA di Indonesia, sekarang yuk bahas Sejarah Skena Musik Reggae dan Band Reggae Populer di Indonesia. Blantika musik tanah air semakin beragam salah satunya dengan kehadiran genre musik Reggae yang nyantai dan berbagai band populer yang melahirkan lagu-lagu legendaris.

Reggae adalah aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika pada akhir era 60-an. Sekalipun kerap digunakan secara luas untuk menyebut hampir segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya merujuk pada gaya musik khusus yang muncul mengikuti perkembangan ska dan rocksteady.

Reggae berbasis pada gaya ritmis yang bercirikan aksen pada off-beat atau sinkopasi, yang disebut sebagai skank. Pada umumnya reggae memiliki tempo lebih lambat daripada ska maupun rocksteady. Biasanya dalam reggae terdapat aksentuasi pada ketukan kedua dan keempat pada setiap bar, dengan gitar rhythm juga memberi penekanan pada ketukan ketiga; atau menahan kord pada ketukan kedua sampai ketukan keempat dimainkan. Utamanya "ketukan ketiga" tersebut, selain tempo dan permainan bassnya yang kompleks yang membedakan reggae dari rocksteady, meskipun rocksteady memadukan pembaruan-pembaruan tersebut secara terpisah.


Musik Reggae di Indonesia

Beberapa nama musisi yang terkenal dalam dunia musik Reggae dan sub-ragamnya Indonesia antara lain: Imanez, Tony Q Rastafara, Nonk'Q Nongkray, Mbah Surip, Steven & Coconut Treez, Shaggydog, Souljah, Dhyo Haw, Amtenar, Momonon, Wargi Reborn, Ras Muhamad,Vegetarian reggae,Ras mallas,Marmara. Bobongkong.


Mbah Surip ikon Reggae Indonesia
Nama lengkap mbak Surip adalah Urip Achmad Rijanto, beliau lahir pada 5 Mei 1957 dan wafat pada 4 Agustus 2009, beliau adalah seorang musisi Indonesia. Ia populer karena gaya dan tertawanya yang unik, dan karena lagu Tak Gendong dari albumnya pada tahun 2003 yang juga berjudul Tak Gendong.

Mbah Surip pernah mendapatkan penghargaan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk kategori menyanyi terlama. Ia pernah ikut membintangi beberapa film dan beberapa kali tampil di televisi. Sebelum menjadi seniman, Mbah Surip mengaku pernah menjalani berbagai macam profesi.

Mbah Surip dikenal dengan pengakuannya di media massa yang sering terdengar bercanda. Dia mengaku pernah bekerja di bidang pengeboran minyak serta tambang berlian. Dia juga mengklaim memiliki gelar Doktorandus, Insinyur, dan MBA, serta pernah mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California. Menurut Mbah Surip, dia menciptakan lagu Tak Gendong saat berada di Amerika Serikat, bertemakan kerja sama saling bahu membahu dan belajar salah.


Band Reggae Shaggydog
Shaggydog adalah sebuah band yang terbentuk pada Tanggal 1 Juni 1997 di Sayidan, sebuah kampung yang terletak di pinggir sungai di tengah kota Jogjakarta. Band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik dan Yoyo' ini sepakat untuk menyebut musik yang mereka mainkan sebagai “Doggy Stylee”, yaitu perpaduan antara beberapa unsur musik seperti ska, reggae, jazz, swing dan rock. Shaggydog dipengaruhi oleh band-band seperti Cherry Poppin Daddies, Hepcat, Bob Marley, dan Long Beach Dub Allstars.


Band Reggae Souljah
Souljah adalah salah satu grup musik di Indonesia bergenre Jamaican Music dan Reggae. Band ini membawakan lagu mereka dengan musik aliran Jamaika Jamaican Music. Souljah terbentuk sejak tahun 1998 dengan nama Band awal Arigato.


Band Reggae Steven & Coconut Treez
Coconut Treez (sebelumnya Steven & Coconut Treez) merupakan sebuah grup musik bergenre Reggae asal Indonesia yang berasal dari Jakarta. Grup musik ini dibentuk oleh Steven N. Kaligis pada tahun 2005. Anggotanya berjumlah 7 orang yaitu Steven N. Kaligis (vokal), A. Ray Daulay (gitar), Teguh Wicaksono (gitar), Rival Himran (bass), Iwan (keyboard), "Opa" Tedy Wardhana (perkusi) dan Aci (drum). Album pertamanya ialah The Other Side dirilis pada tahun 2005. dengan lagu hits "Welcome To My Paradise". Steven & Coconut Treez oleh sebagian pengamat musik dianggap mampu membangkitakan kembali musik reggae di Indonesia setelah terakhir pada tahun 1994 melalui penyanyi alm. Imanez dengan lagu "Anak Pantai". Pada tahun 2009, Steven & Coconut Treez memutuskan untuk vakum dari blantika musik Indonesia karena beberapa personil ingin bersolo karir.

Pada awal tahun 2019, Steven & Coconut Treez kembali dari vakum setelah sekian lama dengan single dari lagu lama yang didaur ulang serta di ambil dari album "The Other Side" serta lagu yang berjudul "Kembali" yang diaransemen ulang dengan versi akustik. Pada akhir tahun 2019, Steven & Coconut Treez mengeluarkan single lagu baru dengan judul lagu "Fallin".

Sinyalkan Transformasi Musik, Unit Post Metal Karawang, Lingkar Cendala Rilis Single "Catastrophe"





Loetju.idSingle “CATASTHROPE” merupakan single debut dari LINGKAR CENDALA yang akan dirilis pada 25 Oktober 2024, setelah merubah format personil dan genre, single ini akan menjadi pembuka menuju album penuh mereka pada tahun 2025. 

Lingkar Cendala adalah band asal Karawang yang awalnya memainkan musik garage punk dan kini memainkan doom/post metal. Band ini terbentuk pada tahun 2020 oleh dua anggota original Desta Ericksen (vocal/guitar) dan Briansyah (bass) yang kemudian setelah beberapa pergantian anggota, akhirnya terbentuk dengan formasi Amelia Putri (vocal), Desta Ericksen (vocal,guitar), Rifqi (guitar), Briansyah (bass), dan Tama (drum). 

Untuk single “Catastrophe” ini, Lingkar Cendala memberi pendekatan penulisan lirik yang tajam dan gaya musik yang kelam. Semua aura kelam tersebut diberi penyeimbang dengan unsur vokal syahdu yang diisi oleh suara vokalis Amelia Putri yang cenderung bergaya musik folk. Single ini akan menjadi wajah baru dan lembaran baru untuk LINGKAR CENDALA, yang awalnya memainkan musik garage punk, kini mereka memainkan musik doom metal dengan sentuhan desert rock. 

Walaupun secara musik/genre mereka sangat berubah drastis, namun secara lirik masih khas LINGKAR CENDALA yang kritis terhadap kehidupan sosial. 

“Single ini merupakan laporan pandangan mata terhadap kondisi sosial di Indonesia saat ini di mana kebobrokan sistem dari segala arah terjadi. Penulisannya pun terinspirasi dari berbagai kejadian di Indonesia, salah satunya era 98 yang sedikit distopia yang sayangnya terjadi kembali di tahun 2024 ini. Ternyata di samping nepotisme, korupsi dan kolusi yang tak benar-benar lenyap dari Indonesia, kondisi alam memperparah nuansa depresif negeri ini yaitu banjir, polusi dan kerusakan alam, tutur Desta Ericksen

Single ini diaransemen, direkam dan diproduseri oleh Desta Ericksen (Guitar/back voc) secara home recording. Semua proses mixing dan mastering dikerjakan oleh Septian Satriani (Unseen record) ex drummer mereka sendiri. Secara musik, kali ini mereka terinspirasi oleh Black sabbath, Sigmun dan beberapa band yang memainkan doom, post hardcore dan post metal lainnya seperti Krobak, Gambardella, Touche Amore, Electric Wizard, Wisp, dan Church of Misery.


Tentang Lingkar Cendala:
Lingkar cendala merupakan unit Doom/post metal asal karawang. Terbentuk pada tahun 2020 oleh Desta Ericksen (vocal/guitar) dan Briansyah (bass), terbentuk atas kesukaan pada musik yang sama membuat mereka mematenkan untuk membuat sebuah band. Awal dibentuk mereka memainkan musik rock n roll, dan merilis single berjudul “langkah kidal” bersama Dika(vocal), Rafi Robani (guitar), Abo (drum). Selang berapa lama Dika dan Rafi Robani memutuskan untuk keluar dari band, pada tahun 2023 mereka merilis sebuah EP berjudul “manifesto alegori cendala” ditambah dengan bergabung nya Rifqi (guitar) dan keluarnya nya Abo (drum). Kini lingkar cendala merombak total formasi mereka, dengan bergabungnya Amel (vocal) dan Tama (drum) kini mereka memainkan musik yang lebih gelap dan kelam namun tetap rock n’ roll. 




Ajak Semua Untuk Rileks Dalam Hadapi Masalah, Adurusa Merilis Single "Sans"




Loetju.idLamongan, 25 Oktober 2024 - Setelah merilis “Ikat” pada Agustus 2024 lalu dengan tema asmara, kini unit reggae soul Lamongan, Adurusa kini melemaskan otot sekejap dengan single terbaru berjudul “Sans”. Emir Salam (vokal), Okky Indraloka (gitar) Taufiq Aulia (bass), Thewa (gitar) dan Maimun Zubair (drum) masih memainkan fusi reggae, dub dan soul dengan lebih santai. 

Dengan maraknya maraknya kasus orang mengakhiri hidupnya dan pembunuhan karena dipicu depresi, Adurusa menanggapi fenomena sosial tersebut dengan satu kata yaitu “Sans” yang juga menjadi judul single terbarunya. Adurusa menganggap bahwa semua manusia cepat atau lambat akan menghadapi masalah, maka lebih baik kehidupan ini dibawa santai.

“Intinya, yang ingin kami sampaikan adalah bahwa akhir-akhir ini di Indonesia sedang musim orang-orang yang putus dalam hidupnya namun direspon dengan terlalu serius. Bahkan, di beberapa kesempatan, sampai mencelakakan dirinya sendiri maupun orang lain. Maka kami pun merespon fenomena tersebut dengan lagu berjudul “Sans” yang seakan mengajak kita semua untuk rehat sejenak. Tiap manusia pasti punya masalah, jadi apa salahnya dipikir sambil santai,”jelas Okky

Penggarapan lagu “Sans” bebarengan dengan single “Ikat” yaitu sekitar Februari 2024. Komposer dan produser “Sans” kali ini adalah Okky Indraloka. Untuk penulisan lirik, duo Emir Salam dan Okky Indraloka berkolaborasi untuk menyusunnya. Penggarapan “Sans” juga melibatkan rekan-rekan lain yaitu keyboard diisi oleh Bima Sakti. Sedangkan, vokal latar diisi oleh Patricia, dan Karina Arin. Semua proses produksi dilakukan di Kandang Rusa Studio dengan proses mixing mastering kembali menggandeng kawan mereka, Dicky.

Setelah perilisan “Sans”, Adurusa masih akan melanjutkan dengan kembali merilis single. Kemudian untuk kegiatan lapangan, Adurusa akan menyelenggarakan showcase dalam waktu dekat. 

Adurusa merupakan proyek musik dari beberapa muda-mudi asal Lamongan, Jawa Timur yang dipertemukan secara tidak sengaja sejak Juni 2023. Dengan latar belakang referensi yang berbeda-beda yang dibawa oleh tiap personilnya, Adurusa sepakat untuk membawakan musik dub reggae/jamaican sound dengan pengaruh blues, soul, dan lovers rock. Elemen-elemen referensi musik tersebut Adurusa coba gabungkan menjadikannya suatu karya yang segar. Beranggotakan Emir Salam (vokal), Okky Indraloka (gitar) Taufiq Aulia (bass), Thewa (gitar) dan Maimun Zubair (drum). Dengan peluncuran single pertama pada  Agustus 2024 ini dan single kedua pada Oktober ini, Adurusa berkomitmen menyusuri langkahnya di dunia kreatif terutama musik.


Rabu, 23 Oktober 2024

Band Sophisti-pop Malang, Velco Rilis Single Terbaru "I Lost Myself the Day I Lost You"

 


Loetju.idMalang, 21 Oktober 2024 - Velco adalah band asal Malang, Jawa Timur dengan aliran sophisti-pop yang kental akan nuansa R&B dan Funk. Band ini dibentuk pada 8 April 2022 di Universitas Negeri Malang  oleh Lewo Say Linowo (vocal), Imanuel Gerson (Gitaris), Idham Anantama Khalis (drummer), Mukafih Dzikro (keyboardis) dan Toni Tanto (Bassist). Mereka berlima tergabung dalam unit kegiatan mahasiswa homeband Opus 275.

Pada 12 Agustus 2024, Velco merilis single terbarunya yang berjudul "I Lost Myself the Day I Lost You". Dengan gaya slow jam R&B bertempo pelan, single ini menceritakan tentang kisah patah hati seseorang yang sampai membuatnya seperti kehilangan akal.

"Lagu ini terinspirasi dari kisah asmara saya yang harus selesai karena sebuah kesalahan, jadi intinya lagu ini berangkat dari penyesalan," tutur Lewo

Ternyata penyebabnya pula karena kesalahan diri sendiri yang akhirnya disesali. Lewo sang vokalis pun menulis lagu ini sebagai pengingat akan kesalahan dan penyesalan tersebut.

“She told me that I should quit smoking tapi karena pada akhirnya saya tetap terikat pada adiksi saya, saya jadi kehilangan dia. Mungkin krn dia muak dengan kekurangan saya seperti adiksi dan kebohongan yg saya lakukan krn adiksi itu. Lagu ini pada dasarnya adalah tentang perasaan yg saya alami setelah dia pergi yaitu penyesalan dan rasa kehilangan diri sendiri – i lost myself the day i Lost you,” kuak Lewo

Lagu ini mulai diproduksi sejak 2023 namun karena berbagai kesibukan para member, akhirnya tertunda rilisnya hingga 2024. 


“Lagu ini mulai kami produksi sebenarnya sudah sejak sekitar Juni 2023 namun karena sulit menentukan jadwal produksi yg disebabkan oleh kewajiban kami semua, kecuali Lewo yang saat itu menyelesaikan skripsi. Jadi, proses produksinya lumayan memakan waktu,” lanjut Imanuel Gerson

Single “I Lost Myself the Day I Lost You” diproduseri oleh Velco sendiri dengan Lewo Say Linowo sebagai songwriter, Immanuel Gerson sebagai komposer. Produksi dan rekaman lagu ini dikerjakan oleh sang drummer Idham Anantama dan sang bassist Toni Tanto. Untuk lokasi rekaman Velco memilih AA Studio dengan Gigih Praseta selaku engineer yang menangani mixing dan mastering sekaligus.

Single “I Lost Myself The Day I Lost You” sudah bisa dinikmati di semua DSP sejak 12 Agustus 2024.

Senin, 07 Oktober 2024

WUSS; Proyek Indie Rock Anyar Dari Kota Malang terbitkan Lunar

 



Loetju.id - Malang, 5 Oktober 2024 - Faktanya, di kota Malang tidaklah sulit untuk mempertemukan ide kolektif dan mewujudkannya menjadi sebuah proyek kreatif terlebih melihat kondisi kota yang memang begitu mengakomodir hal tersebut. Pasalnya, pilihan keberadaan titik pertemuan dan peleburan di kota ini begitu banyak, merata dan sangat mudah diakses; mulai dari balik dinding akademis, ruang kerja, moshpit gigs, hingga meja-meja perkopian yang bercokol di tengah kota, gang sempit sampai tepian kabupaten.
Jadi, di sini, suatu kewajaran sekaligus kesenangan melihat kolaborasi kerap lahir dengan mengaburkan batas kota, disiplin seni dan genre. Salah satunya We Undercover Super Softy atau bisa disingkat dengan WUSS.

WUSS adalah proyek musik anyar yang dibentuk di kota Malang. Beranggotakan wajah lama dari lintas proyek musik dengan berbagai kesibukan karir. Mulai dari solois cum gitaris selepas bekerja kantoran, pengelola coffeeshop, pekerja start-up, hingga seorang visual jockey. Dari Surabaya sampai kota Malang. 

Adalah Brilyan Prathama (ex Humi Dumi, Nonanoskins), Sabiella Maris (Closure), Rara Harumi dan Rufa Hidayat (Remissa, Inheritors) yang baru saja mengenalkan proyek terbaru mereka melalui perilisan single perdana yang bertajuk “Lunar”.

“Jadi, ini (band) seperti musik yang menemukan jalan takdirnya untuk bertemu dengan jodohnya,” kenang Brilyan perihal awal terbentuknya WUSS.

Brilyan mengaku jika “Lunar” adalah salah satu materi yang pondasi musiknya sudah lama ia kerjakan namun hanya mengendap di dalam hardisk hingga akhirnya ia bertemu dengan Sabiella Maris, seorang solois dan gitaris Closure. Merasa memiliki kecocokan dalam musik, lantas Brilyan dan Sabiella memutuskan untuk membentuk sebuah grup musik dengan mengajak Rufa Hidayat sebagai penggebuk drum dan Rara Harumi sebagai bassis.

“Selain kecocokan chemistry dalam bermusik, kami (personil) ternyata memiliki kepribadian yang kurang lebih mirip; terlihat biasa di luar, tapi aslinya sama-sama sensitif.” Lanjut Brilyan perihal alasan pemilihan nama We Undercover Super Softy yang kemudian mereka singkat menjadi WUSS.

WUSS sendiri memainkan musik indie-rock nan catchy dibalut raungan modulasi overdrive yang manis dan arus tempo drum yang bisa mengundang sing-along hingga stage diving.  Di tambah lagi karakter vokal Sabiella yang terasa pas ketika bertemu dengan warna musik seperti yang diusung WUSS.

Lirik single “Lunar”  sendiri ditulis oleh Sabiella. Dirinya menjelaskan jika lewat lagu ini ia mencoba untuk memandang kehidupan dengan manganalogikannya sebagai rembulan pada malam dan terang pada siang.

“Sebenarnya lagu ini punya banyak makna dalam melihat kehidupan,” aku Sabiella. “seperti misalnya kerap tanpa sadar kita tidak melihat jika terdapat dukungan yang luar biasa di balik setiap langkah kehidupan kita, seperti halnya bulan yang menerangi malam berkat keberadaan matahari. Juga perihal bagaimana kita mensyukuri kehidupan tanpa harus mendiskriminasi kehidupan orang lain hanya berdasarkan malam maupun siang hari.”

Single “Lunar”  direkam di Griffin Studio dengan melibatkan Ayok selaku penanggung jawab proses mixing dan mastering. Sedangkan ilustrasi dikerjakan oleh Farhan Endy. Sedangkan untuk perilisan single, WUSS menggandeng salah satu label rekaman paling aktif dari kota Malang, Haum Entertainment.

“Tentu kami akan manggung, tapi saat ini kami ingin fokus pendistribusian materi dulu dan untuk agenda lain sedang kita rancang dan susun matang-matang dulu karena harus menyesuaikan jadwal yang lainnya.” Tutup Brilyan.

Sebagai bocoran, ketika single perdana ini dirilis, WUSS sedang dalam proses final perampungan materi lain yang rencananya akan masuk menjadi bagian dalam debut mini album mereka. Single “Lunar”telah hadir di bandcamp sejak 24 September 2024.

Bandcamp: 
https://haumrecords.bandcamp.com/track/single-wuss-lunar

Spotify: https://open.spotify.com/track/0YokVIMyUI5OVvau2uTOMX?si=2343604f005440cd


Tentang Wuss:
Wuss merupakan proyek musik yang beranggotakan dua kota tetangga, Surabaya dan Malang. Wuss beranggotakan Brilyan Prathama (ex Humi Dumi, Nonanoskins), Sabiella Maris (Closure), Rara Harumi, dan Rufa Hidayat (Remissa, Inheritors) yang kerap kali berhubungan dengan Malang baik melalui pekerjaan maupun tempat tinggal. 

Para anggotanya merupakan wajah-wajah lama dari berbagai proyek musik dengan berbagai kesibukan karier. Mulai dari solois How after work guitar, pengelola kedai kopi, karyawan start-up, hingga visual jockey. Wuss berawal dari "Lunar", single pertama Wuss yang telah lama digarap Brilyan namun hanya mengendap di dalam hard disk-nya. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Sabiella Maris, solois sekaligus gitaris Closure. 

Merasa memiliki kecocokan dalam bermusik, Brilyan dan Sabiella memutuskan untuk membentuk grup musik dengan mengajak Rufa Hidayat sebagai drummer dan Rara Harumi sebagai bassis. WUSS menawarkan musik indie-rock fuzzy yang dapat digambarkan sebagai kombinasi overdrive manis yang menderu dan tempo drum yang mampu mengundang semua orang untuk bernyanyi bersama atau melakukan stage diving. Single perdana mereka "Lunar" tersedia di semua DSP.

Kamis, 19 September 2024

“Whine”, Sebuah Single Bukti Skeptisme Romansa a la Lucien Sunmoon




Loetju.idLucien Sunmoon tidak butuh waktu lama untuk merilis single teranyar mereka yang diberi judul “Whine”. Unit asal Malang ini meramu suguhan dream pop manis dengan melodi ceria dengan lirik yang justru bertolak belakang dengan atmosfer nadanya. “Whine” bercerita tentang ketakutan atau skeptisme terhadap hubungan cinta. Ditulis oleh sang gitaris yakni Yessy, ia merasa percintaannya selalu menemukan jalan buntu hingga ia berpikir bahwa romansa tidak ditakdirkan untuknya. “Awalnya gara-gara menemukan sebuah postingan media sosial cowok yang pernah aku taksir dulu dengan pasangan barunya. Memang sudah tidak ada rasa, tapi tetep aja kayak miris karena dia di sana sedang bahagia sedangkan aku sendirian,” ungkap Yessy. Alhasil, sang musisi menuangkannya lewat bait demi bait lirik dalam “Whine” yang direkam di Haum Studio, Malang.

Berbeda dengan Yessy yang mencurahkan keluh kesahnya lewat untaian lirik lagu, masing-masing personel Lucien Sunmoon memiliki metode yang berbeda-beda untuk ‘whine’ (red: mengeluh). Lyra (drum) memilih untuk curhat kepada teman, keluarga atau pasangan dan Kanaya (vokal) memilih untuk menyendiri dan memuat ulang unggahan di media sosial yang menggambarkan keadaannya. Sedangkan Mundir (bass)  lebih suka menepi di pinggir jalan sambil menikmati kudapan favoritnya, mirip dengan Nael (gitar) yang juga menyukai eksplorasi di luar ruangan dengan bersepeda dan melihat gemerlap lampu di jalan raya. Tak mau ketinggalan, Nasywa (keyboard) juga menjadikan media sosial ajang meluapkan kekesalan dan kekecewaan yang diiringi dengan curhat kepada orang terdekat.

Lucien Sunmoon selanjutnya juga mengungkapkan proses rekaman “Whine” yang terhitung lebih praktis dan efisien karena telah melakukan rekaman dua single sebelumnya di studio yang sama. Kendala teknis seperti tempo yang kurang tepat, nada yang fals, hingga kesalahan dalam menggunakan instrumen musik memang tetap ada. Namun pengalaman ini mengajarkan band yang baru berdiri di tahun 2023 itu untuk semakin bersabar untuk berproses demi mendapatkan hasil yang memuaskan. 

Dari segi visual, Lucien Sunmoon dibantu oleh  Alodia Amoreta C. K., siswi SMAN 2 Malang yang juga tergabung dalam ekstrakurikuler musik yang sama dengan para personil band tersebut. Sang ilustrator yang biasa dipanggil Amo, membuat ilustrasi para anggota Lucien Sunmoon yang sedang berswafoto di sebuah photo box dengan antusias. Amo menangkap kesan ceria dari lagu “Whine” ke dalam ilustrasinya yang didominasi warna merah muda dan ungu yang identik dengan band tersebut. Menginjak karya ketiga yang sudah dirilis di pasaran, semakin banyak pula pengalaman manggung sang band yang seringkali dibantu oleh personil Girl and Her Bad Mood dan Closure ini. “Banyak banget pelajaran yang bisa diambil, selain teknis, kami juga banyak mengerti tentang attitude yang harus ditunjukkan seorang performer baik kepada para panitia, sesama musisi ataupun penonton,” ungkap mereka. 

Lucien Sunmoon berkomitmen untuk semakin memperbaiki aksi panggung mereka sembari tetap produktif mengeluarkan karya-karya terbaru di masa mendatang. Sementara itu, lagu “Whine” sudah hadir dan siap dinikmati di layanan streaming digital favoritmu sekarang!

Jumat, 13 September 2024

Grup Podcast Mandan Kenthir Rilis Singgle Hip Hop Berjudul Siap Sukses

 



Loetju.id - Grup podcast Mandan Kenthir yang terdiri dari Yusril Fahriza, Wira Nagara, Bryan Barcelona dan Sadana Agung merilis sebuah singgle Hip Hop berjudul Siap Sukses. Hal ini menambah panjang daftar komika yang selain aktif sebagai komedian juga berhasil melahirkan karya musik ikut menyemarakkan blantika musik tanah air.

Singgle Siap Sukses ini liriknya ditulis oleh Sadana Agung, anggota termuda dari Mandan Kenthir, liriknya terdiri dari dua bahasa yaitu Jawa dan Indonesia. Judul Siap Sukses diambil dari celetukan yang sering Wira dan anggota lainnya keluarkan dalam setiap podcastnya.

Genre Hip Hop dipilih Sadana Agung karena ia sadar diri kemampuannya dalam olah vokal kurang mumpungi, dengan hip hop kekurangan itu bisa dimaklumi. Secara keseluruhan singgle Kisah Sukses ini mengingatkan lagu-lagu hip hop jawa yang dibawakan oleh Jogja Hip Hop Foundation, perpaduan musik, beat dan liriknya bagus penuh optimisme dan pembagian vokalnya menggambarkan karakter masing-masing anggotanya.

Bagi sobat yang mau mendengarkan bisa langsung menuju Spotify Mandan Kenthir di sini: 

Salah satu bagian spesial dari singgle Siap Sukses ini yaitu vokalnya ditake di studio rekaman legendaris tanah air yaitu Lokananta yang berada di Solo atau Surakarta Jawa Tengah.

Kali pertama diperkenalkan ke publik Single Hip Hop Siap Sukses dalam acara Jambore Standup di Jogjakarta. Alunan sinden dibawakan oleh Mbak Fina

Bagi sobat yang ingin kenal lebih dekat dengan Podcast Mandan Kenthir bisa klik di sini:


Sekilas tentang Studio Rekaman Lokananta
Lokananta adalah bekas badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang perekaman musik. Lokananta memiliki kantor di Kota Surakarta, Jawa Tengah dan kini menjadi salah satu cabang dari Percetakan Negara Republik Indonesia. Lokananta juga menyimpan file betamax Nike Ardilla versi Seberkas Sinar 2M-D (MEDIA MASA DEPAN) Tahun 1990 bersama Dian Nitami.

Perusahaan ini didirikan atas inisiatif R. Maladi pada tanggal 29 Oktober 1956 dengan nama Perusahaan Piringan Hitam Lokananta sebagai bagian dari Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia. Lokananta kurang lebih berarti "seperangkat gamelan surgawi dalam pewayangan Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu". Fungsi utama Lokananta saat itu adalah menduplikasi bahan siaran dari RRI. Perusahaan ini sempat diusulkan diberi nama Indra Vox (singkatan dari Indonesia Raya Vox), namun kemudian ditolak oleh Presiden Soekarno. Pada tahun 1958, piringan hitam dari perusahaan ini mulai dicoba untuk dipasarkan ke masyarakat umum melalui RRI.

Pada tahun 1961, status perusahaan ini diubah menjadi perusahaan negara dengan nama PN Lokananta, dan bidang usahanya dikembangkan menjadi label rekaman, dengan spesialisasi pada lagu daerah dan pertunjukan kesenian, serta penerbitan buku dan majalah.

Pada tahun 1972, produksi audio Lokananta dialihkan dari piringan hitam ke kaset. Pada tahun 1983, Lokananta membentuk unit penggadaan film dalam format pita magnetik (Betamax dan VHS). Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia menggabungkan Lokananta ke dalam Perum Percetakan Negara RI (PNRI), sehingga Lokananta menjadi salah satu cabang dari perusahaan tersebut. Sebagai cabang dari PNRI, bisnis Lokananta antara lain perekaman musik, duplikasi audio (kaset & CD), penyiaran, percetakan, dan penerbitan.

Pada tanggal 21 Februari 2017, Lokananta menjalin kerja sama dengan Langit Musik, sehingga lagu-lagu dari Waldjinah dan sejumlah artis lain yang disimpan oleh Lokananta, secara bertahap dapat dinikmati di Langit Musik.

Sebagian lagu yang disimpan oleh Lokananta kini juga dapat diakses di Joox, Spotify, Deezer.

Lokananta menyimpan ribuan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia dan lagu-lagu pop lama, termasuk di antaranya lagu-lagu keroncong. Selain itu Lokananta mempunyai koleksi tidak kurang dari 53.000 keping piringan hitam dan 5.670 master rekaman daerah bahkan rekaman pidato-pidato Presiden Soekarno, juga master Proklamasi.

Koleksinya antara lain terdiri musik gamelan Jawa, Bali, Sunda, Sumatera Utara (batak) dan musik daerah lainnya serta lagu lagu folklore ataupun lagu rakyat yang tidak diketahui penciptanya. Rekaman gending karawitan gubahan dalang kesohor Ki Nartosabdo, dan karawitan Jawa Surakarta dan Yogyakarta merupakan sebagian dari koleksi yang ada di Lokananta. Tersimpan juga master lagu berisi lagu-lagu dari penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, Buby Chen dan Sam Saimun. Lokananta telah melahirkan beberapa penyanyi ternama di Indonesia.

Beberapa contoh produksi Lokananta lainnya antara lain: lagu Rasa Sayange bersama lagu daerah lainnya dalam satu piringan hitam. Piringan hitam ini kemudian dibagikan kepada kontingen Asian Games pada tanggal 15 Agustus 1962. Pada tahun 2018, satu set piringan hitam Souvenir From Indonesia (Asian Games 1962) dicetak ulang dalam bentuk Boxset CD, dan dibagikan ke setiap atlet yang berlaga di Asian Games & Asian Para Games 2018.

Lokananta juga memproduksi rekaman resmi pertama lagu Indonesia Raya versi 3 stanza aransemen Josef Cleber. Pada 18 - 20 Mei 2017, lagu kebangsaan Indonesia ini direkam ulang oleh Gita Bahana Nusantara di bawah asuhan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada tahun 1985, Studio Lokananta diresmikan oleh Menteri Penerangan Harmoko. Memiliki luas 14 x 31 meter yang memungkinkan untuk menggelar rekaman langsung dengan tata akustik ruangan yang mumpuni. Studio Lokananta merupakan studio terbesar di Indonesia sampai saat ini.

Tempat ini pula yang digunakan oleh Didi Kempot dalam konser bertajuk Konser Amal Dari Rumah yang diselenggarakan oleh Kompas TV pada tahun 2020 dan menghasilkan dana Rp 7.6 milyar untuk menanggulangi pandemi Covid-19. Konser ini pula yang menjadi konser terakhir Didi Kempot sebelum wafatnya.

Pada 18 April, telah dilakukan penandatanganan ringkasan utama kerjasama pengelolaan Lokananta antara PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang diwakili oleh Rizwan Rizal Abidin (Direktur Investasi 1 & Restrukturisasi) dengan PT Ruang Riang Lokananta selaku operator yang diwakili oleh Wendi Putranto (CEO Lokanantabloc).

Lokananta baru akan menjadi destinasi wisata cagar budaya sekaligus ruang kreatif publik komersial berbasis musik. Di dalam kawasan ini akan terdapat studio rekaman baru, galeri seni, musik, dan sejarah, toko cinderamata, ruang konser, ampiteater, berbagai gerai F&B, gerai UKM terkurasi, dan sebagainya.

Ke depannya para pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas seru di kawasan Lokananta yang baru. Mulai dari nonton konser, atraksi seni budaya, rekaman musik, mengunjungi pameran musik, belanja vinyl, cinderamata musik, berkegiatan bareng komunitas, nongkrong di cafe, hingga sekadar bersantai menikmati sore di ampiteater Lokananta nan indah. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lokananta)



Penulis
Achmad Munandar

Senin, 26 Agustus 2024

Para Komika Turun Ikut Serta Aksi #KawalPutusanMK Peringatan Darurat di Gedung DPR RI




Loetju.id - Sejumlah komika terpantau ikut serta turun dalam aksi #kawalputusanmk Kamis 22 Agustus 2024 merespon rencana DPR yang akan menganulir putusan MK terkait peraturan Pilkada Serentak 2024.

Akun Twitter Sammy mengunggah foto para komika yang ikut aksi nampak diantaranya ada Cing Abdel, Rigen, Rispo, Arie Kriting, Bintang Emon, Yudha Keling, Abdul Arsyad, Yono Bakrie, Arif Brata, Adjis Doaibu dan masih banyak lagi yang lainnya.

Bahkan Raditya Dika komika yang selama ini tidak mau beropini di medianya tentang politik karena khawatir diplintir dan disalahgunakan, sehari yang lalu lewat akun Instagramnya mebuat postingan gambar berlatar biru yang juga viral dengan tulisan "Peringatan Darurat" dengan lambang Garuda Pancasila.

Di post berikutnya, Raditya Dika menulis:

Kenapa harus peduli Pilkada 2024?

- Ada upaya dari Kelompok Indonesia Maju untuk memastikan bahwa Pilkada di berbagai daerah melawan kotak kosong/ calon indipenden yang tidak dikenal masyarakat.

- Mahkamah Konstitusi memutuskan pada Selasa (20/8) bahwa partai politik tidak perlu punya kursi di DPRD untuk mengajukan calon kepala daerah > maka bisa jadi ada lebih banyak calon baru.

- DPR akhirnya memutuskan (21/8) mereka akan melakukan rapat untuk membahas revisi UU Pilkada.

- Beberapa pihak berasa revisi ini dilakukan untuk menganulir putusan MK yang membolehkan banyak calon untuk kepala daerah.

- Kita harus sebarkan, agar banyak orang sadar kalau kondisi tidak baik-baik aja - dan kita harus dorong supaya undang-undang tidak diubah sesuka hati.

#KawalPutusanMK
#TolakPilkadaAkal2an
#TolakPolitikDinasti

Berikut versi screenshot reel aslinya:





Foto Mamat Alkatiri dan Ananta Rispo diwawanca oleh media

Minggu, 25 Agustus 2024

The Polar Bears Rilis Single Terbaru “More Than You Can Chew”: Pergi Adalah Pilihan Ketika Kamu Terlihat Selalu Kurang Di Matanya





Loetju.id - Seakan tak ingin ide kreatif mereka padam dan terhalang oleh jarak, Trio Beruang Math Rock Malang Raya, The Polar Bears pada akhirnya kembali merilis single lanjutan mereka di pertengahan tahun 2024 ini. Band yang digawangi oleh Yudhistiro Lilo Pambudi (gitar/vokal), Marcellino Gibrany Santoso (drum/vokal), dan Reffyga Pratama Yudana (bass/vokal) kali ini memberikan single baru bertemakan kisah patah hati yang bertajuk “More Than You Can Chew”.

Single “More Than You Can Chew” ditulis berdasarkan kisah cinta masa lampau dari Marcel yang kemudian aransemen dan liriknya disempurnakan oleh Reffyga, serta proses produksinya ditangani oleh Lilo, bisa dibilang The Polar Bears memproduksi sendiri lagu ini. The Polar Bears kali ini menghadirkan cerita tentang pupusnya sebuah percintaan yang didasari oleh banyaknya tuntutan tanpa adanya hubungan timbal balik dan pengertian. Lagi-lagi, masih dengan aransemen twinkly khas mereka namun kali ini dibalut dengan sentuhan yang melankolis.

“Jadi “More Than You Can Chew” sendiri adalah pengalaman pribadi saya yang menjadi sebuah self reminder bagi saya dan mereka yang merasa pasangannya selalu menuntut lebih dari yang seharusnya, tidak adanya rasa pengertian, dan selalu bersikap egois. Tentu, dua insan yang saling beradu kasih itu indah. Namun pergi menjadi satu-satunya pilihan jika memang kalian selalu terlihat kurang di matanya,” tutur Marcel

Alih-alih merilis EP (extended play), The Polar Bears memilih untuk merilis “More Than You Can Chew” sebagai follow up single untuk debut full album mereka yang saat ini sedang digarap dan direncanakan untuk rilis di akhir tahun 2024 nanti. Single “More Than You Can Chew” sudah bisa dinikmati di semua platform DSP sejak 9 Agustus 2024.

Weaken Amorē Gencarkan Promo Demo dengan Live Video Release Party yang Dreamy di Portic Coffee



Loetju.idWeaken Amorē, adalah band reggae soul dari Kota Malang yang terdiri dari enam anggota, Pauline (Vokal), Hans (Gitar), Rama (Drum), Andi aka Mengci (Gitar/Siren), Reza (Bass), Alif (Gitar) yang terbentuk sejak 14 Januari 2024. 

Weaken Amorē memainkan musik reggae soul yang disalut dengan sentuhan dub siren. Dub Siren adalah musik reggae yang kental dengan sentuhan efek oscillation yang dihasilkan dari pedal efek, kaossilator atau synthesizer. Siren yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan osilator yang dikendalikan melalui device pedal maupun synth dengan memainkan dan mengubah-ubah bentuk gelombang dengan memutar potensiometer yang mengendalikan nada, laju, dan parameter lainnya. Diduga berakar dari gaya Sound System, dub siren digunakan terutama untuk menghasilkan serangkaian nada ritmis dalam musik dub dan reggae yang cenderung menyerupai sirene. 

Weaken Amorē baru saja  mengadakan acara Weaken Amorē Demo Release pada tanggal 9 Juni di Portic Coffee. Acara ini digunakan untuk memperkenalkan dua single mereka, "Diamond" dan "Salvation," yang sebelumnya telah dirilis di platform Bandcamp pada 30 Mei 2024. 

Pada acara tersebut, Weaken Amorē membawakan empat lagu asli mereka serta dua lagu cover di atas panggung yang didekorasi dengan bunga warna-warni. Dua lagu utama yang dirilis, "Diamond" dan "Salvation," menjadi fokus dalam penampilan mereka. Acara ini dihadiri oleh penonton yang menikmati penampilan band tersebut, dan menjadi salah satu langkah Weaken Amorē untuk memperkenalkan musik mereka ke khalayak yang lebih luas.

Weaken Amorē berawal dari obrolan pesan singkat tiga pemuda di pertengahan Januari 2024, di sebuah kedai teh di Kota Malang. Ketiga pemuda yang disebut adalah Figaria, Hans Reinhart dan Mengci yang kerap berandai - andai membentuk sebuah band musik reggae dengan tema romansa dan cinta. Pertemuan kedua dan ketiga dihabiskan untuk sesi jamming dan cover. Akhirnya pada pertemuan keempat mereka memutuskan untuk menggandeng seorang vokalis. Akhirnya seorang vokalis perempuan bernama Pauline Sidabalok pun terpilih untuk melantun nada. Pada pertemuan kelima akhirnya Figaria memutuskan untuk mengundurkan diri.

Di pertemuan keenam pada bulan Maret, Hans dan Mengci mengundang tiga orang lagi untuk menjadi personil. Tiga orang itu adalah Rama yang bermain drum, Alif yang bermain gitar dan Reza pemain bass yang jenaka. Dalam pertemuan ini tercetuslah nama Weaken Amorē yang secara harfiah berarti 'melemahkan dewa cinta'. Amorē adalah dewa cinta dari Latvia. Weaken Amorē adalah pemuda - pemudi berani yang meyakini bahwa cinta adalah milik manusia itu sendiri dan tidak dapat dikendalikan atau dirampas apapun.

Pertemuan demi pertemuan kembali dilewati hingga membuahkan karya - karya tulis Pauline yang diaransemen bersama menjadi lagu - lagu Weaken Amorē.Tanpa menunggu lagi, pada bulan Mei Weaken Amorē akhirnya menembuh panggung pertamanya di Mods May Day Malang 2024 bersama Malang Mods. Setelahnya mendapatkan panggung keduanya bersama Tipsy Lion Malang.

Setelah 30 Mei Weaken Amorē merilis demo “Salvation” dan “Diamond”, akhirnya mereka merekam ulang “Salvation” dan “Diamond” di AA Studio secara tracking pada 20 Juni 2024 dengan sound engineer Gigih Praseta. Rekaman tersebut tepat 15 hari setelah live perform mereka pada 9 Juni 2024 di Portic Coffee. Acara tersebut diprakarsai oleh MBS dan Sisi Kreatif.

“Kami sadar bahwa masih banyak yang perlu diupgrade dari rekaman sebelumnya yang masih dalam format live record. Maka dari itu rekaman ulang secara proper dan event launching yang disupport oleh MBS dan Sisi Kreatif ini merupakan batu loncatan kami untuk eksis di skena Jamaican Sound di Indonesia khususnya Kota Malang, jelas Mengci sang gitaris

Weaken Amorē kemudian merekam event tersebut menjadi format live video dan akan dirilis sebagai promosi terhadap dua demo mereka yang telah hadir di bandcamp sebelumnya. Pada acara live tersebut, Weaken Amorē tampil di tengah proyeksi hamparan bunga warna - warni di panggung, disertai klip visual yang begitu dreamy. Membawakan empat lagu milik Weaken Amorē sendiri dan dua lagu cover. Diantaranya dua lagu yang berjudul "Diamond" dan "Salvation" yang baru dirilis. Live video Weaken Amorē sendiri akan hadir pada tanggal 16 Agustus 2024 di Youtube official mereka (https://www.youtube.com/@WeakenAmore).

Kisahkan Kerinduan Pada Kampung Halaman, Indika Rilis Single “Malang"

 



Loetju.idIndika rilis single “Malang” yang mengusung pesan pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga hubungan dengan orang-orang yang kita cintai.

Unit pop rock alternatif asal Malang, Indika, resmi merilis single perdananya yang berjudul “Malang”. Bukan sekadar karya musik, lagu ini bisa dibilang merupakan ‘surat’ untuk kota yang telah membesarkan mereka.

Lagu "Malang" terinspirasi dari pengalaman universal yang dirasakan oleh banyak orang, yakni kerinduan akan kampung halaman. Lirik yang puitis dan mendalam menceritakan kisah nyata seorang perantau yang mencari peruntungan di kota lain, namun akhirnya menyadari bahwa rumah adalah tempat di mana hati berada. Dalam hal ini, rumah bagi sang perantau adalah Kota Malang.

"Kami ingin menuangkan rasa terima kasih kami kepada Kota Malang melalui lagu ini," ungkap Satria, bassist Indika. "Kami ingin menyampaikan pesan bahwa di mana pun kita berada, kenangan indah tentang kota kelahiran akan selalu ada di dalam hati. Malang bagi kami lebih dari sekadar kota, melainkan rumah yang penuh dengan kasih sayang dan kenangan yang indah."

Tak mengherankan, band ini memang sarat akan kentalnya rasa persahabatan dan kekeluargaan. Para personelnya telah menjalin persahabatan sejak masa remaja, tepatnya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, hingga saat ini, lebih dari 20 tahun. Selama itu pula, mereka sudah mengalami berbagai banyak hal bersama-sama, terbentang jarak dan waktu, hingga kesibukan masing-masing. Namun, para personel Indika mengaku, mereka tidak pernah terputus sama sekali. Dari pertemanan yang memiliki hobi yang sama inilah, lahirlah band yang awalnya diberi nama “Kailash” ini. 

Perubahan nama band, dari “Kailash” menjadi “Indika” dilakukan pada tahun 2024 ini. “Kami rasa, nama ‘Indika’ ini lebih mudah diingat dan lebih menjual. Selain itu, nama ini juga terkesan elegan dan memiliki arti yang lebih filosofis, yaitu tentang kemauan yang sungguh.”
Melalui single ini, Indika berharap dapat menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat Malang dan menginspirasi banyak orang untuk mencintai kota mereka. Selain itu, lagu yang dibungkus dalam musik pop rock alternative yang easy listening ini juga diharapkan dapat memperkenalkan musik Indika kepada pendengar yang lebih luas.

Dari sisi produksi musik, single "Malang" ditulis oleh Satria. Sementara itu Gege Praseta bertindak sebagai arranger dan produser. Penggarapan single ini dilakukan di AA Studio Musik, Malang.

Single "Malang" telah dirilis secara resmi pada tanggal 14 Agustus 2024 dan dapat dinikmati di berbagai platform streaming musik seperti Spotify, YouTube Music, dan juga Apple Music.
"Kami berharap single ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Kami juga berharap dapat terus berkarya dan menghasilkan karya-karya yang berkualitas," pungkas para personel Indika. 

Ke depannya, Indika berencana untuk mengeluarkan album yang diharapkan dapat dirilis di tahun 2024 ini. Mari kita nantikan!

Tentang Indika
Indika terbentuk di Malang pada tahun 2023. Berawal dari hobi dan pertemanan, keempat personel Indika, yaitu Ludhan (vokal), Peter (drum), Restu (gitar), dan Satria (bass), memutuskan untuk serius menekuni dunia musik. Dengan genre pop rock alternative, Indika menawarkan musik yang segar dan mudah dinikmati dengan lirik yang sarat makna.

Comika

Politika

Gen Z