Comedy, Indie and Creativity: Musik
Tampilkan postingan dengan label Musik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Musik. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 November 2024

Lights Out Kembali dengan Album Digital Re-Falling Apart




Loetju.id Setelah penantian panjang selama sembilan tahun, Lights Out akhirnya kembali merilis karya terbaru mereka. Album digital bertajuk *Re-Falling Apart* resmi dirilis pada 8 November 2024 melalui Haum Entertainment, menandai babak baru perjalanan mereka di kancah musik lokal.  

Album ini diproduksi sepenuhnya oleh Lights Out dengan proses rekaman yang berlangsung di Invasion Studio dan Griffin Studio. Posisi teknis ditangani oleh Praditya Eka Putra dan Satrio Utomo sebagai engineer, sementara Praditya Eka Putra juga bertanggung jawab atas proses mixing dan mastering di Invasion Studio.  

Melibatkan kolaborasi kreatif yang solid, lirik pada album ini ditulis bersama oleh Bagaskoro Akmal, Dandy Gilang, Rizal Tryanto, Wildan Salis, dan Risang Candrasa. Sebagai bonus, mereka juga menghadirkan aransemen ulang lagu "Life and Death" milik Soldiers Embrace dari album Action Reaction (2007). Versi baru lagu ini menghadirkan Andrean Giovanni dari Kidsnextdoor sebagai vokalis tamu. Tidak hanya itu, vokal Shafa Ashfihani dari Enamore turut memperindah lagu “Jenggala”.  

Lights Out yang kini diperkuat oleh formasi tetap mereka — Bagaskoro Akmal (Noosebound, Brightside Haze), Wildan Salis (Bizzare), Dandy Gilang (Write The Future, Much), Risang Candrasa (Write The Future), dan Rizal Tryanto — tampaknya belum kehilangan sentuhan magis mereka. Dengan sentuhan desain visual dari Uzed Pucatpena serta foto sampul yang ditangkap oleh Uzed, *Re-Falling Apart* adalah kombinasi pas antara karya visual dan musikal dari Lights Out.  

Album ini juga didahului dengan dua single pembuka, "Constant World" dan "Shaping Me", yang dirilis pada Maret 2024 dan “Jenggala” pada April 2024. Keduanya mendapat respons positif dari penggemar lama dan baru, memperkuat ekspektasi akan album penuh ini. 

“Untuk teman-teman penggemar Have Heart dan Quicksand, kalian layak untuk menyimak single kedua kami yang berjudul “Shaping Me”, Lagu terbaru kami ini mengandung rasa berbeda dari band melodic/emotive hardcore pada umumnya,” ujar Lights Out 

Bagi penggemar musik hardcore melodius dengan sentuhan agresif macam More Than Life, Drug Church, Have Heart dan Quicksand, album ini adalah sajian yang wajib dicicipi. Cocok untuk menemani aktivitas penuh energi sekaligus sebagai pengingat bahwa Lights Out tetap menjadi kekuatan yang relevan dalam kancah musik tanah air.  

Album Re-Falling Apart kini dapat dinikmati di berbagai platform streaming sejak 8 November 2024. Jangan lewatkan untuk mendengarkan dan merasakan kembali semangat yang dibawa oleh Lights Out! 


About Lights Out
Lights Out merupakan band melodic hardcore/post hardcore yang beranggotakan Bagaskoro Akmal (Noosebound, Brightside Haze), Wildan Salis (Bizzare), Dandy Gilang (Write The Future, Much), Rizal Tryanto, dan Risang Candrasa (Write The Future). Debut mereka bermusik dimulai sejak merilis EP Falling Apart pada 2013 lalu, dengan menggandeng label rekaman Svnwish Records. April 2024 lalu akhirnya setelah tampil di acara RE:LIVE oleh Heartfelt Collective, akhirnya Light Out resmi kembali aktif di kancah permusikan kota Malang dengan merilis Re-Falling Apart di digital streaming platform via Haum Entertainment.

Contact:
Instagram: https://www.instagram.com/bandoflightsout/
Facebook: https://www.facebook.com/Lightsoutmlg

Senin, 18 November 2024

Wuss Ungkapkan Pesan Optimisme dan Filosofi Keberuntungan di EP Terbaru Berjudul We Undercover Super Softy




Loetju.idMalang, 15 November 2024, Setelah merilis single “Lunar” beberapa waktu lalu, band indie rock asal Malang, WUSS, resmi merilis EP pertama mereka yang berjudul We Undercover Super Softy. EP ini adalah manifestasi langkah besar pertama bagi Sabiella Maris (gitar, vokal), Brilyan Prathama (gitar, vokal), Rara Harumi (bass, vokal), dan Rufa Hidayat (drum) dalam memperkenalkan suara khas mereka dan mengajak pendengar untuk terjun ke dalam nuansa indie rock energik. 

Sabiella mengungkapkan, bahwa artwork EP yang bekerja sama dengan seniman Farhan Endy dari Conbini ini menampilkan gambar kucing sebagai simbol utama. 

"Kucing sering kali dikaitkan dengan keberuntungan dan filosofi kehidupan. Kami ingin membawa unsur itu ke dalam EP ini semoga kita juga jadi lebih beruntung!" jelas Sabiella

Untuk tema dan narasi dari EP We Undercover Super Softy, Wuss menghadirkan lima lagu yang masing-masing menggambarkan pengalaman hidup sehari-hari: mulai dari cinta, kesedihan, hingga perasaan yang tidak menentu. Di dalam EP ini Wuss menyelipkan pesan untuk bangkit dan melanjutkan hidup di setiap kisah yang mereka sampaikan. 

"Dalam lirik-lirik kami, selalu ada secercah harapan di akhir—seperti pengingat bahwa kita semua bisa kembali bangkit dan menjalani hidup dengan lebih baik." kuak Sabiella

Salah satu lagu spesial di dalam EP ini, ”Cast Shadow Over“, menampilkan kolaborasi bersama Dandy Gilang (Much, Write The Future, Linger). 

“Dandy adalah sosok yang suaranya selalu kami kagumi, dan kami sangat senang dia mau ambil bagian di lagu ini,” kata Brilyan. 

Lagu ini memadukan vokal khas Dandy dengan melodi dan ritme dari WUSS, bersama mereka  menciptakan satu track yang catchy serta diharapkan melekat di telinga para pendengar.

Proses rekaman dan produksi EP ini berlangsung di Griffin Recording Studio, dengan Satrio “Ayok” Utomo (SFHC) bertindak sebagai engineer serta menangani mixing dan mastering. 

“Kami berkolaborasi erat dengan Mas Ayok  untuk memastikan setiap elemen suara yang kami inginkan terdengar jelas dan kuat,” kata Brilyan. 


"Kami merasa hasil akhirnya benar-benar mencerminkan visi musik kami,"tambah Brilyan

Mengenai lagu mana yang menjadi andalan di EP ini, Keempat anggota Wuss mengaku cukup bingung. 

"Mungkin teman-teman pendengar bisa memilih sendiri track mana yang paling disukai dan dicintai,” ujar Sabiella. 

Dengarkan EP We Undercover Super Softy di Spotify dan Bandcamp, 15 November 2024 yang rilis via Haum Entertainment..


Tentang Wuss:
Wuss merupakan proyek musik yang beranggotakan Brilyan Prathama (ex Humi Dumi, Nonanoskins), Sabiella Maris (Closure), Rara Harumi, dan Rufa Hidayat (Remissa, Inheritors). Para anggotanya merupakan wajah-wajah lama dari berbagai proyek musik dengan berbagai kesibukan karier. Mulai dari solois How after work guitar, pengelola kedai kopi, karyawan start-up, hingga visual jockey. Wuss berawal dari "Lunar", single pertama Wuss yang telah lama digarap Brilyan namun hanya mengendap di dalam hard disk-nya. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Sabiella Maris, solois sekaligus gitaris Closure. Merasa memiliki kecocokan dalam bermusik, Brilyan dan Sabiella memutuskan untuk membentuk grup musik dengan mengajak Rufa Hidayat sebagai drummer dan Rara Harumi sebagai bassis. WUSS menawarkan musik indie-rock fuzzy yang dapat digambarkan sebagai kombinasi overdrive manis yang menderu dan tempo drum yang mampu mengundang semua orang untuk bernyanyi bersama atau melakukan stage diving. EP We Undercover Super Softy sudah hadir di semua DSP


Jumat, 25 Oktober 2024

Sejarah Skena Musik Reggae dan Band Reggae Populer di Indonesia




Loetju.id - Setelah sebelumnya kita ngomongin skena musik SKA di Indonesia, sekarang yuk bahas Sejarah Skena Musik Reggae dan Band Reggae Populer di Indonesia. Blantika musik tanah air semakin beragam salah satunya dengan kehadiran genre musik Reggae yang nyantai dan berbagai band populer yang melahirkan lagu-lagu legendaris.

Reggae adalah aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika pada akhir era 60-an. Sekalipun kerap digunakan secara luas untuk menyebut hampir segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya merujuk pada gaya musik khusus yang muncul mengikuti perkembangan ska dan rocksteady.

Reggae berbasis pada gaya ritmis yang bercirikan aksen pada off-beat atau sinkopasi, yang disebut sebagai skank. Pada umumnya reggae memiliki tempo lebih lambat daripada ska maupun rocksteady. Biasanya dalam reggae terdapat aksentuasi pada ketukan kedua dan keempat pada setiap bar, dengan gitar rhythm juga memberi penekanan pada ketukan ketiga; atau menahan kord pada ketukan kedua sampai ketukan keempat dimainkan. Utamanya "ketukan ketiga" tersebut, selain tempo dan permainan bassnya yang kompleks yang membedakan reggae dari rocksteady, meskipun rocksteady memadukan pembaruan-pembaruan tersebut secara terpisah.


Musik Reggae di Indonesia

Beberapa nama musisi yang terkenal dalam dunia musik Reggae dan sub-ragamnya Indonesia antara lain: Imanez, Tony Q Rastafara, Nonk'Q Nongkray, Mbah Surip, Steven & Coconut Treez, Shaggydog, Souljah, Dhyo Haw, Amtenar, Momonon, Wargi Reborn, Ras Muhamad,Vegetarian reggae,Ras mallas,Marmara. Bobongkong.


Mbah Surip ikon Reggae Indonesia
Nama lengkap mbak Surip adalah Urip Achmad Rijanto, beliau lahir pada 5 Mei 1957 dan wafat pada 4 Agustus 2009, beliau adalah seorang musisi Indonesia. Ia populer karena gaya dan tertawanya yang unik, dan karena lagu Tak Gendong dari albumnya pada tahun 2003 yang juga berjudul Tak Gendong.

Mbah Surip pernah mendapatkan penghargaan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk kategori menyanyi terlama. Ia pernah ikut membintangi beberapa film dan beberapa kali tampil di televisi. Sebelum menjadi seniman, Mbah Surip mengaku pernah menjalani berbagai macam profesi.

Mbah Surip dikenal dengan pengakuannya di media massa yang sering terdengar bercanda. Dia mengaku pernah bekerja di bidang pengeboran minyak serta tambang berlian. Dia juga mengklaim memiliki gelar Doktorandus, Insinyur, dan MBA, serta pernah mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California. Menurut Mbah Surip, dia menciptakan lagu Tak Gendong saat berada di Amerika Serikat, bertemakan kerja sama saling bahu membahu dan belajar salah.


Band Reggae Shaggydog
Shaggydog adalah sebuah band yang terbentuk pada Tanggal 1 Juni 1997 di Sayidan, sebuah kampung yang terletak di pinggir sungai di tengah kota Jogjakarta. Band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik dan Yoyo' ini sepakat untuk menyebut musik yang mereka mainkan sebagai “Doggy Stylee”, yaitu perpaduan antara beberapa unsur musik seperti ska, reggae, jazz, swing dan rock. Shaggydog dipengaruhi oleh band-band seperti Cherry Poppin Daddies, Hepcat, Bob Marley, dan Long Beach Dub Allstars.


Band Reggae Souljah
Souljah adalah salah satu grup musik di Indonesia bergenre Jamaican Music dan Reggae. Band ini membawakan lagu mereka dengan musik aliran Jamaika Jamaican Music. Souljah terbentuk sejak tahun 1998 dengan nama Band awal Arigato.


Band Reggae Steven & Coconut Treez
Coconut Treez (sebelumnya Steven & Coconut Treez) merupakan sebuah grup musik bergenre Reggae asal Indonesia yang berasal dari Jakarta. Grup musik ini dibentuk oleh Steven N. Kaligis pada tahun 2005. Anggotanya berjumlah 7 orang yaitu Steven N. Kaligis (vokal), A. Ray Daulay (gitar), Teguh Wicaksono (gitar), Rival Himran (bass), Iwan (keyboard), "Opa" Tedy Wardhana (perkusi) dan Aci (drum). Album pertamanya ialah The Other Side dirilis pada tahun 2005. dengan lagu hits "Welcome To My Paradise". Steven & Coconut Treez oleh sebagian pengamat musik dianggap mampu membangkitakan kembali musik reggae di Indonesia setelah terakhir pada tahun 1994 melalui penyanyi alm. Imanez dengan lagu "Anak Pantai". Pada tahun 2009, Steven & Coconut Treez memutuskan untuk vakum dari blantika musik Indonesia karena beberapa personil ingin bersolo karir.

Pada awal tahun 2019, Steven & Coconut Treez kembali dari vakum setelah sekian lama dengan single dari lagu lama yang didaur ulang serta di ambil dari album "The Other Side" serta lagu yang berjudul "Kembali" yang diaransemen ulang dengan versi akustik. Pada akhir tahun 2019, Steven & Coconut Treez mengeluarkan single lagu baru dengan judul lagu "Fallin".

Sinyalkan Transformasi Musik, Unit Post Metal Karawang, Lingkar Cendala Rilis Single "Catastrophe"





Loetju.idSingle “CATASTHROPE” merupakan single debut dari LINGKAR CENDALA yang akan dirilis pada 25 Oktober 2024, setelah merubah format personil dan genre, single ini akan menjadi pembuka menuju album penuh mereka pada tahun 2025. 

Lingkar Cendala adalah band asal Karawang yang awalnya memainkan musik garage punk dan kini memainkan doom/post metal. Band ini terbentuk pada tahun 2020 oleh dua anggota original Desta Ericksen (vocal/guitar) dan Briansyah (bass) yang kemudian setelah beberapa pergantian anggota, akhirnya terbentuk dengan formasi Amelia Putri (vocal), Desta Ericksen (vocal,guitar), Rifqi (guitar), Briansyah (bass), dan Tama (drum). 

Untuk single “Catastrophe” ini, Lingkar Cendala memberi pendekatan penulisan lirik yang tajam dan gaya musik yang kelam. Semua aura kelam tersebut diberi penyeimbang dengan unsur vokal syahdu yang diisi oleh suara vokalis Amelia Putri yang cenderung bergaya musik folk. Single ini akan menjadi wajah baru dan lembaran baru untuk LINGKAR CENDALA, yang awalnya memainkan musik garage punk, kini mereka memainkan musik doom metal dengan sentuhan desert rock. 

Walaupun secara musik/genre mereka sangat berubah drastis, namun secara lirik masih khas LINGKAR CENDALA yang kritis terhadap kehidupan sosial. 

“Single ini merupakan laporan pandangan mata terhadap kondisi sosial di Indonesia saat ini di mana kebobrokan sistem dari segala arah terjadi. Penulisannya pun terinspirasi dari berbagai kejadian di Indonesia, salah satunya era 98 yang sedikit distopia yang sayangnya terjadi kembali di tahun 2024 ini. Ternyata di samping nepotisme, korupsi dan kolusi yang tak benar-benar lenyap dari Indonesia, kondisi alam memperparah nuansa depresif negeri ini yaitu banjir, polusi dan kerusakan alam, tutur Desta Ericksen

Single ini diaransemen, direkam dan diproduseri oleh Desta Ericksen (Guitar/back voc) secara home recording. Semua proses mixing dan mastering dikerjakan oleh Septian Satriani (Unseen record) ex drummer mereka sendiri. Secara musik, kali ini mereka terinspirasi oleh Black sabbath, Sigmun dan beberapa band yang memainkan doom, post hardcore dan post metal lainnya seperti Krobak, Gambardella, Touche Amore, Electric Wizard, Wisp, dan Church of Misery.


Tentang Lingkar Cendala:
Lingkar cendala merupakan unit Doom/post metal asal karawang. Terbentuk pada tahun 2020 oleh Desta Ericksen (vocal/guitar) dan Briansyah (bass), terbentuk atas kesukaan pada musik yang sama membuat mereka mematenkan untuk membuat sebuah band. Awal dibentuk mereka memainkan musik rock n roll, dan merilis single berjudul “langkah kidal” bersama Dika(vocal), Rafi Robani (guitar), Abo (drum). Selang berapa lama Dika dan Rafi Robani memutuskan untuk keluar dari band, pada tahun 2023 mereka merilis sebuah EP berjudul “manifesto alegori cendala” ditambah dengan bergabung nya Rifqi (guitar) dan keluarnya nya Abo (drum). Kini lingkar cendala merombak total formasi mereka, dengan bergabungnya Amel (vocal) dan Tama (drum) kini mereka memainkan musik yang lebih gelap dan kelam namun tetap rock n’ roll. 




Ajak Semua Untuk Rileks Dalam Hadapi Masalah, Adurusa Merilis Single "Sans"




Loetju.idLamongan, 25 Oktober 2024 - Setelah merilis “Ikat” pada Agustus 2024 lalu dengan tema asmara, kini unit reggae soul Lamongan, Adurusa kini melemaskan otot sekejap dengan single terbaru berjudul “Sans”. Emir Salam (vokal), Okky Indraloka (gitar) Taufiq Aulia (bass), Thewa (gitar) dan Maimun Zubair (drum) masih memainkan fusi reggae, dub dan soul dengan lebih santai. 

Dengan maraknya maraknya kasus orang mengakhiri hidupnya dan pembunuhan karena dipicu depresi, Adurusa menanggapi fenomena sosial tersebut dengan satu kata yaitu “Sans” yang juga menjadi judul single terbarunya. Adurusa menganggap bahwa semua manusia cepat atau lambat akan menghadapi masalah, maka lebih baik kehidupan ini dibawa santai.

“Intinya, yang ingin kami sampaikan adalah bahwa akhir-akhir ini di Indonesia sedang musim orang-orang yang putus dalam hidupnya namun direspon dengan terlalu serius. Bahkan, di beberapa kesempatan, sampai mencelakakan dirinya sendiri maupun orang lain. Maka kami pun merespon fenomena tersebut dengan lagu berjudul “Sans” yang seakan mengajak kita semua untuk rehat sejenak. Tiap manusia pasti punya masalah, jadi apa salahnya dipikir sambil santai,”jelas Okky

Penggarapan lagu “Sans” bebarengan dengan single “Ikat” yaitu sekitar Februari 2024. Komposer dan produser “Sans” kali ini adalah Okky Indraloka. Untuk penulisan lirik, duo Emir Salam dan Okky Indraloka berkolaborasi untuk menyusunnya. Penggarapan “Sans” juga melibatkan rekan-rekan lain yaitu keyboard diisi oleh Bima Sakti. Sedangkan, vokal latar diisi oleh Patricia, dan Karina Arin. Semua proses produksi dilakukan di Kandang Rusa Studio dengan proses mixing mastering kembali menggandeng kawan mereka, Dicky.

Setelah perilisan “Sans”, Adurusa masih akan melanjutkan dengan kembali merilis single. Kemudian untuk kegiatan lapangan, Adurusa akan menyelenggarakan showcase dalam waktu dekat. 

Adurusa merupakan proyek musik dari beberapa muda-mudi asal Lamongan, Jawa Timur yang dipertemukan secara tidak sengaja sejak Juni 2023. Dengan latar belakang referensi yang berbeda-beda yang dibawa oleh tiap personilnya, Adurusa sepakat untuk membawakan musik dub reggae/jamaican sound dengan pengaruh blues, soul, dan lovers rock. Elemen-elemen referensi musik tersebut Adurusa coba gabungkan menjadikannya suatu karya yang segar. Beranggotakan Emir Salam (vokal), Okky Indraloka (gitar) Taufiq Aulia (bass), Thewa (gitar) dan Maimun Zubair (drum). Dengan peluncuran single pertama pada  Agustus 2024 ini dan single kedua pada Oktober ini, Adurusa berkomitmen menyusuri langkahnya di dunia kreatif terutama musik.


Rabu, 23 Oktober 2024

Band Sophisti-pop Malang, Velco Rilis Single Terbaru "I Lost Myself the Day I Lost You"

 


Loetju.idMalang, 21 Oktober 2024 - Velco adalah band asal Malang, Jawa Timur dengan aliran sophisti-pop yang kental akan nuansa R&B dan Funk. Band ini dibentuk pada 8 April 2022 di Universitas Negeri Malang  oleh Lewo Say Linowo (vocal), Imanuel Gerson (Gitaris), Idham Anantama Khalis (drummer), Mukafih Dzikro (keyboardis) dan Toni Tanto (Bassist). Mereka berlima tergabung dalam unit kegiatan mahasiswa homeband Opus 275.

Pada 12 Agustus 2024, Velco merilis single terbarunya yang berjudul "I Lost Myself the Day I Lost You". Dengan gaya slow jam R&B bertempo pelan, single ini menceritakan tentang kisah patah hati seseorang yang sampai membuatnya seperti kehilangan akal.

"Lagu ini terinspirasi dari kisah asmara saya yang harus selesai karena sebuah kesalahan, jadi intinya lagu ini berangkat dari penyesalan," tutur Lewo

Ternyata penyebabnya pula karena kesalahan diri sendiri yang akhirnya disesali. Lewo sang vokalis pun menulis lagu ini sebagai pengingat akan kesalahan dan penyesalan tersebut.

“She told me that I should quit smoking tapi karena pada akhirnya saya tetap terikat pada adiksi saya, saya jadi kehilangan dia. Mungkin krn dia muak dengan kekurangan saya seperti adiksi dan kebohongan yg saya lakukan krn adiksi itu. Lagu ini pada dasarnya adalah tentang perasaan yg saya alami setelah dia pergi yaitu penyesalan dan rasa kehilangan diri sendiri – i lost myself the day i Lost you,” kuak Lewo

Lagu ini mulai diproduksi sejak 2023 namun karena berbagai kesibukan para member, akhirnya tertunda rilisnya hingga 2024. 


“Lagu ini mulai kami produksi sebenarnya sudah sejak sekitar Juni 2023 namun karena sulit menentukan jadwal produksi yg disebabkan oleh kewajiban kami semua, kecuali Lewo yang saat itu menyelesaikan skripsi. Jadi, proses produksinya lumayan memakan waktu,” lanjut Imanuel Gerson

Single “I Lost Myself the Day I Lost You” diproduseri oleh Velco sendiri dengan Lewo Say Linowo sebagai songwriter, Immanuel Gerson sebagai komposer. Produksi dan rekaman lagu ini dikerjakan oleh sang drummer Idham Anantama dan sang bassist Toni Tanto. Untuk lokasi rekaman Velco memilih AA Studio dengan Gigih Praseta selaku engineer yang menangani mixing dan mastering sekaligus.

Single “I Lost Myself The Day I Lost You” sudah bisa dinikmati di semua DSP sejak 12 Agustus 2024.

Kamis, 10 Oktober 2024

15 Tahun Vakum Akhirnya Veteran Britpop Yogyakarta, Dojihatori rilis Album Baru “Quarter to One”

 


Loetju.idYogyakarta, 10 Oktober 2024 - Setelah lebih dari 15 tahun vakum, Dojihatori, band Britpop asal Yogyakarta yang digawangi oleh Yuma, Rinto, Windho, Feri akhirnya kembali dengan album penuh mereka, Quarter to One. 

Album Quarter to One adalah rilisan album penuh LP) ketiga oleh Dojihatori yang awalnya terbentuk dari pertemanan Windho dan Rinto semasa masih duduk di bangku SMA. Sebelumnya Dojihatori sudah merilis satu EP, Get Out of Here (2005), dua LP, It’s Too Risky To Take A Day Off (2006) dan I Know You, No Not You (2008) di bawah naungan indie label asal Yogyakarta, Blossom Record.

Album Quarter to One tetap memegang jalur musik britpop yang berakar dari band-band Inggris era 60 an hingga 2000-an, namun dengan sentuhan unik dan segar yang membedakannya dari rilisan album-album sebelumnya. 

Album ini sempat tertunda perilisannya karena materi yang hilang, namun akhirnya ditemukan  kembali pada tahun 2022 dan melalui proses mastering ulang pada tahun 2023.

“Harusnya album ini dirilis 2014, namun karena ada tuntutan pekerjaan dan perubahan fase kehidupan yang mengharuskan pindah ke Melbourne, Australia, maka album ini pun membeku di penyimpanan sampai 2024 kami memutuskan untuk melahirkannya ke dunia,” ujar Windho sang gitaris

Album Quarter to One dimixing oleh Wahyu (Melody Studio), Surya Widodo (Olivine Studio / Aska Audiolab). Kemudian tahap mastering diserahkan ke Cahyono (Zound Lab). Semua proses produksi diproduseri Dojihatori sendiri dan dilakukan di studio rekaman Melody Studio dan Olivine Studio. Lagu - lagu di album ini kebanyakan digubah oleh Windho dan Yuma, namun kali ini Feri sang drummer juga berkontribusi dalam penulisan lirik. Di antaranya lagu “My Oh My” yang kental garage rock ala The Kinks dan merseyside pop ala The Beatles serta lagu “Hope” yang dibalut nuansa “dreamy” dan “psikedelik”. 

Dengan kesuksesan di album Dojihatori sebelumnya “It’s Too Risky Too Take a Day Off” yang berhasil masuk dalam ulasan majalah musik ternama “Rolling Stones Indonesia”, Dojihatori berharap album baru ini bisa diterima khalayak luas, pecinta musik Indonesia, musik Indie, maupun musik independent. Album Quarter to One hadir di semua DSP pada 10 Oktober 2024.


Links: 
Spotify: https://open.spotify.com/intl-id/album/0ODyrkrkpfQUubesR0L07C?si=ILYmPb13S7eJHmbujSS8hA



Tentang Dojihatori
Perjalanan Dojihatori diawali dari sebuah band bernama Magic Pie, dimana 4 personilnya berasal dari SMA yang sama, Barik (vokal), Haps (drum), Rinto dan Windho (gitar). Nama Magic Pie berubah menjadi dojihatori pada tahun 2000 ketika Virji masuk sebagai pemain bass.

Nama Dojihatori terbentuk dari nama-nama personilnya kala itu (winDO, virJI, HAps, rinTO, baRIk). Dikarenakan Barik harus melanjutkan kuliah ke Australia, maka posisi vokalis digantikan oleh Yuma (2003). Di tahun 2006 Haps mengundurkan diri dari posisi drummer dikarenakan masalah keluarga dan posisinya digantikan oleh Feri. Sedangkan Virgi juga terpaksa mundur dari posisinya sebagai pemain bass pada tahun 2010 dikarenakan pekerjaan dan hingga saat ini dojihatori hanya menggunakan additional bassist. Musik dari Dojihatori banyak berorientasi dari jenis musik indie, indie rock dan britpop. 

Senin, 07 Oktober 2024

Ogz Lonerider Merilis Single Terbarunya “Tergila“




Loetju.id - Ogz lonerider mengawali solo ini dimulai dari bermain gitar dan bernyanyi sejak awal tahun 2023, music yang menjadi pengaruhnya adalah black sabbath, motorhead, cowboys and aliens, truckfighter, black label society dll, dari banyaknya pengaruh musik tersebut menghasilkan karya-karya yang mempunyai ciri khas sendiri dalam lagu-lagunya yang mengangkat tema keresahan yang terjadi di lingkungan sekitar dan pengalaman yang terjadi saat perjalanan selama berkendara dan berkelana. 
Dalam mengawali solo karirnya dibantu oleh beberapa musisi dari surabaya yang berlatar belakang music berbeda beda.

Dalam sejarah permusikan di kota surabaya, bermain band dengan mother thrasher sekitar tahun 1992, band yang meng-cover lagu lagu dari sepultura,  room 13 sekitar tahun 1994 yang meng-cover lagu dari band seperti pearl jam, therapy, stone temple pilot, dll
Selain aktif di beberapa acara lokal di surabaya, saat ini sedang mempersiapkan single baru selanjutnya 
Setelah melalui banyak waktu dan aktif perform di berbagai tempat acara, menghasilkan karya karya yang berupa single :

Karya pertama adalah lagu yang berjudul “rabbit and lonerider”, yang menjadi latar belakang terciptanya lagu ini adalah karena terinspirasi dari cerita anak anak di negeri dongeng, kemudian dikembangkan dengan berimaginasi dan seterusnya. Singkat cerita imaginasi ini ketika saya memasuki ke dalam dunia dongeng dengan berkelana berkendara bertemu dengan seekor kelinci di sebuah  negeri dongeng, kemudian saling bercerita dan berbagi makanan, seru gitu ceritanya dan seterusnya..namun dengan berat hati kemudian  harus melanjutkan perjalanan dan berpisah dengannya. Single pertama ini telah release di platform digital tanggal 20 oktober 2023.

Karya kedua adalah lagu yang berjudul “putaran terakhir” berisikan tentang kodisi sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggal ataupun di tempat kerja dengan saling sikut untuk mendapatkan yang di inginkan . Single kedua ini release di platform digital tanggal 24 november 2023
                                        
Karya ketiga adalah lagu yang berjudul “lemas tak berdaya” yang menceritakan tentang rasa ketidakpuasan dalam diri dan mendapatkannya dengan cara yang diluar norma, dalam lagu ini digambarkan dengan  seekor kelinci yang menjadi buas seperti serigala. Single ketiga ini release di platform digital tanggal 5 april 2024

Karya keempat adalah lagu yang berjudul “tergila” yang menceritakan tentang seseorang yang mengalami underpresure dan melampiaskannya dengan  ugal ugalan mengendarai motor di jalanan .
Dibawah naungan Label Siderise Records. Single ini dirilis dan tersedia di kanal streaming digital tanggal 27 September 2024, di seluruh platform music digital world wide.

WUSS; Proyek Indie Rock Anyar Dari Kota Malang terbitkan Lunar

 



Loetju.id - Malang, 5 Oktober 2024 - Faktanya, di kota Malang tidaklah sulit untuk mempertemukan ide kolektif dan mewujudkannya menjadi sebuah proyek kreatif terlebih melihat kondisi kota yang memang begitu mengakomodir hal tersebut. Pasalnya, pilihan keberadaan titik pertemuan dan peleburan di kota ini begitu banyak, merata dan sangat mudah diakses; mulai dari balik dinding akademis, ruang kerja, moshpit gigs, hingga meja-meja perkopian yang bercokol di tengah kota, gang sempit sampai tepian kabupaten.
Jadi, di sini, suatu kewajaran sekaligus kesenangan melihat kolaborasi kerap lahir dengan mengaburkan batas kota, disiplin seni dan genre. Salah satunya We Undercover Super Softy atau bisa disingkat dengan WUSS.

WUSS adalah proyek musik anyar yang dibentuk di kota Malang. Beranggotakan wajah lama dari lintas proyek musik dengan berbagai kesibukan karir. Mulai dari solois cum gitaris selepas bekerja kantoran, pengelola coffeeshop, pekerja start-up, hingga seorang visual jockey. Dari Surabaya sampai kota Malang. 

Adalah Brilyan Prathama (ex Humi Dumi, Nonanoskins), Sabiella Maris (Closure), Rara Harumi dan Rufa Hidayat (Remissa, Inheritors) yang baru saja mengenalkan proyek terbaru mereka melalui perilisan single perdana yang bertajuk “Lunar”.

“Jadi, ini (band) seperti musik yang menemukan jalan takdirnya untuk bertemu dengan jodohnya,” kenang Brilyan perihal awal terbentuknya WUSS.

Brilyan mengaku jika “Lunar” adalah salah satu materi yang pondasi musiknya sudah lama ia kerjakan namun hanya mengendap di dalam hardisk hingga akhirnya ia bertemu dengan Sabiella Maris, seorang solois dan gitaris Closure. Merasa memiliki kecocokan dalam musik, lantas Brilyan dan Sabiella memutuskan untuk membentuk sebuah grup musik dengan mengajak Rufa Hidayat sebagai penggebuk drum dan Rara Harumi sebagai bassis.

“Selain kecocokan chemistry dalam bermusik, kami (personil) ternyata memiliki kepribadian yang kurang lebih mirip; terlihat biasa di luar, tapi aslinya sama-sama sensitif.” Lanjut Brilyan perihal alasan pemilihan nama We Undercover Super Softy yang kemudian mereka singkat menjadi WUSS.

WUSS sendiri memainkan musik indie-rock nan catchy dibalut raungan modulasi overdrive yang manis dan arus tempo drum yang bisa mengundang sing-along hingga stage diving.  Di tambah lagi karakter vokal Sabiella yang terasa pas ketika bertemu dengan warna musik seperti yang diusung WUSS.

Lirik single “Lunar”  sendiri ditulis oleh Sabiella. Dirinya menjelaskan jika lewat lagu ini ia mencoba untuk memandang kehidupan dengan manganalogikannya sebagai rembulan pada malam dan terang pada siang.

“Sebenarnya lagu ini punya banyak makna dalam melihat kehidupan,” aku Sabiella. “seperti misalnya kerap tanpa sadar kita tidak melihat jika terdapat dukungan yang luar biasa di balik setiap langkah kehidupan kita, seperti halnya bulan yang menerangi malam berkat keberadaan matahari. Juga perihal bagaimana kita mensyukuri kehidupan tanpa harus mendiskriminasi kehidupan orang lain hanya berdasarkan malam maupun siang hari.”

Single “Lunar”  direkam di Griffin Studio dengan melibatkan Ayok selaku penanggung jawab proses mixing dan mastering. Sedangkan ilustrasi dikerjakan oleh Farhan Endy. Sedangkan untuk perilisan single, WUSS menggandeng salah satu label rekaman paling aktif dari kota Malang, Haum Entertainment.

“Tentu kami akan manggung, tapi saat ini kami ingin fokus pendistribusian materi dulu dan untuk agenda lain sedang kita rancang dan susun matang-matang dulu karena harus menyesuaikan jadwal yang lainnya.” Tutup Brilyan.

Sebagai bocoran, ketika single perdana ini dirilis, WUSS sedang dalam proses final perampungan materi lain yang rencananya akan masuk menjadi bagian dalam debut mini album mereka. Single “Lunar”telah hadir di bandcamp sejak 24 September 2024.

Bandcamp: 
https://haumrecords.bandcamp.com/track/single-wuss-lunar

Spotify: https://open.spotify.com/track/0YokVIMyUI5OVvau2uTOMX?si=2343604f005440cd


Tentang Wuss:
Wuss merupakan proyek musik yang beranggotakan dua kota tetangga, Surabaya dan Malang. Wuss beranggotakan Brilyan Prathama (ex Humi Dumi, Nonanoskins), Sabiella Maris (Closure), Rara Harumi, dan Rufa Hidayat (Remissa, Inheritors) yang kerap kali berhubungan dengan Malang baik melalui pekerjaan maupun tempat tinggal. 

Para anggotanya merupakan wajah-wajah lama dari berbagai proyek musik dengan berbagai kesibukan karier. Mulai dari solois How after work guitar, pengelola kedai kopi, karyawan start-up, hingga visual jockey. Wuss berawal dari "Lunar", single pertama Wuss yang telah lama digarap Brilyan namun hanya mengendap di dalam hard disk-nya. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Sabiella Maris, solois sekaligus gitaris Closure. 

Merasa memiliki kecocokan dalam bermusik, Brilyan dan Sabiella memutuskan untuk membentuk grup musik dengan mengajak Rufa Hidayat sebagai drummer dan Rara Harumi sebagai bassis. WUSS menawarkan musik indie-rock fuzzy yang dapat digambarkan sebagai kombinasi overdrive manis yang menderu dan tempo drum yang mampu mengundang semua orang untuk bernyanyi bersama atau melakukan stage diving. Single perdana mereka "Lunar" tersedia di semua DSP.

Jumat, 27 September 2024

Transisi Mahasiswa Menjadi Kelas Pekerja Pada Mini Album “Normatif II: Kejar Dunia”




Loetju.idJakarta, 27 September 2024, Duo alternative rock kakak beradik asal Jakarta, Normatif, yang beranggotakan Adri Fachrisyah Maulana (Gitaris) dan Ahmad Faisal Maulana (Vokalis) telah merilis mini album baru “Normatif II: Kejar Dunia”. Berisikan lima lagu dengan dua lagu yang telah dirilis sebelumnya, “Kelas Pekerja” dan “Alarm Berbunyi”, ditambah tiga
lagu baru “Menyembah Dunia”, “Ijazah di Lemari Berdebu” dan “Diantara Reruntuh”.

Melalui lima lagu tersebut Normatif bercerita mengenai fase kehidupan mereka selama
beberapa bulan terakhir, mulai dari tahun terakhir kuliah sampai menjadi sarjana yang meniti
karir sebagai kelas pekerja di korporat. Mini album ini sudah dapat didengarkan di semua
layanan musik digital.

Dalam menceritakan berbagai fase kehidupan pada era transformasi sebagai mahasiswa
kemudian menjadi kelas pekerja, Adri Fachrisyah Maulana selaku penulis lirik dari kelima
lagu di EP ini konsisten menunjukan keterangan waktu pada kalimat pertama di setiap lagu
untuk mempertegas transformasi fase kehidupan. Fase kehidupan yang dimaksud
diantaranya adalah dua tahun sebelum menjadi sarjana pada lagu berjudul “Kelas
Pekerja”, semester terakhir sebelum menjadi sarjana pada lagu berjudul “Alarm
Berbunyi”, hari setelah menjadi sarjana pada lagu berjudul “Ijazah Di Lemari Berdebu”
dan “Menyembah Dunia”, serta hari ketika menjadi kelas pekerja pada lagu berjudul “Di
Antara Reruntuh”. Selain itu, dalam menyampaikan kehidupan di fase tersebut, Adri
Fachrisyah Maulana menggunakan diksi sehari-hari dengan cukup lugas dan sudut pandang
orang pertama yang bertujuan untuk penyampaian pesan yang lebih personal dan
bernuansa curhatan buku diary.

“Ijazah Di Lemari Berdebu” yang merupakan lagu nomor 2 di EP “Normatif II: Kejar Dunia”
merupakan lagu yang dipilih sebagai lagu andalan untuk rilisan kali ini. Alasan utama
mengapa lagu dikarenakan pada pertengahan tahun 2024 Adri Fachrisyah Maulana dan
Ahmad Faisal Maulana meraih gelar sarjana dan lagu tersebut merupakan lagu yang
menggambarkan fase kehidupan mereka di saat ini. lagu “Ijazah Di Lemari Berdebu”

bercerita tentang fresh graduate yang kesusahan dalam mendapatkan pekerjaan
dikarenakan selama masa kuliahnya terlalu fokus mengejar mimpi di luar bidang akademis
yang tak kunjung tercapai. lagu tersebut memiliki nafas Pop-Rock yang dibumbui riff gitar
distorsi klasik dan sedikit sentuhan nada-nada pentatonik mayor seperti lagu pembukaan
film kartun Jepang. Permainan gitar dan pola drum yang cenderung sederhana pada lagu
tersebut memberikan ruang yang cukup luas bagi Ahmad Faisal Maulana dalam
mengeksplorasi gaya bernyanyi serta penyampaian lirik yang maksimal pada verse di lagu
tersebut.

Untuk merayakan perilisan mini album ini, Normatif akan menyelenggarakan showcase
khusus pada akhir oktober ini, dimana semua lagu pada mini album akan dimainkan secara
utuh, disusul dengan perilisan mini album fisik dalam format CD. Normatif pun akan
menyajikan mini album secara visual melalui perilisan video lirik untuk lagu “Alarm
Berbunyi”, “Ijazah di Lemari Berdebu”, dan “Menyembah Dunia”.

Sabiella Maris Kembali dengan “Super Mini Showcase Sabiella Maris” Setelah Hiatus




Loetju.idMalang, [29/09/2024] - Setelah beberapa tahun absen dari dunia musik, Sabiella Maris dengan penuh antusias mengumumkan kembalinya melalui sebuah Mini Showcase santai yang akan diadakan pada 29 September 2024 di Cafe Baraka. Showcase ini menjadi ajang istimewa bagi Sabiella untuk memperkenalkan musik terbarunya kepada publik.

Dalam showcase ini, Sabiella akan menampilkan lagu "Uneasy", single terbarunya yang telah
dirilis beberapa bulan lalu. Lagu ini merepresentasikan arah musikal baru yang akan menjadi ciri khas dari karya-karya Sabiella selanjutnya.

"Saya sangat bersemangat untuk kembali ke panggung dan berbagi karya terbaru saya dalam
suasana yang hangat dan santai," ujar Sabiella. "Lagu 'Uneasy' adalah awal dari perjalanan musik saya yang baru, dan saya tidak sabar untuk melihat bagaimana para pendengar merespons arah baru ini,” tutur Sabiella.

Showcase ini dirancang dengan suasana yang intim dan santai dengan menghadirkan 3 musisi asal malang yaitu Judeh, Re-Nan dan Special Guest yang akan meramaikan panggung showcase Sabiella.

Setelah showcase ini, Sabiella Maris berencana untuk fokus pada perilisan musik baru, dengan beberapa proyek yang sudah dalam proses. Showcase ini menjadi pembuka jalan untuk lebih banyak karya yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Kamis, 19 September 2024

“Whine”, Sebuah Single Bukti Skeptisme Romansa a la Lucien Sunmoon




Loetju.idLucien Sunmoon tidak butuh waktu lama untuk merilis single teranyar mereka yang diberi judul “Whine”. Unit asal Malang ini meramu suguhan dream pop manis dengan melodi ceria dengan lirik yang justru bertolak belakang dengan atmosfer nadanya. “Whine” bercerita tentang ketakutan atau skeptisme terhadap hubungan cinta. Ditulis oleh sang gitaris yakni Yessy, ia merasa percintaannya selalu menemukan jalan buntu hingga ia berpikir bahwa romansa tidak ditakdirkan untuknya. “Awalnya gara-gara menemukan sebuah postingan media sosial cowok yang pernah aku taksir dulu dengan pasangan barunya. Memang sudah tidak ada rasa, tapi tetep aja kayak miris karena dia di sana sedang bahagia sedangkan aku sendirian,” ungkap Yessy. Alhasil, sang musisi menuangkannya lewat bait demi bait lirik dalam “Whine” yang direkam di Haum Studio, Malang.

Berbeda dengan Yessy yang mencurahkan keluh kesahnya lewat untaian lirik lagu, masing-masing personel Lucien Sunmoon memiliki metode yang berbeda-beda untuk ‘whine’ (red: mengeluh). Lyra (drum) memilih untuk curhat kepada teman, keluarga atau pasangan dan Kanaya (vokal) memilih untuk menyendiri dan memuat ulang unggahan di media sosial yang menggambarkan keadaannya. Sedangkan Mundir (bass)  lebih suka menepi di pinggir jalan sambil menikmati kudapan favoritnya, mirip dengan Nael (gitar) yang juga menyukai eksplorasi di luar ruangan dengan bersepeda dan melihat gemerlap lampu di jalan raya. Tak mau ketinggalan, Nasywa (keyboard) juga menjadikan media sosial ajang meluapkan kekesalan dan kekecewaan yang diiringi dengan curhat kepada orang terdekat.

Lucien Sunmoon selanjutnya juga mengungkapkan proses rekaman “Whine” yang terhitung lebih praktis dan efisien karena telah melakukan rekaman dua single sebelumnya di studio yang sama. Kendala teknis seperti tempo yang kurang tepat, nada yang fals, hingga kesalahan dalam menggunakan instrumen musik memang tetap ada. Namun pengalaman ini mengajarkan band yang baru berdiri di tahun 2023 itu untuk semakin bersabar untuk berproses demi mendapatkan hasil yang memuaskan. 

Dari segi visual, Lucien Sunmoon dibantu oleh  Alodia Amoreta C. K., siswi SMAN 2 Malang yang juga tergabung dalam ekstrakurikuler musik yang sama dengan para personil band tersebut. Sang ilustrator yang biasa dipanggil Amo, membuat ilustrasi para anggota Lucien Sunmoon yang sedang berswafoto di sebuah photo box dengan antusias. Amo menangkap kesan ceria dari lagu “Whine” ke dalam ilustrasinya yang didominasi warna merah muda dan ungu yang identik dengan band tersebut. Menginjak karya ketiga yang sudah dirilis di pasaran, semakin banyak pula pengalaman manggung sang band yang seringkali dibantu oleh personil Girl and Her Bad Mood dan Closure ini. “Banyak banget pelajaran yang bisa diambil, selain teknis, kami juga banyak mengerti tentang attitude yang harus ditunjukkan seorang performer baik kepada para panitia, sesama musisi ataupun penonton,” ungkap mereka. 

Lucien Sunmoon berkomitmen untuk semakin memperbaiki aksi panggung mereka sembari tetap produktif mengeluarkan karya-karya terbaru di masa mendatang. Sementara itu, lagu “Whine” sudah hadir dan siap dinikmati di layanan streaming digital favoritmu sekarang!

Comika

Politika

Gen Z